My Absurd CEO

My Absurd CEO

By:  Icas Sia  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
35Chapters
3.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Enzo Delwyn seorang CEO perusahaan WinEx Group berusia 28 tahun berbeda dari CEO pada umumnya. Diantara wanita cantik yang mengelilinginya ia justru memilih seorang gadis belia bernama Aylin. Aylin yang masih SMA tentu merasa aneh Enzo mendekati dirinya. Bagaimanakah kisah mereka? Apakah berakhir indah? Baca kisahnya untuk mengetahui akhir kisah mereka :)

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Mblee Duos
salam kenal dari aku yang pemula kak...... semangat nulisnya ya kak... saling support juga yuk, di cerita aku MAMA MUDA VS MAS POLISI......
2022-11-24 17:18:52
0
35 Chapters

BAB 1

Kemeja rapi, jas necis, sepatu hitam mengkilap menjadi pekerjaan yang paling didamba sebagian besar manusia. Laki-laki berperawakan jangkung turun dari mobil. Ribuan karyawan yang sudah menanti sontak berdesakan untuk melihat sang CEO perusahaan WinEx Group.Enzo Delwyn, semua mata tertuju padanya tanpa luput. Ada mata yang berbinar kagum hingga mata yang nampak penuh haru biru. Tatapan yang cukup beragam untuk menyambut kedatangan laki-laki berperawakan tinggi menjulang itu. Bukan jas dan kemeja rapi yang menyejukkan mata melainkan kaos oblong santai berwarna merah menyala. Dengan tidak matching Enzo mengenakan celana panjang warna kuning. Pun digulung sebatas lutut. Menampakkan kaki panjangnya yang dihiasi bulu kecil yang seolah malu untuk tumbuh. Hingga tiba-tiba datanglah laki-laki berjas hitam rapi nan necis menghampiri Enzo. Sekretaris perusahaan WinEx Group, Jayden."Bapak yakin hanya mengenakan sendal jepit saja?" tanya Jayden kepada bosnya. Pasalnya ia sendiri merasa gemas de
Read more

BAB 2

“Ay tidak mau Pa!”Sangkal gadis bertubuh mungil dengan rambut kuncir kuda khas anak seusianya. Bibirnya yang berwarna merah ranum pun sudah maju beberapa centi. Menandakan Aylin memang sedang tidak bercanda.“Dengerin Papa dulu Nak.”Dengan terpaksa Aylin menghentikan langkah kakinya yang sudah menaiki tangga. Meski begitu ia tetap enggan memutar tubuhnya menghadap sang Ayah. “Enzo itu rekan bisnis terbaik Papamu Ay,” ungkap Sekar, Ibu Aylin yang masih terlihat awet muda.Apa hubungannya semua itu? Aylin bertanya-tanya dalam hati. Pemuda slengean yang sering nongkrong di depan gerbang sekolahnya berniat ingin menikahi dirinya. Benar-benar diluar dugaan Enzo adalah rekan bisnis Rendy, Ayah Aylin.“Tapi Ay masih bocil Ma. Baru juga kelas XI,” protes gadis remaja itu tidak terima.Respon yang normal untuk remaja SMA seperti Aylin. Sebenarnya Rendy juga cukup menyayangkan jika gadis kecilnya menikah secepat itu. Tapi melihat keseriusan Enzo perihal putrinya. Akhirnya ia memilih untuk m
Read more

Bab 3

“AKU BUKAN ANAK PAUD!!!”Aylin menggerutu membaca dan meresapi buku yang kini ia pegang. Matanya yang semula berbinar pun berubah menjadi nanar. Lagipula apa yang ia harapkan dari seorang Enzo yang super absurd itu. “Kata siapa buku mewarnai hanya untuk anak paud?” Lirikan tajam menghujam Enzo yang berwajah ceria tanpa dosa. Sontak laki-laki berwajah jenaka itu menutup mulut. “Om anak SMA mana yang masih memakai buku mewarnai?”Enzo menggaruk rambutnya yang sama sekali tidak gatal. Ia juga tidak paham mengapa ia melakukan hal demikian. Ia hanya merasa otaknya bekerja dengan keras untuk memikirkan pertanyaan Aylin. “Hmmm ...”Laki-laki berbadan jangkung itu masih mencoba berpikir dengan logikanya. Mengapa pertanyaan Aylin sulit sekali untuk ia pahami. Cklek!“Hehe, iya ayo jalan aja.”Tanpa basa-basi lagi Enzo segera menyalakan mesin mobilnya. Jiwa tidak pekanya menguap begitu saja saat melihat gadis disampingnya sudah bersiap mengenakan sabuk pengaman. Perjalanan pun berlalu den
Read more

Bab 4

Enzo melipat sikunya sebagai penopang dagu. Mata elangnya menatap jauh gedung pencakar langit dari balik kaca jendela kantor. Kepalanya terasa berat mendengar presentasi dari seorang karyawan kantornya yang terdengar seperti lagu penghantar tidur untuknya. Berulang kali ia menguap menahan kantuk. “Sudah pak,” ucap Jayden.Entah lantaran terlalu pelan suara Jayden atau Enzo yang terlalu mengantuk. Laki-laki bertubuh jangkung itu tidak merespon sama sekali. Matanya masih menatap kosong keluar jendela. Tentu saja tingkah Enzo membuat karyawan kantor yang mengikuti rapat itu terkekeh geli. “Pak Enzo, bangun yuk bisa yuk,” ucap Jayden seraya melambaikan tangan di depan wajah Enzo.Dengan sigap Enzo menegakkan tubuh jangkungnya yang justru mengundang gelak tawa satu ruangan. Apakah Enzo peduli? Tentu tidak. Sebenarnya ia masih bisa mendengarkan presentasi salah satu karyawannya. Ia juga paham betul apa yang menjadi bahasan rapat siang itu. Ditengah cuaca yang terik ia merasa begitu pelik
Read more

Bab 5

Seperti janji langit yang tidak selalu biru. Hidup pun tidak selalu tentang kebahagiaan. Ada kalanya rasa senang itu berubah menjadi pilu. Mata yang sembab, rambut tidak lagi terawat, rongga pernapasan yang terasa mencekat. Gadis bertubuh mungil itu memeluk tubuhnya sendiri. Genangan di matanya sudah mengering lantaran entah berapa kali ia terus menangis."Ma, Pa ..." rengek Aylin mencoba menerima kenyataan kepergian kedua orang tuanya.Keterpurukan terlukis jelas dalam raut wajah gadis berusia 16 tahun itu. Kepergian kedua orang tuanya yang tiba-tiba membuat Aylin kehilangan cahaya. Kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya sungguh pukulan yang teramat keras untuk Aylin. Jika ia di izinkan untuk memilih tentu ia akan memilih dirinya yang pergi. Tapi ketetapan Tuhan adalah mutlak. Tidak bisa dilawan tidak bisa disangkal."Kamu yang kuat ya Ay. Mulai sekarang kamu tinggal di rumah Bunda aja," ucap wanita paruh baya mencoba menenangkan Aylin.Aylin melirik sekilas wanita paruh baya
Read more

Bab 6

Aylin tercekat melirik laki-laki remaja yang terpaut tidak terlalu jauh darinya sedang berjalan menuju tempat duduknya. Rambutnya yang terkibas angin menambah ketampanan Devin. "Buat kamu," ungkap Devin seraya mengulurkan sekotak kue bertuliskan Homemade. Menandakan kue itu bukan buatan pabrik.Devin menarik seulas senyum melihat mata Aylin yang berbinar. Ia tahu gadis yang ia kagumi itu tidak akan bisa menolak makanan manis. Begitulah informasi yang ia dapat dari sahabat Aylin. "Terima kasih kak."Namun mata berbinar itu berubah menjadi sendu kembali. Mengisyaratkan betapa pedih beban dibalik keceriaanya. Betapa banyak hal yang disembunyikan. Jelas sekali sorot mata indah itu berubah menjadi penderitaan."Kamu yang kuat ya. Aku tahu kehilangan kedua orang tua itu tidak mudah. Tapi aku tahu kamu gadis yang kuat melewati itu semua. Semangat!"Aylin terpaku, bukan pada ketampanan Devin. Tapi pada tutur katanya yang terdengar sangat tulus. Hingga membuat jantungnya berdegup tak menentu
Read more

Bab 7

"Bener-bener ya kamu!"Elena mendengus kesal dengan tingkah putranya. Pasalnya Enzo meninggalkan Aylin seorang diri. Hal itu lah yang membuat Elena memarahi Enzo."Iya-iya Enzo minta maaf," ucap Enzo."Kok kayak gak ikhlas gitu jawabnya!?" protes Elena sengit.Laki-laki bertubuh jangkung itu menarik napas dalam. Daripada terjadi perang dunia lebih baik ia mengalah."Iya Bunda cantik Enzo minta maaf," sahut Enzo seraya memamerkan deretan giginya.Namun wanita paruh baya itu masih saja menggerutu. Ia sungguh tidak bisa menoleransi kelalaian putranya. Bagi Elena Aylin tak kalah penting karena sudah ia anggap seperti putri kandungnya sendiri.Tidak mempan dengan pujian Enzo mencoba memutar otak mencari cara. Guratan serius mulai terpancar dari wajahnya yang biasanya jenaka. Sungguh pemandangan yang langka."Bun tadi Enzo beli gulali loh," bujuk Enzo merayu sang Ibu agar luluh.Apakah cara itu akan berhasil? Aylin geleng-geleng kepala tidak habis pikir dengan bujukan Enzo kepada mertuanya.
Read more

Bab 8

"Nih minum dulu," ucap laki-laki berparas paling mencolok diantara remaja laki-laki seusianya. Begitu menawan dan berkharisma.Misel terpana pada tatapan laki-laki yang mengenakan seragam senada dengan dirinya. Napasnya yang ngos-ngosan mendadak menjadi teratur. Rupanya ospek hari ini adalah outbond dan game. Cuaca yang terik membuat badan mudah sekali berkeringat sehingga badan menjadi lemas dan tenggorokan kering keronta.Hingga datanglah seorang pangeran bagai cerita di negeri dongeng membawa sebotol air mineral. Saat itu lah pertemuan pertama kali Misel dengan Devin terjadi. "Makasih ganteng," puji Misel jujur apa adanya. Bukan hanya ganteng tapi sangat ganteng di mata Misel.Bukannya tersipu laki-laki yang duduk disamping Misel justru terbahak mendengar pujian Misel."Kamu orang ke seratus yang bilang aku ganteng hari ini, hahaha."Misel justru kian tersipu susah payah ia menyembunyikan rona merah yang muncul di pipinya. Lesung pipi Devin mengalihkan dunianya."Eh kita temenan
Read more

Bab 9

"Hik ... Hik!"Enzo menahan napas lalu sejenak lalu menghembuskannya perlahan. Rupanya cara itu sangat ampuh menghilangkan cegukan yang melanda dirinya beberapa saat yang lalu. "Minum!" titah seorang laki-laki berusia hampir 35 kepada Enzo. Lantaran Enzo yang sejak tadi terus cegukan seperti anak kecil."Sudah sembuh Kak," ucap Enzo menjulurkan lidah mengejek. Puas sekali ia dapat mengerjai sang Kakak.Benar, laki-laki yang kini tengah duduk di sofa berwarna biru itu adalah Frans kakak Enzo yang baru saja pulang dari Texas. Sekilas mereka terlihat familiar satu dengan yang lain. Mulai dari garis wajah hingga bentuk mata yang tajam."Jadi karena orangtuanya meninggal kamu menikahi gadis itu lebih cepat?" Enzo menganggukkan kepala. Ia tahu yang dimaksud Frans adalah Aylin. "Jangan bilang kamu jatuh cinta beneran?" cecar Frans penuh selidik.Reflek Enzo menautkan alis tajam. "Mustahil.""Bagus, dengan begitu kamu bisa menghancurkan gadis itu kapan saja."Remaja laki-laki berusia 11 ta
Read more

Bab 10

"Ck! Aylin mana sih kok gak ada," monolog Sesil kepada dirinya sendiri. Gadis itu bahkan merasa tidak lahap memakan snack yang ia pegang.Sudah hampir setengah jam acara dimulai tapi tidak ada tanda kemunculan Aylin. Berulang kali Sesil menekan tombol panggil pada ponselnya namun nihil jawaban. "Kenapa Sil?" tanya ketua kelas Sesil yang kebetulan duduk berdekatan dengannya."Eh kamu tadi lihat Aylin gak?" Ketua kelasnya nampak berpikir sejenak lalu menganggukkan kepala. "Tadi dia perjalanan kesini kok," jawabnya.Aneh, kenapa gadis itu belum juga tiba. Khawatir terjadi sesuatu dengan sahabatnya. Sesil memutuskan untuk keluar dari aula. Setengah berlari Sesil menuju kelas XI. "Sial! Ada orang."Misel dan teman-temannya terpaksa menghentikan perundungan. Lantaran Misel mendengar jelas suara langkah kaki dari arah berlawanan. Dengan kuat ia membungkukkan badan mungil Aylin diikuti oleh dirinya yang juga ikut berjongkok menunduk. Gudang sekolah memiliki kaca jendela yang transparan dan
Read more
DMCA.com Protection Status