Share

Part 3

Author: Shova Nst
last update Huling Na-update: 2021-04-15 17:10:58


     "Elgan...! bangun...! ini sudah hampir jam sembilan!" Suara ketukan pintu dan teriakan Lira mengusik pria yang masih berada di alam bawah sadarnya. 

"Kamu kemarin malam pulang jam berapa? Kenapa sudah jam segini masih belum bangun?!" Omel Lira.

Elgan menggeliat diatas ranjang mendengar tariakan mamanya yang membuat tidur nyenyaknya terganggu.

"Kenapa sih, Ma?" Suara Elgan terdengar serak, khas orang bangun tidur. Matanya masih saja terpejam seperti ada sesuatu yang merekatkannya. 

"Bangun kamu! Ini sudah jam sembilan." Tegas Lira dari luar kamar.

Mendengar kata jam sembilan yang diucapkan mamanya, Elgan langsung terduduk diatas ranjang dan melihat jam di dinding dengan tampang syok.

"Astaga, gue telat!" Kagetnya langsung turun dari ranjang. 

"Aaagh...."

Rasa pusing langsung menyerangnya karena berdiri tiba-tiba. Elgan mengabaikan rasa pusingnya dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang melilit di pinggangnya. Tetesan air yang berasal dari rambutnya yang basah berjatuhan diatas dada dan bahunya, membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.

Kriiing... Kring...

Deringan ponsel yang terletak diatas nakas mengalihkan perhatian Elgan yang sedang berdiri didepan cermin mengeringkan rambutnya yang basah. Ia menyampirkan handuk kecil pengering rambutnya diatas bahu sembari berjalan menuju nakas. 

From Niko

Sebentar lagi gue sampai di rumah lo.

Pesan singkat dari Niko menyadarkannya kalau hari ini hari sabtu, berarti ia cuti kerja.

"Iiissh..." Elgan menunjang nakas disampingnya dengan ujung kaki.

"Gue bego banget sih, bisa-bisanya gak ingat kalau hari ini hari libur. " Gerutunya.

Elgan buru-buru mengenakan pakaian hendak menghampiri mamanya di meja makan yang sedari tadi terus berteriak memanggil namanya.

"Iya, Ma, iya. Elgan juga udah bangun, kenapa harus teriak-teriak, sih? Berisik banget." Celotehnya saat menuruni anak tangga. Sesampainya di meja makan ia sudah melihat mama dan papanya.

"Ayo sarapan." Ajak Lira saat Elgan sudah menduduki kursinya. Lira mulai mengambilkan sarapan untuk suaminya. Menu mereka pagi ini yaitu nasi goreng dengan telur mata sapi sebagai lauknya dan kerupuk udang sebagai tambahannya.

"Kamu ada kegiatan penting gak hari ini?" Tanya Bima membuka pembicaraan.

"Ada, Pa."Jawab Elgan sembari memasukkan kerupuk ke mulutnya.

"Sama siapa?" Tanya Bima lagi.

"Niko, Pa."

"Assalamualaikum." Salam seseorang dari pintu utama. Menghentikan perkataan yang hendak Bima ucapkan.

Elgan dan kedua orangtuanya menoleh kearah sumber suara.

"Waalaikumsalam." Balas mereka serempak. Itu dia, orang yang lagi mau dibicarain sudah menampakkan dirinya.

"Morning, Om, Tante." Sapa Niko setelah menghampiri mereka.

"Morning." Balas Bima dan Lira.

"Ayo Niko, kita sarapan bersama."  Ajak Lira sembari mengambilkan piring kaca untuk Niko.

"Iya, makasih Tante. Lagipula tadi Niko belum sarapan dari rumah. Pas banget nih Tan timingnya Niko datang kemari." Gurau Niko sebelum menduduki kursi. Lira dan Bima terkekeh menanggapi gurauan Niko. Sedangkan Elgan hanya memutar bola matanya jengah melihat tingkah sahabatnya itu.

"Jadikan, Bro?" Tanya Niko yang sudah duduk dihadapan Elgan.

"Apanya?" Tanya Elgan balik.

"Yang kemarin gua bilang. Masa lo lupa sih" Niko menatap Elgan serius. 

"Iya, gue ingat." Ujar Elgan sambil melanjutkan sarapannya.

 Hari ini Elgan akan pergi menemani Niko. Tadi malam, saat pulang dari party Nadin. Niko mengajak Elgan untuk menemaninya ke suatu tempat. Saat Elgan bertanya mereka akan pergi kemana, Niko hanya menjawab 'nanti lo juga tau'.

"Elgan, jangan lupa nanti malam kita akan pergi." Bima mengingatkan Elgan saat mendengar putranya itu akan pergi kesuatu tempat.

Elgan menghembuskan nafas.

"Iya, Pa." Pasrahnya.

Seterusnya mereka melanjutkan sarapan dengan mengobrol ringan. Hari ini, Bima dan Elgan memang libur sehingga Bima bisa menemani istrinya dirumah dan Elgan bisa pergi bersama Niko ke suatu tempat.

"Om, Tante, kami pergi dulu." Pamit Niko dengan senyum manisnya. 

"Kalian hati-hati, jangan ngebut, jangan sok kalau lagi naik kendaraan, jangan ugal-ugalan, jangan ngelamun, jangan becanda kalau lagi nyetir, jangan-,"

"Ma..." Tegur Elgan, memotong ocehan mamanya. 

"Kami berdua sampai hapal apa aja yang bakalan mama bilang." Ujar Elgan menatap Lira.

Saat ini, mereka berempat sedang berdiri didepan pintu utama mansion. Lira dan Bima mengantarkan kepergian Elgan dan Niko sampai pintu utama saja.

"Itukan karena mama sayang sama kalian berdua." Balas Lira sembari mengapit lengan suaminya. Ia tidak suka jika Elgan membantah perkataannya dan itu dapat membuat moodnya menurun.

"Iya, Mamaku sayang..." Elgan tersenyum paksa saat tadi mendapat tatapan tajam dari papanya.

"Sebenarnya kalian berdua ini mau kemana?" Tanya Bima dengan sebelah tangannya berada dibahu Lira.

"Ngapel, Om." Jawab Niko seenaknya. 

"Maksudnya, ngapelin pacar?" Tanya Bima memastikan.

"Enggak sih, Om, cuma gebetan. Doain aja ya Om biar cepet jadi pacar, hehe..." Niko terkekeh diakhir kalimatnya.

"Kamu bisa aja." Bima menggeleng-geleng kecil melihat Niko yang bersemangat hendak menemui gebetannya.

"Yaudah, Ma, Pa, Elgan sama Niko pergi dulu." Elgan menyalimi kedua orangtuanya. Begitupun dengan Niko.

"Kalian hati-hati. Jangan lupa sama yang papa bilang tadi." Bima kembali mengingatkan Elgan.

     Elgan melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan mansion. Diperjalanan Niko lah yang memberi intruksi kepada Elgan jalan mana yang akan mereka tempuh karena Elgan sama sekali tidak tahu akan pergi kemana tujuan mereka saat ini. 

"Maksud bokap lo yang tadi itu apaan sih?" Tanya Niko akhirnya setelah menahan rasa penasarannya beberapa saat.

"Yang mana?" Tanya Elgan balik.

"Yang itu lho, nanti malam jangan lupa, emangnya ada apaan?" Tanya Niko penasaran.

Elgan diam. 

Pikirannya berkecamuk, entah jawaban apa yang harus ia berikan untuk Niko. Sahabatnya itu pasti akan terus bertanya hingga keakar-akarnya jika sudah penasaran.

Niko mengangguk-angguk kecil mengikuti alunan lagu yang ia dengar. Anggukannya berhenti saat menyadari Elgan tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"WOY." Teriak Niko ditelinga Elgan. Elgan tersentak mendengar teriakan Niko yang mengejutkannya.

Matanya menatap Niko tajam sembari mengelus telinganya.

"Ditanyain malah ngelamun, gak ingat pesan nyokap lo tadi apa?" Ujar Niko sarkastik.

"Bukan urusan lo." Sentaknya.

Elgan kembali bungkam sembari menatap jalanan didepannya.

"Sensi amat lo, ya udah sih kalo lo gak mau cerita." Kesal Niko mengakhiri obrolan mereka.

Elgan merasa tidak enak dengan Niko. Dia tidak pernah separti ini sebelumnya. Selama ini, ia selalu membagi masalahnya dengan Niko. Iya tahu, Niko adalah sahabat yang baik, yang selalu ada disisinya saat suka maupun duka. Disaat ia jatuh terpuruk Niko lah yang selalu berada didepannya sambil mengulurkan tangan menuntunnya untuk kembali menjadi pria yang tegar. Namun, apakah kini ia bisa membagi masalahnya dengan Niko? Entah lah. Elgan merasa belum saatnya Niko tahu. Namun ia tetap akan menceritakan masalahnya kali ini pada Niko, tapi tidak sekarang.

"Gue bakalan cerita, tapi gak sekarang." Elgan membuka suara. Ia sudah sedikit rileks. Niko mangut-mangut mendengar ucapan Elgan.

Beberapa saat kemudian, Elgan dibuat melongo saat tau ternyata Niko mengajaknya memasuki sebuah gedung yang berlantai dua. Tadi saat Niko mengintruksikan agar Elgan membelokkan mobilnya kesebuah gedung yang Elgan tahu itu tempat para gadis untuk mengikuti latihan dance, terjadi perdebatan panjang diantara mereka. Namun akhirnya Niko lah yang memenangkan perdebatan itu. 

Dan sekarang disinilah mereka berdiri. Didepan pintu gedung yang tidak terlalu besar, namun memiliki dua lantai. 

Elgan hanya pasrah dan berdecak sebal saat Niko menarik dan mendorongnya agar masuk. 

"Apaan sih!" Bentak Elgan pada Niko yang terus mendorong bahunya.

Elgan tersadar kalau nada suaranya yang tinggi menarik perhatian para gadis yang sedang berlatih.

Niko hanya menyengir kuda melihat Elgan dan beberapa gadis yang sedang memperhatikan mereka.

"Udah ayo, lo ikut aja. Lo gak akan rugi kalo ikut sama gue." Ujar Niko sebelum melangkahkan kakinya menuju tangga yang akan membuat mereka sampai ke lantai atas.

Elgan mendengus, namun ia tetap mengikuti Niko yang sudah berjalan lebih dulu. Saat tiba dilantai dua. Mereka langsung disuguhi pemandangan yang waw... Niko tersenyum devil melihat para gadis yang sedang berlatih dengan tubuh mereka yang lentur.

Lagi-lagi Elgan menghembuskan nafasnya kasar. Bisa-bisanya Niko membawanya ke tempat seperti ini. Lantai yang mereka injak sekarang berdindingkan kaca yang sebagiannya terdapat cermin yang berukuran sangat besar, sehingga mampu menampakkan pantulan bayangan seluruh tubuh orang yang berada diruangan itu.

Niko mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan mencari seseorang yang ia kenal. Saat matanya sudah menemukan gadis itu, Niko melangkahkan kakinya menuju sofa empuk di sudut ruangan dan kembali memperhatikan gadis yang sedang serius bergerak indah mengikuti alunan musik. Begitupun dengan Elgan, ia ikut duduk disamping Niko. Setelah itu ia sibuk sendiri dengan ponselnya.

"Hahaha... parah lo Nad." Suara tawa seorang gadis mengalihkan perhatian Elgan yang sedari tadi sibuk degan ponselnya. Niko pun sedari tadi sudah tertawa geli memperhatikan dua orang gadis yang belum menyadari kehadirannya.

Elgan menajamkan penglihatannya melihat dua orang gadis yang sedang bersenda gurau. Sepertinya ia kenal kedua gadis itu. 

"Itu bukannya teman lo, ya?" Tanya Elgan sambil melihat Niko yang sedang tersenyum sendiri.

"Auuu..." Ringis Niko saat merasakan kepalanya dipukul lumayan keras. 

"Lo gila ya senyum-senyum sendiri?" Ucap Elgan sarkastik.

"Lo yang gila." Balas Niko tak suka sambil mengusap kepalanya. 

"Itu bukannya temen lo?" Tanya Elgan lagi sembari melihat dua gadis yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"Iya, itu Nadin sama Cia. Mereka berdua lucu ya, andai aja gue bisa dapat salah satu dari mereka, tapi kalo boleh milih gue lebih milih Cia." Lirih Niko sambil menerawang.

"Lagi curhat? Noh sama Mama Dede." Ucap Elgan mengejek Niko.

"Apaan sih yang lo lihat dari mereka? Gak ada istimewanya juga." Sambungnya.

"Ternyata lo gak tahu apa-apa bro." Ucap Niko sambil menepuk bahu Elgan lalu berdiri dan menghampiri dua teman perempuannya.

"Hai, Nadin, Cia." Sapa Niko ramah. Nadin dan Cia menghentikan tawa mereka saat mendengar seseorang memanggil nama mereka.

"Hai..." Balas Nadin lebih dulu saat melihat Niko. Nadin dan Cia mendekat kearah Niko yang berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.

"Tumben lo kemari." Tanya Nadin sambil menyerngit bingung.

"Yah gue pengen ketemu sama kalian, terutama sama lo," Balas Niko sambil tersenyum manis.

Cia, sambungnya di hati. 

"Hahaha dasar, pinter banget lo ngelesnya." Wajah Nadin bersemu merah walaupun tidak terlalu kentara.

"Gue serius, Nad." Ucap Niko kikuk.

"Iya deh yang lagi PDKT-an." Cia menggoda dua orang didepannya. 

"Lo tau aja." Niko tersenyum melihat Cia yang tampak cantik dimatanya.

"Nih minum dulu, kalian pasti haus karena latihan terus." Niko berujar sembari menyerahkan dua botol air kemasan yang tadi sudah dibelinya didekat gedung.

"Thanks." Ucap Cia.

"Lo sendirian datang kemari?" Tanya Nadin sesudah meminum airnya hingga tersisa setengah botol lagi.

"Nggak. Gue datang sama Elgan." Niko menoleh kebelakang, dimana tadi Elgan duduk bersamanya. 

"Kemana tuh anak?" Tanya Niko saat tidak mendapati Elgan disana. Cia dan Nadin bergedik tidak tahu dimana keberadaan pria itu sekarang.

"Itu bukannya dia?" Tanya Cia saat melihat Elgan yang berjalan menghampiri mereka.

Sedari tadi Cia memang samar-samar melihat Elgan yang berdiri didepan dinding kaca mengahadap jalanan kota. Namun, ia tidak begitu yakin kalau itu benar-benar Elgan. Disaat Elgan menghampiri mereka barulah Cia yakin kalau itu benar si pria sombong dan dingin yang ia temui di party Nadin kemarin malam.

"Masih lama?" Tanya Elgan saat sudah berdiri diantara tiga orang itu. Tadi Elgan menjauh dari suara berisik saat mamanya menelpon.

"Kenapa?" Tanya Niko balik. Ia mengerti maksud dari pertanyaan singkat sahabatnya itu. Bukannya menyapa teman barunya, Elgan malah menampakkan tampang datarnya yang membuat Cia mencibir tak suka.

"Nyokap nelpon." Balas Elgan seadanya

Niko mengangguk mengerti..

"Oiya kalian masih lama selesainya?" Tanya Niko sambil menghadap Nadin.

"Engga, gue sama Cia udah mau pulang kok, kalian duluan aja." Balas Nadin yang ikut diangguki oleh Cia.

"Ya udah, kalo gitu gue sama Elgan pergi dulu ya." Pamit Niko, sedangkan Elgan sudah melangkah menjauh dari tiga orang tersebut.

Cia Dan Nadin menggangguk mengiyakan perkataan Niko.

"Tunggu Woy! Lo hobby banget ninggalin gue!" Teriak Niko sambil mengejar Elgan yang sudah sampai dilantai dasar. Elgan terus melanjutkan langkahnya hingga memasuki mobil dan mengabaikan sumpah serapah dari Niko karena telah meninggalkannya.

"Lo sombong banget jadi cowok. Gak ada ramah-ramahnya sedikit pun." Niko langsung mengeluarkan kekesalannya saat sudah masuk kedalam mobil.

"Terserah. Nyokab gue udah marah-marah karna kelamaan nunggu gue pulang." Timpal Elgan, walaupun tidak 100 persen benar.

Elgan menghidupkan mobil dan mulai melajukannya keluar dari pekarangan gedung.

"Sensitive amat. Jangan-jangan nyokap lo lagi hamil " Niko menanggapi perkataan Elgan dengan gurauannya.

"Mulut lo!" Bentak Elgan sambil menatap Niko yang duduk disampingnya. Mana mungkin mamanya hamil lagi disaat ia sudah berumur dua puluh enam tahun. Yang cocok mah dia yang punya anak.

"Kan bisa aja." Balas Niko sambil mencibirkan mulutnya pura-pura merengut.

Suara azan maghrib terdengar saat mereka sudah hampir memasuki pekarangan mansion. Elgan merasa hari ini waktunya habis sia-sia karena menemani Niko ke tempat yang tidak jelas. Andai saja ia tahu dari awal kalau Niko akan mengajaknya ketempat itu, Elgan seratus persen pasti akan menolaknya. Apalagi, tadi saat di perjalanan pulang, mereka harus berurusan dengan ibu-ibu hamil yang tanpa sengaja mereka menyenggol kaca spion mobil ibu tersebut. Jadilah sekarang mereka pulang jauh dari waktu yang diharuskan. 

"Elgan, dimana Niko? Kenapa kamu sendirian?" Suara Lira langsung menyambut kepulangan Elgan. Lira sudah rapi dengan mukena yang dikenakannya. 

"Di apartemen nya lah ma." Elgan yang tadi berhenti diruang tengah kembali melanjutkan langkahnya saat sudah menjawab pertanyaan mamanya.

"Ya sudah kamu mandi sana. Jangan lupa shalat dan bersiap-siap, selesai itu kita berangkat." Lira menatap punggung anaknya yang sudah berjalan menaiki anak tangga. 

"Iya, Ma."

Kaugnay na kabanata

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 4

    Malam hari, sekitar pukul setengah delapan keluarga Lambert sudah bersiap-siap hendak pergi kerumah sahabat mereka. Lira sedari tadi terus tersenyum tidak jelas membuat Elgan heran melihat tingkah mamanya itu. Lira sudah cantik dengan dress berwarna baby blue yang melekat ditubuhnya yang masih terlihat indah. Lira memang masih cantik disaat umurnya yang sudah hampir memasuki usia 50-an. Tidak heran ia memiliki putra yang sangat tampan seperti Elgan."Kenapa sih Ma kelihatannya seneng banget?" Tanya Elgan mengalihkan perhatian mamanya."Iya, mama lagi bahagia, bentar lagi bakalan jumpa calon mantu mama." Jawab Lira masih dengan senyumannya. Elgan langsung mengalihkan pandangannya dari mamanya mendengar jawaban tersebut.Tiiin...Tiiin...Suara klakson mobil terdengar dari garasi. Bima yang sedang memanaskan mesin mobil membunyikan klaksonnya saat istri dan anaknya tak kunjung keluar."Ayo, Nak. Papamu sudah heboh sendiri didepan." Lira mengajak Elg

    Huling Na-update : 2021-04-15
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 5

    Ingin rasanya Cia mengatakan tidak kepada Bima, tapi melihat antusias kedua orangtuanya membuat Cia bersedih. Pasti orang tuanya akan sangat kecewa jika ia menolak perjodohan tersebut.Cia tidak kunjung menjawab pertanyaan tersebut sehingga Bima kembali berujar."Keterdiamanmu akan kami anggap sebagai jawaban, bahwa kamu menerima perjodohan ini." Ujarnya.Lira dan kedua orangtua Cia tersenyum mendengar penuturan Bima barusan. Sementara Cia dan Elgan tampak diam seribu bahasa. Entah apa yang sedang mereka pikirkan, tetapi jika dilihat dari mimik wajah tampak jelas jika mereka tidak menunjukkan kebahagiaan yang biasanya dirasakan oleh sepasang kekasih yang akan segera menikah."Elgan, kamu bisa langsung memasangkan cincin untuk Cia." Suruh Bima pada anaknya.Elgan merasa seperti sedang bermimpi. Bagaimana bisa ia berakhir seperti ini. Berakhir dengan gadis pilihan mamanya dan melamar gadis itu malam ini. Elgan mel

    Huling Na-update : 2021-04-15
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 6

    Nadin menatap kesal ponselnya yang berada di atas meja, tepat di samping komputer. Waktu makan siang sudah masuk sepuluh menit yang lalu. Namun, Nadin masih belum beranjak dari kursinya."Kenapa lo?" Suara Cia mengalihkan pandangannya."Ini nih, si Niko. Katanya mau ngajakin gue makan diluar, tapi sampai sekarang masih belum ngasih kabar." Nadin memanyunkan bibirnya."Dia lupa kali. Mending lo telpon aja deh dari pada lo kelamaan nunggu." Cia memberi solusi."What? Yang bener aja lo! Masa iya gue duluan yang nelpon, kan gue malu. Mau ditaroh dimana wajah cantik gue ini. Nanti dia pikir gue terlalu berharap lagi." Protes Nadin tidak setuju dengan solusi Cia."Lo mah gitu, gengsinya kebangetan." Cia berujar sambil membereskan lembaran-lembaran kertas yang berserakan diatas mejanya.Nadin bungkam, tidak membantah perkataan Cia. Cia yang melihat Nadin tidak menjawab melanjutkan ucapannya."Kalau gue jadi lo ya, gue

    Huling Na-update : 2021-04-15
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 7

    Elgan menaiki mobil yang dikemudi oleh supirnya. Ia membiarkan Niko membawa mobilnya untuk mengantarkan Nadin, lagipula ia terlalu malas jika harus ikut dengan Niki untuk mengantarkan gadis itu ke kantornya. Sangat merepotkan, pikir Elgan.Tidak berapa lama kemudian, Elgan sampai di depan rumah mewah yang beberapa hari lalu ia kunjungi bersama orangtuanya. Ternyata di saat siang begini, pelataran rumah keluarga Florence itu tampak jauh lebih indah.Elgan bergegas menuju pintu utama. Seorang pembantu yang berada di depan rumah membukakan pintu untuk Elgan."Assalamu'alaikum." Salam Elgan setelah pembantu itu pergi dari hadapannya. Elgan melemparkan pandangannya ke setiap ruangan, menunggu si tuan rumah menjawab salamnya."Wa'alaikumsalam." Suara Elena terdengar dari salah satu ruangan. Elena menghampiri Elgan sembari tersenyum manis menyambut kedatangan calon menantunya itu."Nak Elgan, kamu sendirian? Tante pikir kamu datang b

    Huling Na-update : 2021-04-15
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 8

    Di pagi hari yang serah ini, orang-orang melakukan berbagai macam aktivitas. Biasanya, pagi yang cerah dapat menambah semangat bagi orang yang merasakannya. Hari ini, keluarga besar Lambert dan Florence sedang bersuka cita. Hari di mana terikatnya tali pernikahan antara Cia dan Elgan. Terlihat rumah mewah yang menjadi kediaman keluarga Florence itu sudah dihias sedemikian rupa, pertanda resepsi akan segera di mulai dan keluarga besar Lambert juga sudah tiba beberapa saat yang lalu.Di kamar lantai atas, kamar yang selalu menjadi tempat seorang gadis terlelap setiap malam, Cia tampak duduk termenung di depan cermin hias. Ia menatap pantulan dirinya yang sudah berbalut kebaya putih dengan tatapan kosong. Beberapa saat yang lalu, ia mendapat kabar bahwa keluarga Elgan sudah tiba. Cia meremas tangannya yang berada di atas paha. Ia gugup. Tidak lama lagi ia akan sah menjadi istri Elgan. Mengingat nama Elgan, Cia merasa gamang dengan pernikahan tersebut. Cia paham, bahwa ia dan Elga

    Huling Na-update : 2021-04-15
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 9

    Di pagi hari, sebelum matahari menampakkan dirinya, Cia sudah bangun dari tidurnya. Ia melihat ke arah samping dan menatap kosong ranjang di sebelahnya. Cia menggeleng saat pemikiran buruk tentang Elgan melintas di pikirannya."Apa malam ini dia tidak pulang?" Tanya Cia entah pada siapa.Cia mengkuncir rambutnya lalu membersihkan diri di kamar mandi.Beberapa menit kemudian, Cia sudah selesai mandi dan melaksanakan sholat subuh. Saat ini, ia sedang berkutat dengan masakannya. Cia merasa senang saat melihat bahan-bahan masakan yang sudah lengkap di lemari es. Jadi ia tidak perlu lagi pergi ke pasar untuk membeli bahan masakan. Cia sangat yakin pasti semua ini mama mertuanya lah yang menyiapkan, tidak mungkin Elgan yang melakukan ini semua, melihat wajah Cia saja dia enggan apalagi peduli dan menyiapkan semua ini.Pagi ini, Cia memasak makanan yang dulu sering ia buat bersama mamanya, nasi goreng spesial. Cia sudah menyajikan dua p

    Huling Na-update : 2021-04-18
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 10

    Cia menatap nanar punggung Elgan yang menghilang di balik pintu. Cia menghela nafas lelah. Ia tidak menyangka Elgan akan pergi begitu saja tanpa mau memakan masakannya. Berbagai macam pertanyaan melintas di pikiran Cia. Bagaimana bisa Elgan pergi tanpa makan siang terlebih dulu? Mengapa pria itu menolak ajakannya? Apa Elgan sangat bencinya hingga makan bersamapun ia ogah? Kemana pria itu akan pergi dengan kondisi wajah yang belum membaik? Entahlah. Cia tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.Lagi-lagi Cia menghembuskan nafasnya sembari menengadah. Untuk kedua kalinya ia makan seorang diri di meja makan tanpa ditemani siapapun. Makanan yang awalnya terasa lezat di mulut Cia, kini terasa hambar. Sup yang ia cicipi terasa lezat beberapa saat yang lalu kini terasa berbeda di lidahnya. Semuanya, Cia merasa tidak enak dengan semua yang terjadi. Walaupun makanan tersebut terasa hambar di lidahnya, namun ia tetap harus makan. Ia butuh energi untuk menghilangkan semu

    Huling Na-update : 2021-04-18
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 11

    Seringai tipis terukir di bibir Elgan. Matanya yang tajam membuat siapa saja akan yakin kalau pria ini benar-benar mengerikan. Termasuk cara berpikirnya yang kadang sulit untuk dimengerti. Termasuk Niko, ia tidak mengerti bagaimana jalan pikir sahabatnya itu. Bagaimana bisa Elgan melakukan semua itu pada Cia? Atas dasar apa sebenarnya Elgan melakukannya hingga dia benar-benar ingin membuat Cia menderita? Semua pertanyaan itu hanya Elgan lah yang dapat menjawabnya dan Niko sebagai sahabatnya akan berusaha agar Elgan mau menjawab semua pertanyaan itu dan ia benar-benar mengerti dengan alasan yang Elgan berikan."Tapi, kenapa lo lakuin itu? Gue yakin dan percaya, lo juga sadar kalau semua yang lo lakuin itu salah." Ujar Niko semakin dalam."Iya, gue tau gue salah, tapi yang lebih salah itu dia. Kenapa dia masuk ke kehidupan gue?! Gue ngerasa terusik dengan kehadiran dia!" Ujar Elgan tajam.Niko langsung membantah perkataan Elgan."Tapi lo sendirikan juga tau kal

    Huling Na-update : 2021-04-18

Pinakabagong kabanata

  • My Cold Husband Is A CEO   Info Season 2

    Hai, Kak, terimakasih banyak karena kalian sudah membaca novel ini. Tanpa dukungan kalian novel ini mungkin tidak akan bisa aku selesai dengan baik. Terimakasih atas supportnya selama ini. Di sini, aku ingin menyampaikan mengenai kelanjutan dari cerita My Cold Husband Is A CEO. Yang mana judul selanjutnya My Cold Husband IS A CEO 2. Kakak semua bisa lihat di 'tentang penulis' di bagian depan buku ini untuk melihatnya. Tentu saja aku pasti melanjutkan cerita ini karena masih banyak konflik-konflik yang akan mengiringi perjalanan rumah tangga Elgan dan Cia, kehamilan Cia dan juga perjalanan cinta Niko dan Nadin. Semoga kalian suka dengan kelanjutan cerita ini. Sekali lagi aku ucapkan terimakasih.

  • My Cold Husband Is A CEO   Epilog

    Dua bulan kemudian. Langit masih gelap, awan masih tampak hitam. Rembulan sudah mulai turun. Azan subuh sudah berkumandang beberapa menit yang lalu. Jangan harap ada suara kokokan ayam yang menjadi alarm tidur. Ini bukan pedesaan. Orang-orang perkotaan biasanya menggunakan benda kecil dengan suara yang nyaring untuk membangunkan tidur mereka. Hal itu sama seperti Cia, wanita itu biasanya bangun karena alarm. Tapi, hari ini berbeda, Cia terbangun dari tidurnya saat rasa mual tiba-tiba merenggut tidur nyenyaknya.Di dalam kamar mandi, Cia berdiri di depan wastafel dan memuntahkan cairan bening yang terasa pahit di lidahnya. Perutnya terasa melilit, padahal ia tidak sedang menstruasi.Cia menyeka air yang lengket di mulutnya. Tidak ada makanan yang keluar kecuali cairan bening yang terasa pahit.Ruangan yang tidak terlalu besar itu terasa berputar saat Cia mencoba menegakkan t

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 48

    Selesai sarapan pagi, Cia langsung mencuci piring kotor yang sudah Elgan pindahkan dari meja makan ke wastafel yang tidak jauh dari meja kompor. Ada banyak perubahan dari diri Elgan dan Cia sangat mensyukuri itu. Suaminya itu tidak lagi langsung pergi setelah selesai makan, seperti yang sudah-sudah. Kali ini, Elgan akan membantunya melakukan pekerjaan rumah yang bisa ia kerjakan. Awalnya, Cia terperangah saat melihat Elgan memindahkan piring-piring kotor itu ke wastafel. Hingga akhirnya ia mengulum senyum saat melihat Elgan kembali ke meja makan dan membersihkan meja tersebut dengan serbet.Elgan yang tadi melihat wajah keheranan Cia, langsung menjawab tanpa diminta."Aku mau bantuin istriku beresin ini, bolehkan?" Elgan menatap Cia dengan penuh cinta.Cia yang sedang berdiri di depan wastafel semakin mengembangkan senyumnya.Istriku.Kata yang manis.Walaupun perlakuan Elgan sangat sederhana, hal itu sudah mampu menyentuh

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 47

    Elgan baru saja pergi dari pemakaman Alden bersama Niko dan Nadin. Pemakaman yang dilakukan dengan khidmat itu menyisakan kenangan di ingatan mereka. Mereka masih saja tidak menyangka kalau Alden benar-benar telah pergi, padahal rasanya mereka baru saja bertemu. Pertemuan mereka memang tidak disangka-sangka, sama seperti perpisahan kali ini. Semua makhluk hidup pasti akan bertemu azalnya, semua orang tau itu, tapi tetap saja setiap kepergian selalu menyisakan kesedihan. Mengapa harus demikian? Bukankah kita sudah tau akhir dari kehidupan? Bukankah kita tau kematian akan menghampiri siapapun? Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, begitulah konteksnya. Kita tidak dapat membantah dan menghindari hal tersebut.Mereka memasuki ruangan serba putih itu, bau obat-obatan langsung menyambut mereka. Di sana, sudah ada Lira dan Bima, sementara Xavier dan Elena masih di pemakaman, mereka sedang menemani Mr. Bill yang sedang berduka. Elgan segera menghampiri Cia, wanita itu sedang tidur, m

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 46

    Elgan dan Amora berjalan cepat di lorong rumah sakit yang sunyi menuju ruang operasi tempat Cia dan Alden berada. Disana, Elgan melihat kedua mertuanya terduduk lemas. Mereka saling merengkuh, menangis terisak. Terlebih Elena, wanita itu tidak dapat menahan isakannya yang semakin menjadi. Tubuhnya bergetar hebat sejak mendapat kabar tentang kecelakaan putrinya. Elena meradang, kejadian waktu itu kembali terulang. Ia menggeleng kuat ketika pikiran-pikiran buruk mengenai keselamatan putrinya melintas di pikirannya. Disana, Elgan juga melihat keberadaan Mr. Bill. Pria itu tampak terpukul dengan kejadian ini. Tapi apakah itu asli atau hanya sekedar akting?."Ma, Pa." Panggilnya setelah sampai di dekat mertuanya.Xavier menatap Elgan sebentar lalu melirik Amora yang berdiri di samping pria itu. Sementara Elena tetap menangis di pelukan suaminya."Pa, maafin aku. Aku gak bisa jaga Cia dengan baik." Elgan menatap Xavier dengan perasaan bersalah.Ia telah

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 45

    Cia baru saja keluar dari gedung tempatnya bekerja. Sekarang ia tengah mengendarai mobilnya sambil bersenandung ria. Cia mengetuk-ngetuk stir dengan telunjuknya mengikuti irama musik yang ia dengar. Sebuah lagu keluaran terbaru dari Taylor Swift dengan judul It's Time to Go sering ia dengar akhir-akhir ini. Cia menatap jalanan di depannya. Orang-orang tampak sedang menunggu lampu berubah hijau, termasuk dirinya.Cia termenung beberapa saat, pikirannya melayang memikirkan Elgan, pasti pria itu sedang bertemu dengan Amora saat ini. Ia tidak mengungkit hal tersebut tadi pagi karena menunggu pengakuan dari Elgan, tapi tampaknya pria itu tidak berniat memberitahunya bahwa ia akan bertemu Amora sore ini. Cia juga malas untuk bertanya. Biarkan saja pria itu melakukan apapun yang ia suka. Lampu di depannya sudah berubah, Cia langsung tancap gas menyusuri jalanan disana. Beberapa menit kemudian, ia keluar dari mobil setelah melepas sealtbelt dan mengambil tasnya di jok sebelah.

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 44

    Langit masih gelap menandakan hari masih malam, tapi Cia sudah terusik dari tidurnya. Ia melenguh pelan disusul dengan matanya yang kian terbuka. Cia mengusap matanya pelan lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah. Gelap. Ruangan dimana ia dan Elgan tidur hanya diterangi oleh cahaya yang berasal dari lampu yang berada di atas nakas.Cia mengulurkan tangan dan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas lalu melihat jam yang tertera di benda pipih itu."Masih jam setengah empat. Berarti gue baru tidur sekitar satu jam setengah, huh!" Ucapnya pelan lalu kembali meletakkan ponselnya ke tempat semula.Cia menoleh ke samping dan melihat Elgan yang masih terpecam. Pria itu tidur menyamping ke arahnya dengan lengan kekarnya yang berada di atas perutnya. Ia yang tadinya tidur telentang kini merubah posisinya menjadi menghadap Elgan. Senyum manis langsung terukir di bibir tipisnya saat melihat wajah Elgan yang tak berekpresi. Dengan perlahan tangannya terulur

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 43

    Elgan memasuki kamar dimana di dalamnya sudah ada Cia yang baru saja keluar dari kamar mandi. Elgan memperhatikan tubuh Cia yang kini sudah dibalut gaun tidur. Sexy dan tentunya menggoda. Elgan yang berdiri kaku di ambang pintu baru menyadari betapa indahnya tubuh ciptaan tuhan tersebut. Kemana saja ia selama ini hingga sekarang ia baru menyadari hal tersebut? Akh! Elgan merutuki dirinya yang telah menyia-nyiakan ke-agresifan Cia dulu.Andai saja dulu ia tidak dibutakan oleh cinta masa lalunya, pasti sekarang ia dan Cia sudah bahagia dan selalu menghabiskan malam mereka dengan kegiatan panas yang menguras tenaga. Huh! Elgan jadi panas dingin memikirkannya."Gimana caranya supaya gue bisa dapetin Cia lagi?"Elgan menyandarkan tubuhnya di kosen pintu sambil memperhatikan gerak gerik Cia yang sedang menyisir rambut di depan cermin.Elgan ingin merasakan tubuh itu lagi!"Akkhh!!" Elgan meremas rambutnya frustasi. Mengapa di saat yang

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 42

    Mobil sport hitam yang dikemudi oleh Alden tampak melaju membelah kepadatan kota Jakarta. Gedung-gedung pencakar lagi tak luput dari perjalanan mereka. Para pengguna jalan dari bermacam generasi menjadi point penting untuk kepadatan kota itui. Alden bersenandung kecil mengikuti irama musik yang berasal dari radio. Sebuah lagu yang berjudul; Bukan Dia Tapi Aku yang dibawakan oleh Judika ikut ia nyanyikan bersama jarinya yang sesekali mengetuk-ngetuk stir mobil. Tidak berapa lama kemudian, mobil hitam itu tampak melambat dan berbelok memasuki salah satu gedung pencakar langit lalu berhenti di basement.Alden dan Cia turun dari mobil. Cia yang baru pertama kali datang ke perusahaan itu celinga-celinguk menatap keseluruhan interior. Semuanya tampak cantik dan mewah. Mereka memasuki lobby dan tanpa bertanya kepada resepsionis Alden menarik Cia memasuki lift yang Cia yakin lift itu di khususkan hanya untuk pemegang saham terbesar. Keluar dari lift, Alden kembali menggandeng tangan

DMCA.com Protection Status