Beranda / Thriller / Misteri Di Balik Mata / Jejak yang Tersembunyi

Share

Jejak yang Tersembunyi

Penulis: Andi Iwa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suci menatap layar komputernya, terjebak dalam tumpukan data dan catatan yang bertebaran di mejanya. Aroma kopi yang sudah dingin dan lampu meja yang bersinar redup menambah suasana suram malam itu. Satu-satunya suara yang terdengar adalah ketikan cepat jari-jemarinya di keyboard saat dia mencoba menganalisis setiap detail yang dia miliki tentang kasus terbaru yang dia tangani.

Setelah penemuan catatan kecil yang misterius di lokasi kejadian, pikirannya tidak bisa berhenti bertanya-tanya tentang makna pesan tersebut. "Jangan... jangan... mereka datang..."—kata-kata itu terus berputar di kepalanya, seperti bisikan dari kegelapan yang menuntut jawaban.

Dari kejauhan, pintu ruangan terbuka dengan lembut, dan Farhan, rekan kerjanya, melangkah masuk. Pria bertubuh tinggi dengan rambut coklat keemasan yang sedikit berantakan, Farhan selalu tampak seperti sosok yang tenang, namun malam ini ada ketegangan yang tampak jelas di wajahnya. Dia meletakkan berkas di meja dan duduk di kursi di hadapan Suci.

"Apakah kau sudah menemukan sesuatu?" tanya Suci tanpa menoleh, matanya masih terpaku pada layar komputer.

Farhan menghela napas, dan suaranya mengandung nada cemas. "Kami mendapat hasil pemeriksaan lebih lanjut. Catatan kecil itu... ada yang aneh. Tinta yang digunakan ternyata mengandung bahan langka yang tidak umum. Hanya digunakan dalam beberapa produk tertentu."

Suci mengerutkan kening. "Jadi, apa yang bisa kita simpulkan dari sini? Ini mungkin sesuatu yang lebih dari sekadar pesan biasa?"

"Benar," kata Farhan, "Kami juga menemukan jejak kaki di sekitar lokasi yang tampaknya tidak sesuai dengan ukuran sepatu korban. Ini bisa menunjukkan bahwa ada orang lain di tempat kejadian selain korban."

Suci menatap Farhan dengan serius. "Apa kita tahu siapa yang mungkin memiliki akses ke tinta tersebut?"

Farhan menggelengkan kepala. "Belum. Tapi kami sedang meneliti lebih lanjut. Untuk sekarang, kita harus melacak jejak kaki itu dan melihat apakah ada hubungan dengan korban."

Suci mengangguk, lalu berdiri dan meraih mantel tipisnya. "Baiklah, aku akan pergi ke lokasi kejadian lagi. Mungkin kita bisa menemukan sesuatu yang terlewatkan."

Setibanya di lokasi kejadian, malam semakin larut dan udara dingin menyentuh kulit Suci. Dia mengenakan mantel dan topi, lalu berjalan menuju gedung yang tampak tua dan angker. Tempat itu terlihat seperti sesuatu yang keluar dari cerita horor—bangunan tinggi dengan jendela-jendela pecah dan cat yang terkelupas. Bau lembab dan berjamur menyelimuti ruangan yang gelap.

Dengan senter di tangan, Suci memeriksa setiap sudut ruangan. Dia berhenti di tempat di mana Farhan dan tim forensik menemukan jejak kaki tersebut. Jejak-jejak itu masih terlihat samar di lantai berdebu. Suci membungkuk dan memeriksa dengan teliti. Jejak kaki itu tampaknya mengarah ke dinding di salah satu sudut ruangan, tetapi tidak ada yang mencurigakan di dinding itu, hanya kotoran dan bekas cat yang pudar.

Sementara Suci mengamati dengan cermat, suara langkah kaki tiba-tiba mengalihkan perhatiannya. Dia berbalik dan melihat seorang pria berdiri di ambang pintu, tubuhnya dibalut bayangan gelap. Wajahnya tidak terlihat jelas, hanya mata yang bersinar dengan cahaya redup dari senter Suci.

"Siapa itu?" suara Suci pecah dalam keheningan, nada kepanikan tersirat di dalamnya.

Pria itu tetap diam, hanya tatapannya yang menembus kegelapan. Suci merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Dia mengambil langkah kecil ke arah pria tersebut, tetapi pria itu menghilang begitu saja seperti embun pagi.

Suci menoleh kembali ke dinding, merasakan ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Tanpa melihat jauh, dia mengamati bahwa ada sesuatu yang aneh pada dinding tersebut—sebuah celah kecil di antara dua papan kayu. Suci merogoh sakunya dan mengeluarkan alat pemindai kecil untuk memeriksa celah tersebut.

Alat pemindai bergetar lembut, dan Suci menekan papan kayu dengan hati-hati. Setelah beberapa saat, papan itu mulai terangkat, memperlihatkan sebuah ruangan kecil yang tersembunyi di balik dinding. Dia merasakan sensasi yang sama dengan menemukan sesuatu yang sangat penting.

Dengan hati-hati, Suci memasuki ruangan kecil itu. Lampunya menerangi rak-rak kecil yang penuh dengan kotak-kotak berdebu dan dokumen tua. Di salah satu kotak, Suci menemukan sebuah buku catatan tua dengan sampul kulit yang sudah usang. Dia membuka buku itu dan mulai membacanya.

Tulisan di dalam buku itu sangat sulit dibaca, namun ada beberapa nama yang tampaknya dikenal Suci—nama-nama yang terkait dengan kasus yang sedang dia tangani. Ada juga beberapa catatan tentang aktivitas yang tidak biasa di sekitar lokasi kejadian.

Suci merasa ketegangan semakin meningkat ketika dia menemukan sebuah gambar yang terlipat di antara halaman-halaman buku tersebut. Gambar itu menunjukkan sketsa kasar dari ruang yang sama di mana dia berada, dengan tanda panah yang menunjuk ke area tertentu. Di sudut gambar terdapat simbol misterius yang tidak dikenalnya.

Saat Suci melipat kembali gambar tersebut dan meletakkannya di kotak, dia merasa seperti ada sesuatu yang lebih besar sedang mengintai dari balik kegelapan. Ada sesuatu yang sangat salah dengan kasus ini, dan dia harus segera mencari tahu lebih banyak.

Pulang dari lokasi kejadian, Suci langsung menghubungi Farhan. Mereka berdua sepakat untuk bertemu di kantor polisi. Farhan tampak lebih gelisah dari biasanya ketika dia menerima laporan Suci.

"Ada sesuatu yang aneh, Farhan. Aku menemukan ruangan tersembunyi di tempat kejadian dan sebuah buku catatan dengan beberapa nama yang kita kenal. Juga ada gambar sketsa dengan simbol yang tidak aku kenali."

Farhan mengambil napas dalam-dalam dan mengamati gambar yang ditunjukkan Suci. "Simbol ini... sepertinya pernah kulihat sebelumnya. Mungkin kita perlu melibatkan seorang ahli simbol atau peneliti sejarah."

Suci mengangguk. "Baiklah, kita akan mencari tahu lebih lanjut. Sementara itu, kita juga harus mencari tahu tentang nama-nama yang ada di buku catatan tersebut."

Sebelum mereka dapat melanjutkan pembicaraan, telepon Farhan berdering. Dia menjawabnya dan wajahnya berubah pucat saat mendengarkan berita yang disampaikan.

"Ini buruk," kata Farhan dengan nada serius. "Ada laporan tentang kejadian serupa di lokasi lain. Kita harus pergi ke sana sekarang."

Suci dan Farhan bergegas menuju lokasi baru yang dilaporkan. Ketika mereka tiba, suasana di sekitar tempat itu sangat berbeda—sebuah gedung tua yang tampak lebih mengerikan daripada yang sebelumnya. Angin malam berhembus kencang, dan bayangan-bayangan di sekeliling tampak bergerak dengan cara yang tidak wajar.

Di depan gedung, mereka melihat sebuah tulisan yang tertempel di dinding—sebuah pesan yang mirip dengan yang ditemukan di lokasi pertama: "Jangan... jangan... mereka tahu."

Suci merasakan getaran ketegangan di seluruh tubuhnya. Apakah ada hubungannya antara kasus ini dengan lokasi yang baru ditemukan? Atau mungkin ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar?

Ketika dia memandang ke arah gedung yang menunggu di kegelapan malam, dia merasakan ada sesuatu yang akan terjadi—sesuatu yang bisa mengubah seluruh arah penyelidikan mereka. Dengan langkah penuh hati-hati, Suci memasuki gedung, dan setiap langkahnya semakin membuatnya merasa bahwa jawaban dari misteri ini mungkin lebih menakutkan dari yang dia bayangkan.

Di dalam kegelapan gedung yang hampir runtuh, sebuah bayangan bergerak di belakang Suci, dan suara derit yang tidak dapat dijelaskan menggema di seluruh ruangan. Suci berbalik, namun yang dia lihat hanya kegelapan yang mencekam dan rasa takut yang semakin dalam. Apakah dia akan menemukan jawaban atau terjerat dalam jebakan misteri yang lebih mengerikan?

Bab terkait

  • Misteri Di Balik Mata   Teror di Balik Kegelapan

    “Suci, apa kamu yakin ini tempatnya?” tanya Farhan dengan nada keraguan, mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah tua yang tampak semakin menyeramkan saat malam semakin larut.Suci mengangguk pelan, matanya masih fokus pada catatan yang dia pegang. “Iya, ini alamat yang sama dengan yang disebut dalam buku itu. Aku yakin ada sesuatu di sini yang bisa membantu kita.”Keduanya berdiri di depan sebuah rumah tua yang tampaknya sudah lama tidak dihuni. Kayu-kayu jendela dan pintu yang mulai lapuk memberi kesan bahwa rumah itu hampir runtuh. Lampu mobil yang menerangi halaman depan rumah seolah tidak mampu mengusir gelap yang menyelimuti bangunan itu.Farhan menggigit bibirnya, merasakan dingin menyengat yang semakin menusuk. “Kalau ini tidak ada hubungannya dengan kasus kita, aku janji akan menuntut pengembalian uang bensin untuk semua perjalanan kita.”Suci hanya tersenyum tipis, tapi senyumnya tidak mampu menghapus kekhawatiran di wajahnya. “Kalau kau yakin ini tidak penting, kenapa k

  • Misteri Di Balik Mata   Panggilan dari Kegelapan

    "Suci, kita harus segera ke tempat ini," kata Farhan, sambil menunjukkan peta tua yang baru mereka temukan di kantor arsip tua. "Ini bisa jadi petunjuk penting."Suci memandangi peta yang mengungkapkan lokasi yang tampaknya terabaikan di pinggiran kota. "Apa ini? Sepertinya tempat yang sudah lama ditinggalkan," jawabnya, suaranya mengandung keraguan."Itu sebabnya kita harus memeriksanya. Bisa jadi tempat itu memiliki hubungan dengan kasus kita," ujar Farhan, matanya penuh dengan keyakinan. Mereka baru saja menemukan peta itu di antara dokumen-dokumen kuno di arsip yang belum pernah diperiksa sebelumnya."Tapi tempat ini sepertinya sudah lama tidak digunakan. Kita harus waspada," Suci menambahkan, nada suaranya menunjukkan kekhawatiran."Tidak ada salahnya mencoba. Kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan," Farhan menegaskan. Keduanya memutuskan untuk segera berangkat menuju lokasi tersebut.Lokasi yang ditunjukkan di peta ternyata adalah sebuah rumah tua di pinggiran kota, dikelilingi

  • Misteri Di Balik Mata   Kegelapan yang Menyusut

    “Apakah kau yakin kita harus kembali ke rumah tua itu malam ini?” tanya Farhan, suara tegang di tengah kegelapan malam. Lampu senter yang mereka bawa memancarkan sinar lemah di sepanjang jalan setapak yang sempit.Suci memandang ke arah rumah tua yang tampak semakin menyeramkan dalam cahaya malam. “Kita tidak punya pilihan lain. Foto ini—” katanya sambil menunjukkan foto misterius di tangannya, “menunjukkan simbol yang tidak kita mengerti, dan aku rasa ini adalah kunci untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.”Farhan menelan ludah, matanya menatap rumah yang sudah lama ditinggalkan itu dengan rasa takut yang tak tertahan. “Kita sudah memutuskan untuk melakukannya. Tapi kalau benar ini salah, bagaimana kita bisa menghadapinya?” Suaranya hampir seperti bisikan.Suci memberikan tatapan yang penuh tekad. “Kita harus berani menghadapi ini. Jika kita tidak melakukannya sekarang, kita tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini.”Mereka melangkah maju, memasuki r

  • Misteri Di Balik Mata   Bayangan yang Mengintai

    "Suci, kamu pasti merasakan ini juga, kan?" Farhan bertanya, suaranya bergetar meskipun ia berusaha tetap tenang.Suci memandang sekeliling ruangan yang gelap, matanya mencoba menyesuaikan diri dengan kegelapan. Udara terasa dingin dan berat, hampir seperti ada sesuatu yang menekan dari semua arah. "Ya, aku merasakannya. Ada sesuatu di sini yang tidak benar."Farhan mengangguk, sementara matanya tetap waspada. Mereka baru saja memasuki rumah tua yang selama ini hanya mereka amati dari luar. Sekarang, setelah banyaknya kejadian aneh yang terjadi di sekitar mereka, mereka merasa bahwa sudah waktunya untuk menyelidiki lebih dalam.Rumah ini adalah bangunan tua dengan struktur yang sudah mulai rapuh. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan jamur, dan lantainya berderit setiap kali mereka melangkah. Tapi yang paling mencolok adalah suasana dingin yang meresap ke dalam tulang. Rasanya seperti rumah ini telah menyimpan banyak rahasia yang tidak ingin diungkapkan.Ketika mereka melangkah lebih dal

  • Misteri Di Balik Mata   Jejak Bayangan

    “Apa kita benar-benar harus pergi ke tempat itu lagi?” tanya Farhan dengan nada tidak yakin, memandang Suci dari balik meja yang dipenuhi catatan dan foto-foto tua.Suci menghela napas, menatap Farhan dengan tatapan tegas. “Farhan, kita harus. Semakin lama kita menunggu, semakin besar kemungkinan sesuatu yang buruk akan terjadi. Kita sudah mendapatkan beberapa petunjuk dari penyelidikan kemarin. Ini adalah kesempatan kita untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi.”Keduanya baru saja pulang dari kunjungan ke rumah tua yang telah menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Kegelapan malam telah menyelimuti kota, dan suara angin malam di luar jendela membuat suasana semakin mencekam. Suci menyeduh secangkir teh untuk menenangkan sarafnya, sementara Farhan mencoba mengatur foto-foto dan catatan yang mereka kumpulkan.“Kalau begitu, mari kita mulai. Aku sudah menghubungi ahli yang mungkin bisa membantu kita. Dia bisa memberitahu kita lebih banyak tentang bayangan itu,” kata F

  • Misteri Di Balik Mata   Rahasia yang Terkuak

    "Suci, cepat! Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres," kata Farhan dengan suara bergetar, mengamati pintu yang bergetar lembut seolah tertekan oleh kekuatan tak terlihat.Suci menatap catatan yang baru ditemukan dengan ekspresi serius. Ruangan yang mereka tempati, sebuah kamar gelap di lantai atas rumah tua yang misterius, terasa semakin berat dan sesak. Lampu kuning yang berkedip-kedip menambah suasana menakutkan, memantulkan bayangan-bayangan aneh di dinding."Farhan, aku menemukan sesuatu yang penting di sini," jawab Suci, suaranya tegas meskipun ada nada cemas yang jelas terasa. Dia menggelar catatan tersebut di meja yang berdebu, memperlihatkan tulisan tangan yang cepat dan tidak teratur.Farhan melangkah mendekat, matanya terfokus pada catatan. "Apa itu? Sepertinya ada sesuatu yang mengancam."Suci membaca keras-keras, “... Ritual kuno yang dikenal sebagai ‘Pembersihan Kegelapan’. Untuk membebaskan diri dari kutukan, kamu harus mengumpulkan komponen tertentu dan melaksanakan ri

  • Misteri Di Balik Mata   Titik Nol Kegelapan

    "Farhan, aku merasakan sesuatu yang sangat aneh di sini," kata Suci dengan nada suara yang bergetar, matanya menatap sekeliling dengan waspada. Mereka berdua berdiri di tepi sebuah hutan tua yang jarang dijamah manusia. Udara di sekitar mereka terasa lebih dingin, meskipun matahari masih bersinar di atas. Cahaya tampak enggan menembus rimbunnya pepohonan, seakan tertahan oleh sesuatu yang tak terlihat.Farhan mengangguk, merasakan ketegangan yang sama. "Kita harus berhati-hati, Suci. Aku tidak suka perasaan ini." Mereka melangkah masuk ke dalam hutan, mengikuti petunjuk yang mereka dapatkan dari seorang pria tua yang tinggal di desa sekitar. Pria itu menyebutkan sebuah tempat yang dianggap terkutuk, tempat di mana banyak hal aneh terjadi dan tidak ada yang pernah kembali setelah pergi ke sana.Langkah mereka terdengar pelan, nyaris tak bergaung di tanah yang lembab. Pepohonan menjulang tinggi, membentuk kanopi gelap di atas kepala mereka, memisahkan mereka dari dunia luar. Setiap lang

  • Misteri Di Balik Mata   Bisikan di Malam Hari

    "Suci, kau mendengar itu?" Farhan berdiri tegak, matanya memandang lurus ke kegelapan di depan mereka. Suara angin yang menderu terdengar di sekitar mereka, namun ada sesuatu yang berbeda kali ini. Sesuatu yang lebih menakutkan, lebih dalam. "Suara apa, Han?" Suci menjawab, meski dalam hati, dia sudah tahu apa yang dimaksud Farhan. Bisikan-bisikan aneh yang muncul sejak pertemuan mereka dengan bayangan itu terus menghantuinya, terutama di malam hari seperti ini."Kedengarannya seperti... bisikan, tapi aku tidak yakin dari mana asalnya," Farhan menjelaskan sambil melangkah maju. Suara itu seolah mengelilingi mereka, membuatnya sulit untuk menentukan sumbernya. Semakin mereka mencoba mendengarkan, semakin bisikan itu seperti menyatu dengan angin.Suci merasakan udara di sekitar mereka mulai berubah, menjadi lebih dingin dan lebih menekan. Tubuhnya bergetar bukan hanya karena suhu, tapi juga karena rasa takut yang mulai merayapi dirinya. Dia mengusap peluh yang mulai mengalir di dahinya

Bab terbaru

  • Misteri Di Balik Mata   Kebenaran yang Terungkap

    “Jadi, ini semua hanya permainan, kan?” Suara Suci bergetar, seolah tak percaya pada apa yang ia baru saja dengar. Ruangan itu sunyi, hanya diselimuti aroma dingin dan tajam dari udara yang merembes masuk melalui celah jendela tua. Farhan, berdiri di ujung ruangan dengan tatapan kosong, memandangi sebuah cermin besar yang sudah pecah sebagian. “Tidak ada yang seperti yang kita kira. Semua petunjuk, semua yang kita temukan… ternyata sudah diatur sejak awal.” Suci menelan ludah, masih memproses kata-kata itu. “Siapa yang mengatur semua ini? Apakah… mereka?” Tatapannya beralih ke cermin di sudut ruangan, bekas luka dari teror yang baru saja mereka hadapi masih segar dalam pikirannya. Farhan berbalik, matanya memancarkan rasa putus asa yang belum pernah Suci lihat sebelumnya. “Bukan hanya mereka, Suci. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar ‘mereka’. Semua ini dimulai dari sebelum kita terlibat. Bahkan sebelum aku tahu siapa aku seben

  • Misteri Di Balik Mata   Mata yang Tak Pernah Tertidur

    “Suci, kau yakin ini jalan yang tepat?” tanya Farhan, suaranya bergetar dalam gelap malam. Di depannya, cahaya senter yang redup menerangi jejak kaki mereka di tanah lembab. Suci mengangguk, menatap jauh ke dalam kegelapan yang seolah menelan setiap suara di sekitar mereka.“Aku bisa merasakannya, Farhan. Kita harus terus maju. Ada sesuatu di sini yang harus kita temukan,” jawab Suci, dengan nada tegas namun penuh keraguan. Sejak kejadian di cermin, dia merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketakutan biasa. Kegelapan itu seolah mengawasi setiap langkah mereka, berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang berani menyelam ke dalam misteri.“Ini sangat berbahaya. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi,” kata Farhan, berusaha mengingatkan Suci. Dia tahu, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin besar risikonya. Namun, Suci sudah terjebak dalam perburuan kebenaran, dan rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takutnya.Merek

  • Misteri Di Balik Mata   Teror di Balik Cermin

    "Apakah kau yakin kita harus masuk ke dalam?" suara Farhan terdengar cemas, mencerminkan ketegangan yang menyelimuti suasana malam itu. Suci menatap cermin yang tergores di depan mereka, memantulkan cahaya lampu neon dari luar, menciptakan bayangan gelap di sekelilingnya."Aku merasakannya, Farhan. Di balik cermin ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pantulan," jawab Suci dengan tegas, meskipun hatinya berdegup kencang. Indra keenamnya bergetar, seolah memberi peringatan akan sesuatu yang menunggu mereka di sisi lain.Suci melangkah maju, menatap cermin yang tampak seperti portal menuju dunia lain. Lalu, dengan nafas dalam, ia menyentuh permukaan dingin cermin. Sejenak, cermin itu bergetar, dan gambarnya mulai kabur. Di dalam kabut itu, Suci melihat bayangan samar seorang wanita, wajahnya terdistorsi, seolah mengalami kepedihan yang mendalam."Siapa dia?" Farhan bertanya, suaranya bergetar. Suci menggelengkan kepala, tak mampu mengucapkan apa pun. Dala

  • Misteri Di Balik Mata   Dalam Pelukan Dosa

    “Farhan, ada yang aneh,” suara Suci mengiris keheningan malam yang dipenuhi dengan aroma hujan. Ia berdiri di depan jendela kantor penyidik, menatap ke luar ke arah jalanan yang basah. “Aku merasa... seolah ada yang mengikuti kita.” Farhan mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menunjukkan berbagai data kasus ke arah Suci. “Apa maksudmu? Kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga jarak dari semua ini,” jawabnya, suaranya tegas meskipun ada nada ketidakpastian yang terlintas. “Aku tahu, tapi ini bukan soal menjaga jarak,” Suci menjelaskan, tangannya bergetar. “Ini lebih dalam daripada itu. Seolah ada bayangan yang terus mengikuti setiap langkah kita.” Farhan mengerutkan kening, memikirkan kata-kata Suci. “Kau yakin ini bukan hanya perasaanmu? Dengan semua yang kita hadapi, wajar jika kita merasa tertekan.” “Bukan hanya perasaan, Farhan,” Suci menekankan. “Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang jauh lebih berbahaya

  • Misteri Di Balik Mata   Sentuhan Bayangan

    "Suci, apakah kau mendengarnya?" Farhan tiba-tiba berbisik, memecah keheningan yang menyesakkan. Suara desau angin yang aneh, seperti rintihan yang menyusup dari segala arah, semakin jelas di telinga mereka.Suci memejamkan mata, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. "Ya," gumamnya pelan, "tapi suara itu bukan dari sini… ini berasal dari sesuatu yang lain." Tatapan Suci menyapu tempat itu, dimensi yang asing dan penuh kehampaan. Tidak ada apa pun di sini, selain kegelapan yang terus bergerak, seolah hidup.Farhan menarik napas dalam-dalam, matanya terpaku pada bayangan-bayangan yang bergerak di kejauhan. "Kita tidak bisa diam di sini. Tempat ini… semakin terasa seperti jebakan."Suci mengangguk, langkahnya goyah saat mereka mulai bergerak, menyusuri dataran retak yang entah menuju ke mana. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki mereka menyedot energi yang tersisa. Meski Suci memiliki kemampuan khusus, di tempat ini, kekuatanny

  • Misteri Di Balik Mata   Ruang yang Menyempit

    “Farhan, kita harus pergi sekarang!” Suci menarik tangan Farhan dengan panik, suaranya bergetar. “Semakin lama kita di sini, semakin berbahaya!”Farhan menoleh dengan cepat, matanya masih terpaku pada sosok ayah dan ibu Suci yang tidak mungkin nyata, namun mereka berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi dingin. Ruangan yang semula tampak lapang kini terasa menyempit, dinding-dindingnya seperti bergerak, menekan mereka perlahan namun pasti.“Aku tak percaya ini,” gumam Farhan, suaranya penuh ketidakpercayaan. “Ini mustahil… Mereka sudah mati, Suci. Kau bilang mereka sudah mati!”Suci menatap Farhan, matanya memancarkan rasa takut yang mendalam. “Aku tahu… Tapi kita tak bisa melarikan diri dari kenyataan ini. Entah bagaimana, mereka… mereka di sini. Tapi ini tidak nyata, Farhan. Kita sedang dijebak oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar ilusi.”“Ilusi? Kau menyebut ini ilusi?” Farhan tertawa kecut, ekspresinya diwarnai oleh kepanikan yang mulai

  • Misteri Di Balik Mata   Cahaya yang Menipu

    "Aku tidak yakin ini ide yang bagus, Suci," suara Farhan terdengar rendah, hampir berbisik, namun ketegangan di dalamnya jelas. "Cermin itu… apa pun yang kita lihat tadi, bukan hal yang normal."Suci tetap diam, pandangannya tajam menembus kegelapan rumah tua yang sekarang terasa lebih dingin dan suram. Cermin yang baru saja pecah kini berserakan di lantai, tetapi setiap pecahan seolah tetap hidup, memantulkan potongan-potongan bayangan masa lalu yang mengerikan. Suci tidak bisa melepaskan pikirannya dari sosok ibunya yang muncul di balik cermin itu."Ada sesuatu yang belum kita pahami," jawab Suci akhirnya, suaranya terdengar jauh, seperti dia sedang berbicara kepada dirinya sendiri daripada kepada Farhan. "Ibu… dia mencoba memberi tahuku sesuatu. Dia tidak bisa pergi begitu saja. Tidak setelah semua yang aku lihat."Farhan melangkah mendekat, menyentuh lengan Suci dengan lembut. "Tapi kita bahkan tidak tahu apakah itu benar-benar ibumu. Bisa saja itu han

  • Misteri Di Balik Mata   Langkah Tak Terlihat

    "Apa yang kau temukan?" suara Farhan bergetar pelan, memecah kesunyian yang tegang di antara mereka.Suci duduk diam di kursi tua yang terletak di pojok ruangan, jari-jarinya bermain di atas permukaan meja kayu yang dingin dan berdebu. Matanya menatap kosong, seolah mencoba memahami sesuatu yang tak terjangkau. Dia tidak segera menjawab, mengabaikan pertanyaan Farhan sejenak."Suci," Farhan mendekat, nadanya memaksa kali ini. "Kau tahu lebih dari yang kau katakan. Apa yang terjadi? Apa yang sudah kau ingat?"Suci mengangkat pandangannya perlahan, matanya kini dipenuhi dengan kebingungan yang lebih dalam, namun di balik itu ada ketakutan yang sulit disembunyikan. "Aku tidak yakin, Farhan," bisiknya. "Ini... lebih dari sekadar ingatan. Ada sesuatu yang... salah. Sesuatu yang selalu bersembunyi di balik setiap langkahku."Farhan menelan ludah, mengamati perubahan ekspresi Suci. Dia tahu betul bahwa wanita ini adalah yang terkuat dari mereka berdua, d

  • Misteri Di Balik Mata   Bab 112: Selubung Masa Silam

    "Apa maksudmu dengan 'kegelapan itu ada di dalam dirimu'?" suara Farhan pecah di antara hening, gemetar dengan kepanikan yang sulit ia sembunyikan. Tangannya terulur, mencoba meraih Suci, namun sesuatu yang tak terlihat menahannya—sesuatu yang dingin dan kelam, seolah udara di antara mereka menjadi penghalang.Suci menoleh perlahan, pandangan matanya berubah. Tidak ada lagi kelembutan atau ketegasan yang biasa Farhan lihat. Mata Suci kini gelap, kosong, seperti cermin yang memantulkan kegelapan. "Aku tidak tahu, Farhan," suaranya bergetar, tapi bukan karena takut. Ada sesuatu yang lain di sana. "Mungkin ini bukan hanya tentang mereka. Mungkin... ini selalu tentang aku."Farhan terdiam, pikirannya berputar. “Suci, kita bisa keluar dari sini. Kau harus melawan ini. Ini semua manipulasi—mereka mencoba memecahmu, membuatmu percaya sesuatu yang tidak benar.""Manipulasi?" Suci tersenyum tipis, hampir sinis. "Bagaimana kalau kebenarannya memang tidak seperti yan

DMCA.com Protection Status