Beranda / Thriller / Misteri Di Balik Mata / Jejak yang Tersembunyi

Share

Jejak yang Tersembunyi

Suci menatap layar komputernya, terjebak dalam tumpukan data dan catatan yang bertebaran di mejanya. Aroma kopi yang sudah dingin dan lampu meja yang bersinar redup menambah suasana suram malam itu. Satu-satunya suara yang terdengar adalah ketikan cepat jari-jemarinya di keyboard saat dia mencoba menganalisis setiap detail yang dia miliki tentang kasus terbaru yang dia tangani.

Setelah penemuan catatan kecil yang misterius di lokasi kejadian, pikirannya tidak bisa berhenti bertanya-tanya tentang makna pesan tersebut. "Jangan... jangan... mereka datang..."—kata-kata itu terus berputar di kepalanya, seperti bisikan dari kegelapan yang menuntut jawaban.

Dari kejauhan, pintu ruangan terbuka dengan lembut, dan Farhan, rekan kerjanya, melangkah masuk. Pria bertubuh tinggi dengan rambut coklat keemasan yang sedikit berantakan, Farhan selalu tampak seperti sosok yang tenang, namun malam ini ada ketegangan yang tampak jelas di wajahnya. Dia meletakkan berkas di meja dan duduk di kursi di hadapan Suci.

"Apakah kau sudah menemukan sesuatu?" tanya Suci tanpa menoleh, matanya masih terpaku pada layar komputer.

Farhan menghela napas, dan suaranya mengandung nada cemas. "Kami mendapat hasil pemeriksaan lebih lanjut. Catatan kecil itu... ada yang aneh. Tinta yang digunakan ternyata mengandung bahan langka yang tidak umum. Hanya digunakan dalam beberapa produk tertentu."

Suci mengerutkan kening. "Jadi, apa yang bisa kita simpulkan dari sini? Ini mungkin sesuatu yang lebih dari sekadar pesan biasa?"

"Benar," kata Farhan, "Kami juga menemukan jejak kaki di sekitar lokasi yang tampaknya tidak sesuai dengan ukuran sepatu korban. Ini bisa menunjukkan bahwa ada orang lain di tempat kejadian selain korban."

Suci menatap Farhan dengan serius. "Apa kita tahu siapa yang mungkin memiliki akses ke tinta tersebut?"

Farhan menggelengkan kepala. "Belum. Tapi kami sedang meneliti lebih lanjut. Untuk sekarang, kita harus melacak jejak kaki itu dan melihat apakah ada hubungan dengan korban."

Suci mengangguk, lalu berdiri dan meraih mantel tipisnya. "Baiklah, aku akan pergi ke lokasi kejadian lagi. Mungkin kita bisa menemukan sesuatu yang terlewatkan."

Setibanya di lokasi kejadian, malam semakin larut dan udara dingin menyentuh kulit Suci. Dia mengenakan mantel dan topi, lalu berjalan menuju gedung yang tampak tua dan angker. Tempat itu terlihat seperti sesuatu yang keluar dari cerita horor—bangunan tinggi dengan jendela-jendela pecah dan cat yang terkelupas. Bau lembab dan berjamur menyelimuti ruangan yang gelap.

Dengan senter di tangan, Suci memeriksa setiap sudut ruangan. Dia berhenti di tempat di mana Farhan dan tim forensik menemukan jejak kaki tersebut. Jejak-jejak itu masih terlihat samar di lantai berdebu. Suci membungkuk dan memeriksa dengan teliti. Jejak kaki itu tampaknya mengarah ke dinding di salah satu sudut ruangan, tetapi tidak ada yang mencurigakan di dinding itu, hanya kotoran dan bekas cat yang pudar.

Sementara Suci mengamati dengan cermat, suara langkah kaki tiba-tiba mengalihkan perhatiannya. Dia berbalik dan melihat seorang pria berdiri di ambang pintu, tubuhnya dibalut bayangan gelap. Wajahnya tidak terlihat jelas, hanya mata yang bersinar dengan cahaya redup dari senter Suci.

"Siapa itu?" suara Suci pecah dalam keheningan, nada kepanikan tersirat di dalamnya.

Pria itu tetap diam, hanya tatapannya yang menembus kegelapan. Suci merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Dia mengambil langkah kecil ke arah pria tersebut, tetapi pria itu menghilang begitu saja seperti embun pagi.

Suci menoleh kembali ke dinding, merasakan ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Tanpa melihat jauh, dia mengamati bahwa ada sesuatu yang aneh pada dinding tersebut—sebuah celah kecil di antara dua papan kayu. Suci merogoh sakunya dan mengeluarkan alat pemindai kecil untuk memeriksa celah tersebut.

Alat pemindai bergetar lembut, dan Suci menekan papan kayu dengan hati-hati. Setelah beberapa saat, papan itu mulai terangkat, memperlihatkan sebuah ruangan kecil yang tersembunyi di balik dinding. Dia merasakan sensasi yang sama dengan menemukan sesuatu yang sangat penting.

Dengan hati-hati, Suci memasuki ruangan kecil itu. Lampunya menerangi rak-rak kecil yang penuh dengan kotak-kotak berdebu dan dokumen tua. Di salah satu kotak, Suci menemukan sebuah buku catatan tua dengan sampul kulit yang sudah usang. Dia membuka buku itu dan mulai membacanya.

Tulisan di dalam buku itu sangat sulit dibaca, namun ada beberapa nama yang tampaknya dikenal Suci—nama-nama yang terkait dengan kasus yang sedang dia tangani. Ada juga beberapa catatan tentang aktivitas yang tidak biasa di sekitar lokasi kejadian.

Suci merasa ketegangan semakin meningkat ketika dia menemukan sebuah gambar yang terlipat di antara halaman-halaman buku tersebut. Gambar itu menunjukkan sketsa kasar dari ruang yang sama di mana dia berada, dengan tanda panah yang menunjuk ke area tertentu. Di sudut gambar terdapat simbol misterius yang tidak dikenalnya.

Saat Suci melipat kembali gambar tersebut dan meletakkannya di kotak, dia merasa seperti ada sesuatu yang lebih besar sedang mengintai dari balik kegelapan. Ada sesuatu yang sangat salah dengan kasus ini, dan dia harus segera mencari tahu lebih banyak.

Pulang dari lokasi kejadian, Suci langsung menghubungi Farhan. Mereka berdua sepakat untuk bertemu di kantor polisi. Farhan tampak lebih gelisah dari biasanya ketika dia menerima laporan Suci.

"Ada sesuatu yang aneh, Farhan. Aku menemukan ruangan tersembunyi di tempat kejadian dan sebuah buku catatan dengan beberapa nama yang kita kenal. Juga ada gambar sketsa dengan simbol yang tidak aku kenali."

Farhan mengambil napas dalam-dalam dan mengamati gambar yang ditunjukkan Suci. "Simbol ini... sepertinya pernah kulihat sebelumnya. Mungkin kita perlu melibatkan seorang ahli simbol atau peneliti sejarah."

Suci mengangguk. "Baiklah, kita akan mencari tahu lebih lanjut. Sementara itu, kita juga harus mencari tahu tentang nama-nama yang ada di buku catatan tersebut."

Sebelum mereka dapat melanjutkan pembicaraan, telepon Farhan berdering. Dia menjawabnya dan wajahnya berubah pucat saat mendengarkan berita yang disampaikan.

"Ini buruk," kata Farhan dengan nada serius. "Ada laporan tentang kejadian serupa di lokasi lain. Kita harus pergi ke sana sekarang."

Suci dan Farhan bergegas menuju lokasi baru yang dilaporkan. Ketika mereka tiba, suasana di sekitar tempat itu sangat berbeda—sebuah gedung tua yang tampak lebih mengerikan daripada yang sebelumnya. Angin malam berhembus kencang, dan bayangan-bayangan di sekeliling tampak bergerak dengan cara yang tidak wajar.

Di depan gedung, mereka melihat sebuah tulisan yang tertempel di dinding—sebuah pesan yang mirip dengan yang ditemukan di lokasi pertama: "Jangan... jangan... mereka tahu."

Suci merasakan getaran ketegangan di seluruh tubuhnya. Apakah ada hubungannya antara kasus ini dengan lokasi yang baru ditemukan? Atau mungkin ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar?

Ketika dia memandang ke arah gedung yang menunggu di kegelapan malam, dia merasakan ada sesuatu yang akan terjadi—sesuatu yang bisa mengubah seluruh arah penyelidikan mereka. Dengan langkah penuh hati-hati, Suci memasuki gedung, dan setiap langkahnya semakin membuatnya merasa bahwa jawaban dari misteri ini mungkin lebih menakutkan dari yang dia bayangkan.

Di dalam kegelapan gedung yang hampir runtuh, sebuah bayangan bergerak di belakang Suci, dan suara derit yang tidak dapat dijelaskan menggema di seluruh ruangan. Suci berbalik, namun yang dia lihat hanya kegelapan yang mencekam dan rasa takut yang semakin dalam. Apakah dia akan menemukan jawaban atau terjerat dalam jebakan misteri yang lebih mengerikan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status