Suci menatap layar komputernya, terjebak dalam tumpukan data dan catatan yang bertebaran di mejanya. Aroma kopi yang sudah dingin dan lampu meja yang bersinar redup menambah suasana suram malam itu. Satu-satunya suara yang terdengar adalah ketikan cepat jari-jemarinya di keyboard saat dia mencoba menganalisis setiap detail yang dia miliki tentang kasus terbaru yang dia tangani.
Setelah penemuan catatan kecil yang misterius di lokasi kejadian, pikirannya tidak bisa berhenti bertanya-tanya tentang makna pesan tersebut. "Jangan... jangan... mereka datang..."—kata-kata itu terus berputar di kepalanya, seperti bisikan dari kegelapan yang menuntut jawaban. Dari kejauhan, pintu ruangan terbuka dengan lembut, dan Farhan, rekan kerjanya, melangkah masuk. Pria bertubuh tinggi dengan rambut coklat keemasan yang sedikit berantakan, Farhan selalu tampak seperti sosok yang tenang, namun malam ini ada ketegangan yang tampak jelas di wajahnya. Dia meletakkan berkas di meja dan duduk di kursi di hadapan Suci. "Apakah kau sudah menemukan sesuatu?" tanya Suci tanpa menoleh, matanya masih terpaku pada layar komputer. Farhan menghela napas, dan suaranya mengandung nada cemas. "Kami mendapat hasil pemeriksaan lebih lanjut. Catatan kecil itu... ada yang aneh. Tinta yang digunakan ternyata mengandung bahan langka yang tidak umum. Hanya digunakan dalam beberapa produk tertentu." Suci mengerutkan kening. "Jadi, apa yang bisa kita simpulkan dari sini? Ini mungkin sesuatu yang lebih dari sekadar pesan biasa?" "Benar," kata Farhan, "Kami juga menemukan jejak kaki di sekitar lokasi yang tampaknya tidak sesuai dengan ukuran sepatu korban. Ini bisa menunjukkan bahwa ada orang lain di tempat kejadian selain korban." Suci menatap Farhan dengan serius. "Apa kita tahu siapa yang mungkin memiliki akses ke tinta tersebut?" Farhan menggelengkan kepala. "Belum. Tapi kami sedang meneliti lebih lanjut. Untuk sekarang, kita harus melacak jejak kaki itu dan melihat apakah ada hubungan dengan korban." Suci mengangguk, lalu berdiri dan meraih mantel tipisnya. "Baiklah, aku akan pergi ke lokasi kejadian lagi. Mungkin kita bisa menemukan sesuatu yang terlewatkan." Setibanya di lokasi kejadian, malam semakin larut dan udara dingin menyentuh kulit Suci. Dia mengenakan mantel dan topi, lalu berjalan menuju gedung yang tampak tua dan angker. Tempat itu terlihat seperti sesuatu yang keluar dari cerita horor—bangunan tinggi dengan jendela-jendela pecah dan cat yang terkelupas. Bau lembab dan berjamur menyelimuti ruangan yang gelap. Dengan senter di tangan, Suci memeriksa setiap sudut ruangan. Dia berhenti di tempat di mana Farhan dan tim forensik menemukan jejak kaki tersebut. Jejak-jejak itu masih terlihat samar di lantai berdebu. Suci membungkuk dan memeriksa dengan teliti. Jejak kaki itu tampaknya mengarah ke dinding di salah satu sudut ruangan, tetapi tidak ada yang mencurigakan di dinding itu, hanya kotoran dan bekas cat yang pudar. Sementara Suci mengamati dengan cermat, suara langkah kaki tiba-tiba mengalihkan perhatiannya. Dia berbalik dan melihat seorang pria berdiri di ambang pintu, tubuhnya dibalut bayangan gelap. Wajahnya tidak terlihat jelas, hanya mata yang bersinar dengan cahaya redup dari senter Suci. "Siapa itu?" suara Suci pecah dalam keheningan, nada kepanikan tersirat di dalamnya. Pria itu tetap diam, hanya tatapannya yang menembus kegelapan. Suci merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Dia mengambil langkah kecil ke arah pria tersebut, tetapi pria itu menghilang begitu saja seperti embun pagi. Suci menoleh kembali ke dinding, merasakan ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Tanpa melihat jauh, dia mengamati bahwa ada sesuatu yang aneh pada dinding tersebut—sebuah celah kecil di antara dua papan kayu. Suci merogoh sakunya dan mengeluarkan alat pemindai kecil untuk memeriksa celah tersebut. Alat pemindai bergetar lembut, dan Suci menekan papan kayu dengan hati-hati. Setelah beberapa saat, papan itu mulai terangkat, memperlihatkan sebuah ruangan kecil yang tersembunyi di balik dinding. Dia merasakan sensasi yang sama dengan menemukan sesuatu yang sangat penting. Dengan hati-hati, Suci memasuki ruangan kecil itu. Lampunya menerangi rak-rak kecil yang penuh dengan kotak-kotak berdebu dan dokumen tua. Di salah satu kotak, Suci menemukan sebuah buku catatan tua dengan sampul kulit yang sudah usang. Dia membuka buku itu dan mulai membacanya. Tulisan di dalam buku itu sangat sulit dibaca, namun ada beberapa nama yang tampaknya dikenal Suci—nama-nama yang terkait dengan kasus yang sedang dia tangani. Ada juga beberapa catatan tentang aktivitas yang tidak biasa di sekitar lokasi kejadian. Suci merasa ketegangan semakin meningkat ketika dia menemukan sebuah gambar yang terlipat di antara halaman-halaman buku tersebut. Gambar itu menunjukkan sketsa kasar dari ruang yang sama di mana dia berada, dengan tanda panah yang menunjuk ke area tertentu. Di sudut gambar terdapat simbol misterius yang tidak dikenalnya. Saat Suci melipat kembali gambar tersebut dan meletakkannya di kotak, dia merasa seperti ada sesuatu yang lebih besar sedang mengintai dari balik kegelapan. Ada sesuatu yang sangat salah dengan kasus ini, dan dia harus segera mencari tahu lebih banyak. Pulang dari lokasi kejadian, Suci langsung menghubungi Farhan. Mereka berdua sepakat untuk bertemu di kantor polisi. Farhan tampak lebih gelisah dari biasanya ketika dia menerima laporan Suci. "Ada sesuatu yang aneh, Farhan. Aku menemukan ruangan tersembunyi di tempat kejadian dan sebuah buku catatan dengan beberapa nama yang kita kenal. Juga ada gambar sketsa dengan simbol yang tidak aku kenali." Farhan mengambil napas dalam-dalam dan mengamati gambar yang ditunjukkan Suci. "Simbol ini... sepertinya pernah kulihat sebelumnya. Mungkin kita perlu melibatkan seorang ahli simbol atau peneliti sejarah." Suci mengangguk. "Baiklah, kita akan mencari tahu lebih lanjut. Sementara itu, kita juga harus mencari tahu tentang nama-nama yang ada di buku catatan tersebut." Sebelum mereka dapat melanjutkan pembicaraan, telepon Farhan berdering. Dia menjawabnya dan wajahnya berubah pucat saat mendengarkan berita yang disampaikan. "Ini buruk," kata Farhan dengan nada serius. "Ada laporan tentang kejadian serupa di lokasi lain. Kita harus pergi ke sana sekarang." Suci dan Farhan bergegas menuju lokasi baru yang dilaporkan. Ketika mereka tiba, suasana di sekitar tempat itu sangat berbeda—sebuah gedung tua yang tampak lebih mengerikan daripada yang sebelumnya. Angin malam berhembus kencang, dan bayangan-bayangan di sekeliling tampak bergerak dengan cara yang tidak wajar. Di depan gedung, mereka melihat sebuah tulisan yang tertempel di dinding—sebuah pesan yang mirip dengan yang ditemukan di lokasi pertama: "Jangan... jangan... mereka tahu." Suci merasakan getaran ketegangan di seluruh tubuhnya. Apakah ada hubungannya antara kasus ini dengan lokasi yang baru ditemukan? Atau mungkin ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar? Ketika dia memandang ke arah gedung yang menunggu di kegelapan malam, dia merasakan ada sesuatu yang akan terjadi—sesuatu yang bisa mengubah seluruh arah penyelidikan mereka. Dengan langkah penuh hati-hati, Suci memasuki gedung, dan setiap langkahnya semakin membuatnya merasa bahwa jawaban dari misteri ini mungkin lebih menakutkan dari yang dia bayangkan. Di dalam kegelapan gedung yang hampir runtuh, sebuah bayangan bergerak di belakang Suci, dan suara derit yang tidak dapat dijelaskan menggema di seluruh ruangan. Suci berbalik, namun yang dia lihat hanya kegelapan yang mencekam dan rasa takut yang semakin dalam. Apakah dia akan menemukan jawaban atau terjerat dalam jebakan misteri yang lebih mengerikan?“Suci, apa kamu yakin ini tempatnya?” tanya Farhan dengan nada keraguan, mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah tua yang tampak semakin menyeramkan saat malam semakin larut.Suci mengangguk pelan, matanya masih fokus pada catatan yang dia pegang. “Iya, ini alamat yang sama dengan yang disebut dalam buku itu. Aku yakin ada sesuatu di sini yang bisa membantu kita.”Keduanya berdiri di depan sebuah rumah tua yang tampaknya sudah lama tidak dihuni. Kayu-kayu jendela dan pintu yang mulai lapuk memberi kesan bahwa rumah itu hampir runtuh. Lampu mobil yang menerangi halaman depan rumah seolah tidak mampu mengusir gelap yang menyelimuti bangunan itu.Farhan menggigit bibirnya, merasakan dingin menyengat yang semakin menusuk. “Kalau ini tidak ada hubungannya dengan kasus kita, aku janji akan menuntut pengembalian uang bensin untuk semua perjalanan kita.”Suci hanya tersenyum tipis, tapi senyumnya tidak mampu menghapus kekhawatiran di wajahnya. “Kalau kau yakin ini tidak penting, kenapa k
"Suci, kita harus segera ke tempat ini," kata Farhan, sambil menunjukkan peta tua yang baru mereka temukan di kantor arsip tua. "Ini bisa jadi petunjuk penting."Suci memandangi peta yang mengungkapkan lokasi yang tampaknya terabaikan di pinggiran kota. "Apa ini? Sepertinya tempat yang sudah lama ditinggalkan," jawabnya, suaranya mengandung keraguan."Itu sebabnya kita harus memeriksanya. Bisa jadi tempat itu memiliki hubungan dengan kasus kita," ujar Farhan, matanya penuh dengan keyakinan. Mereka baru saja menemukan peta itu di antara dokumen-dokumen kuno di arsip yang belum pernah diperiksa sebelumnya."Tapi tempat ini sepertinya sudah lama tidak digunakan. Kita harus waspada," Suci menambahkan, nada suaranya menunjukkan kekhawatiran."Tidak ada salahnya mencoba. Kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan," Farhan menegaskan. Keduanya memutuskan untuk segera berangkat menuju lokasi tersebut.Lokasi yang ditunjukkan di peta ternyata adalah sebuah rumah tua di pinggiran kota, dikelilingi
“Apakah kau yakin kita harus kembali ke rumah tua itu malam ini?” tanya Farhan, suara tegang di tengah kegelapan malam. Lampu senter yang mereka bawa memancarkan sinar lemah di sepanjang jalan setapak yang sempit.Suci memandang ke arah rumah tua yang tampak semakin menyeramkan dalam cahaya malam. “Kita tidak punya pilihan lain. Foto ini—” katanya sambil menunjukkan foto misterius di tangannya, “menunjukkan simbol yang tidak kita mengerti, dan aku rasa ini adalah kunci untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.”Farhan menelan ludah, matanya menatap rumah yang sudah lama ditinggalkan itu dengan rasa takut yang tak tertahan. “Kita sudah memutuskan untuk melakukannya. Tapi kalau benar ini salah, bagaimana kita bisa menghadapinya?” Suaranya hampir seperti bisikan.Suci memberikan tatapan yang penuh tekad. “Kita harus berani menghadapi ini. Jika kita tidak melakukannya sekarang, kita tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini.”Mereka melangkah maju, memasuki r
"Suci, kamu pasti merasakan ini juga, kan?" Farhan bertanya, suaranya bergetar meskipun ia berusaha tetap tenang.Suci memandang sekeliling ruangan yang gelap, matanya mencoba menyesuaikan diri dengan kegelapan. Udara terasa dingin dan berat, hampir seperti ada sesuatu yang menekan dari semua arah. "Ya, aku merasakannya. Ada sesuatu di sini yang tidak benar."Farhan mengangguk, sementara matanya tetap waspada. Mereka baru saja memasuki rumah tua yang selama ini hanya mereka amati dari luar. Sekarang, setelah banyaknya kejadian aneh yang terjadi di sekitar mereka, mereka merasa bahwa sudah waktunya untuk menyelidiki lebih dalam.Rumah ini adalah bangunan tua dengan struktur yang sudah mulai rapuh. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan jamur, dan lantainya berderit setiap kali mereka melangkah. Tapi yang paling mencolok adalah suasana dingin yang meresap ke dalam tulang. Rasanya seperti rumah ini telah menyimpan banyak rahasia yang tidak ingin diungkapkan.Ketika mereka melangkah lebih dal
“Apa kita benar-benar harus pergi ke tempat itu lagi?” tanya Farhan dengan nada tidak yakin, memandang Suci dari balik meja yang dipenuhi catatan dan foto-foto tua.Suci menghela napas, menatap Farhan dengan tatapan tegas. “Farhan, kita harus. Semakin lama kita menunggu, semakin besar kemungkinan sesuatu yang buruk akan terjadi. Kita sudah mendapatkan beberapa petunjuk dari penyelidikan kemarin. Ini adalah kesempatan kita untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi.”Keduanya baru saja pulang dari kunjungan ke rumah tua yang telah menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Kegelapan malam telah menyelimuti kota, dan suara angin malam di luar jendela membuat suasana semakin mencekam. Suci menyeduh secangkir teh untuk menenangkan sarafnya, sementara Farhan mencoba mengatur foto-foto dan catatan yang mereka kumpulkan.“Kalau begitu, mari kita mulai. Aku sudah menghubungi ahli yang mungkin bisa membantu kita. Dia bisa memberitahu kita lebih banyak tentang bayangan itu,” kata F
"Suci, cepat! Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres," kata Farhan dengan suara bergetar, mengamati pintu yang bergetar lembut seolah tertekan oleh kekuatan tak terlihat.Suci menatap catatan yang baru ditemukan dengan ekspresi serius. Ruangan yang mereka tempati, sebuah kamar gelap di lantai atas rumah tua yang misterius, terasa semakin berat dan sesak. Lampu kuning yang berkedip-kedip menambah suasana menakutkan, memantulkan bayangan-bayangan aneh di dinding."Farhan, aku menemukan sesuatu yang penting di sini," jawab Suci, suaranya tegas meskipun ada nada cemas yang jelas terasa. Dia menggelar catatan tersebut di meja yang berdebu, memperlihatkan tulisan tangan yang cepat dan tidak teratur.Farhan melangkah mendekat, matanya terfokus pada catatan. "Apa itu? Sepertinya ada sesuatu yang mengancam."Suci membaca keras-keras, “... Ritual kuno yang dikenal sebagai ‘Pembersihan Kegelapan’. Untuk membebaskan diri dari kutukan, kamu harus mengumpulkan komponen tertentu dan melaksanakan ri
"Farhan, aku merasakan sesuatu yang sangat aneh di sini," kata Suci dengan nada suara yang bergetar, matanya menatap sekeliling dengan waspada. Mereka berdua berdiri di tepi sebuah hutan tua yang jarang dijamah manusia. Udara di sekitar mereka terasa lebih dingin, meskipun matahari masih bersinar di atas. Cahaya tampak enggan menembus rimbunnya pepohonan, seakan tertahan oleh sesuatu yang tak terlihat.Farhan mengangguk, merasakan ketegangan yang sama. "Kita harus berhati-hati, Suci. Aku tidak suka perasaan ini." Mereka melangkah masuk ke dalam hutan, mengikuti petunjuk yang mereka dapatkan dari seorang pria tua yang tinggal di desa sekitar. Pria itu menyebutkan sebuah tempat yang dianggap terkutuk, tempat di mana banyak hal aneh terjadi dan tidak ada yang pernah kembali setelah pergi ke sana.Langkah mereka terdengar pelan, nyaris tak bergaung di tanah yang lembab. Pepohonan menjulang tinggi, membentuk kanopi gelap di atas kepala mereka, memisahkan mereka dari dunia luar. Setiap lang
"Suci, kau mendengar itu?" Farhan berdiri tegak, matanya memandang lurus ke kegelapan di depan mereka. Suara angin yang menderu terdengar di sekitar mereka, namun ada sesuatu yang berbeda kali ini. Sesuatu yang lebih menakutkan, lebih dalam. "Suara apa, Han?" Suci menjawab, meski dalam hati, dia sudah tahu apa yang dimaksud Farhan. Bisikan-bisikan aneh yang muncul sejak pertemuan mereka dengan bayangan itu terus menghantuinya, terutama di malam hari seperti ini."Kedengarannya seperti... bisikan, tapi aku tidak yakin dari mana asalnya," Farhan menjelaskan sambil melangkah maju. Suara itu seolah mengelilingi mereka, membuatnya sulit untuk menentukan sumbernya. Semakin mereka mencoba mendengarkan, semakin bisikan itu seperti menyatu dengan angin.Suci merasakan udara di sekitar mereka mulai berubah, menjadi lebih dingin dan lebih menekan. Tubuhnya bergetar bukan hanya karena suhu, tapi juga karena rasa takut yang mulai merayapi dirinya. Dia mengusap peluh yang mulai mengalir di dahinya