Beranda / Thriller / Misteri Di Balik Mata / Bisikan di Malam Hari

Share

Bisikan di Malam Hari

Penulis: Andi Iwa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-28 21:09:01

"Suci, kau mendengar itu?" Farhan berdiri tegak, matanya memandang lurus ke kegelapan di depan mereka. Suara angin yang menderu terdengar di sekitar mereka, namun ada sesuatu yang berbeda kali ini. Sesuatu yang lebih menakutkan, lebih dalam.

"Suara apa, Han?" Suci menjawab, meski dalam hati, dia sudah tahu apa yang dimaksud Farhan. Bisikan-bisikan aneh yang muncul sejak pertemuan mereka dengan bayangan itu terus menghantuinya, terutama di malam hari seperti ini.

"Kedengarannya seperti... bisikan, tapi aku tidak yakin dari mana asalnya," Farhan menjelaskan sambil melangkah maju. Suara itu seolah mengelilingi mereka, membuatnya sulit untuk menentukan sumbernya. Semakin mereka mencoba mendengarkan, semakin bisikan itu seperti menyatu dengan angin.

Suci merasakan udara di sekitar mereka mulai berubah, menjadi lebih dingin dan lebih menekan. Tubuhnya bergetar bukan hanya karena suhu, tapi juga karena rasa takut yang mulai merayapi dirinya. Dia mengusap peluh yang mulai mengalir di dahinya, mencoba menenangkan diri.

"Han, kita harus pergi dari sini," katanya dengan suara sedikit bergetar. Nalurinya sebagai seorang yang peka terhadap hal-hal gaib menjerit memperingatkan bahaya. "Tempat ini... ada sesuatu yang tidak beres."

Farhan menatap Suci dengan keraguan. Dia tahu Suci memiliki kemampuan lebih dalam hal-hal supranatural, dan instingnya biasanya tepat. Namun, sesuatu dalam dirinya menahan langkahnya. Ada dorongan untuk terus maju, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Tunggu sebentar lagi, Suci," katanya sambil melangkah lebih jauh. "Aku merasa ada sesuatu yang harus kita temukan di sini."

Suci ingin membantah, ingin menarik Farhan pergi dari tempat itu, tetapi sesuatu dalam bisikan itu memanggilnya, menariknya dengan daya tarik yang tidak bisa dia lawan. Dia hanya bisa mengikuti Farhan, meski hatinya dipenuhi kecemasan.

Mereka berjalan lebih dalam ke hutan, suara bisikan itu semakin kuat, seakan mengelilingi mereka. Semakin mereka melangkah, semakin jelas kata-kata itu terdengar. Bahasa yang aneh, tidak dikenal, namun terasa begitu familiar di telinga Suci. Setiap kata, setiap nada, seolah-olah telah lama tertanam di benaknya, menunggu saat yang tepat untuk bangkit kembali.

Suci merasakan tubuhnya mulai melemah, kakinya terasa berat seperti dililit rantai tak terlihat. "Han, ini tidak benar," bisiknya. "Kita tidak boleh di sini."

Namun, Farhan tidak merespons. Dia tampak terpaku pada sesuatu di depannya, pandangannya tidak berkedip, wajahnya penuh dengan ekspresi yang sulit diartikan antara rasa ingin tahu dan ketakutan. Suci mengikutinya dengan mata penuh kewaspadaan, mencoba memahami apa yang menarik perhatian Farhan.

Di depan mereka, di tengah hutan yang gelap dan sunyi, ada sesuatu yang tidak seharusnya ada. Sebuah cahaya redup yang memancar dari tanah, berbentuk bulat dan berdenyut seperti detak jantung. Cahaya itu berwarna hijau tua, hampir seperti warna lumut yang terbakar. Suci merasa tenggorokannya mengering, ada sesuatu yang sangat tidak benar tentang tempat ini.

"Farhan, jangan mendekat!" Suci berteriak, tapi Farhan tidak mendengarnya. Dia terus maju, matanya tertuju pada cahaya itu.

Suci berlari ke arahnya, mencoba menghentikannya sebelum terlambat. Namun, sebelum dia sempat meraih tangan Farhan, sesuatu terjadi. Cahaya itu meledak menjadi ribuan serpihan kecil, dan seketika suara bisikan itu menjadi begitu keras hingga memekakkan telinga.

Suci jatuh ke tanah, menutupi telinganya dengan kedua tangan. Dunia di sekelilingnya berputar, pandangannya menjadi kabur. Bisikan itu kini berubah menjadi jeritan, suara-suara tak berbentuk yang menusuk masuk ke dalam pikirannya, merasuk ke dalam setiap sudut jiwanya.

Farhan pun tersungkur, tubuhnya berguling di tanah dengan tangan menutupi telinga. "Apa yang terjadi, Suci? Apa ini?" teriaknya, tetapi suaranya tertelan oleh kekacauan suara di sekitar mereka.

Suci mencoba berdiri, tetapi setiap upaya untuk bangun seolah ditolak oleh kekuatan tak terlihat yang menariknya kembali ke tanah. Dia berjuang, melawan kekuatan itu dengan sisa-sisa energinya yang terkuras. Saat itulah dia melihatnya.

Sosok itu, sosok bayangan yang telah mereka temui sebelumnya, muncul dari dalam kegelapan. Kali ini, dia tidak sendirian. Ada lebih banyak sosok yang muncul dari pepohonan, bayangan-bayangan yang bergerak tanpa suara, melayang-layang di atas tanah.

Mereka tidak memiliki wajah, hanya bentuk tubuh yang samar dan kabur, seperti diciptakan dari kegelapan itu sendiri. Namun, Suci bisa merasakan tatapan mereka, dingin dan tanpa emosi, menatap langsung ke dalam jiwanya. Mereka mendekati Farhan yang masih terbaring tak berdaya di tanah.

"Jangan sentuh dia!" Suci mencoba berteriak, tetapi suaranya hilang dalam hiruk-pikuk suara yang memenuhi udara. Dia merangkak ke arah Farhan, namun semakin dia berusaha mendekat, semakin jauh jaraknya terasa.

Salah satu sosok itu mulai mendekati Farhan, tangannya yang kabur seperti bayangan melayang di atas tubuh Farhan yang bergetar. Suci tahu, jika dia tidak melakukan sesuatu, Farhan mungkin tidak akan selamat. Tapi apa yang bisa dia lakukan?

Saat itulah, di tengah keputusasaan, Suci mendengar bisikan yang berbeda. Bisikan ini tidak datang dari sosok-sosok itu, tapi dari dalam dirinya sendiri. Bisikan yang memberinya kekuatan, memberitahunya apa yang harus dia lakukan.

Suci memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam. Dia harus melawan ketakutannya, harus menggunakan kemampuannya untuk menghadapi makhluk-makhluk ini. Ketika dia membuka matanya lagi, dia tahu apa yang harus dia lakukan.

"Dengar aku," Suci berbisik, meskipun tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Bisikan itu adalah perintah yang jelas dan kuat. "Aku memerintahkan kalian untuk pergi!"

Sosok-sosok itu berhenti sejenak, seakan ragu. Namun, kemudian mereka mulai bergerak kembali, lebih cepat dari sebelumnya. Suci tahu dia harus bertindak cepat. Dia mengumpulkan semua kekuatan yang tersisa dalam dirinya, dan dengan satu teriakan yang penuh dengan keputusasaan dan keberanian, dia mengusir mereka.

"Pergi!"

Suara itu keluar dengan kekuatan yang luar biasa, mengguncang udara di sekitar mereka. Sosok-sosok itu berhenti, kemudian mundur perlahan, seolah-olah ditarik oleh kekuatan yang tidak terlihat. Cahaya hijau di tanah mulai memudar, dan suara-suara itu menghilang, menyisakan keheningan yang memekakkan.

Suci jatuh ke tanah, napasnya tersengal-sengal. Farhan masih terbaring di dekatnya, namun kini dia mulai bergerak, perlahan-lahan sadar kembali.

"Suci... Apa yang baru saja terjadi?" tanya Farhan dengan suara serak, matanya terbuka sedikit, menatap Suci dengan tatapan bingung.

Suci mencoba menjawab, namun suaranya hilang. Dia hanya bisa menggeleng, menatap ke arah di mana sosok-sosok itu lenyap.

"Kita tidak aman di sini, Han," akhirnya dia berbisik. "Kita harus pergi, sekarang."

Farhan mengangguk, dan dengan bantuan Suci, dia berhasil berdiri. Mereka mulai berjalan menjauh dari tempat itu, meninggalkan bayangan dan bisikan yang menghantui mereka. Namun, di dalam hati Suci, dia tahu ini belum berakhir. Ada sesuatu yang lebih besar yang menunggu mereka, sesuatu yang tersembunyi di balik kegelapan yang belum sepenuhnya terungkap.

Saat mereka mencapai tepi hutan, Suci merasa ada sesuatu yang salah. Ketika dia menoleh ke arah Farhan, dia melihat bayangan aneh di matanya, seperti ada sesuatu yang tertinggal dari pertemuan mereka dengan makhluk-makhluk itu. Bisikan yang dia pikir sudah hilang mulai terdengar lagi, lebih jelas dan menakutkan dari sebelumnya.

Suci menahan napas, menyadari bahwa kegelapan belum sepenuhnya pergi—dan mungkin, mereka baru saja mengundang sesuatu yang jauh lebih berbahaya ke dalam hidup mereka.

Bab terkait

  • Misteri Di Balik Mata   Di Balik Pintu Terkunci

    "Suci, kamu nggak apa-apa?" tanya Farhan, nadanya penuh kekhawatiran. Mereka baru saja tiba di rumah setelah perjalanan yang melelahkan dari hutan. Meskipun rasa lega sempat muncul ketika mereka akhirnya meninggalkan tempat itu, ada sesuatu yang masih mengganjal di hati Suci.Suci memaksa tersenyum, "Aku baik-baik saja, Han. Cuma capek."Farhan menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Matanya masih memancarkan bayangan gelap yang membuat Suci tak nyaman. Namun, dia memilih untuk tidak membahasnya, setidaknya untuk saat ini.Malam itu, setelah mandi dan mencoba untuk tidur, Suci merasa resah. Setiap kali dia memejamkan mata, bayangan-bayangan dari hutan itu kembali menghantui pikirannya. Bisikan yang samar dan tak henti-henti seolah-olah mengintai dari sudut-sudut gelap kamarnya. Namun, yang paling mengganggu adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang aneh dengan Farhan.Selama ini, Suci tahu Farhan sebagai orang yang rasional dan tak pernah percaya pada hal-hal gaib. Tetapi sejak

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Misteri Di Balik Mata   Wajah yang Terlupakan

    Suci dan Farhan melangkah memasuki ruangan yang tersembunyi di balik pintu yang baru saja mereka buka. Suasana di dalamnya sangat berbeda dari ruangan sebelumnya. Cahaya remang-remang dari lampu gantung tua menerangi ruangan dengan pendar kekuningan yang menambah suasana mencekam. Dinding-dindingnya penuh dengan lukisan dan foto-foto lama yang terlihat sudah pudar oleh waktu. Namun, ada sesuatu yang aneh dengan foto-foto tersebut semuanya menunjukkan orang-orang dengan wajah yang terdistorsi, seolah-olah mereka berusaha menyembunyikan sesuatu.Suci merasakan getaran yang tidak nyaman di tubuhnya. Dia mendekati salah satu foto dan tertegun saat melihat wajah yang mirip dengan seseorang yang pernah dia kenal. "Farhan, lihat ini," katanya dengan suara bergetar. "Ini... ini wajahnya."Farhan mendekat dan melihat foto tersebut. "Kau kenal orang ini?" tanyanya."Sepertinya," jawab Suci. "Tapi aku tidak bisa mengingat siapa dia. Wajahnya terlihat familiar, tapi aku tidak bisa mengingat di ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Misteri Di Balik Mata   Cermin Kebohongan

    Suci dan Farhan melangkah hati-hati memasuki ruangan yang tampaknya terbuat dari batu hitam pekat. Suasana di dalamnya sangat dingin dan menekan, terasa seperti udara di luar jangkauan waktu dan ruang. Di tengah ruangan, sebuah cermin besar berdiri tegak di atas podium, dikelilingi oleh lilin-lilin yang sudah lama padam. Cahaya dari lampu senter mereka bergetar di dinding, menciptakan bayangan yang menari-nari.“Jadi, ini cermin yang kau maksudkan?” tanya Farhan, suaranya bergetar oleh ketegangan.Suci mengangguk, menatap cermin yang tampaknya mengandung lebih banyak dari sekadar refleksi. “Ya. Kata orang yang memberi tahu kita tentang tempat ini, cermin ini dapat mengungkapkan kebenaran tersembunyi.”Farhan mengelilingi cermin itu dengan hati-hati. “Bagaimana cara kerjanya?”Suci tidak bisa menjawab langsung. Ia hanya berdiri di depan cermin, matanya terfokus pada permukaannya yang gelap. Ia bisa merasakan aura dingin yang memancar dari cermin itu, seolah-olah cermin itu sendiri memi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Misteri Di Balik Mata   Mata yang Mengawasi

    Suci dan Farhan duduk berhadap-hadapan di ruang kecil yang diterangi oleh cahaya redup dari lampu neon yang berkedip-kedip. Keheningan yang terasa berat di antara mereka seperti menyimpan ketegangan yang belum terungkap. Pikirannya berputar, mencoba mencerna kejadian yang baru saja mereka alami di bab sebelumnya. "Cermin itu... apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Farhan, suaranya nyaris berbisik, seolah takut jawabannya akan membawa mereka lebih dalam ke dalam kegelapan yang tidak bisa mereka hindari.Suci, dengan pandangan yang masih terpaku pada pecahan cermin di lantai, mencoba merangkai kata-kata. "Cermin itu bukan hanya sekadar menunjukkan kebohongan kita, tapi juga membuka jalan ke sesuatu yang lebih dalam. Sesuatu yang selama ini kita coba hindari."Mereka baru saja selamat dari sebuah cermin misterius yang memaksa mereka menghadapi kebohongan terbesar mereka sendiri. Setiap pantulan di cermin itu mencerminkan kebenaran yang menyakitkan, kebenaran yang mereka simpan dalam hati

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Misteri Di Balik Mata   Di Ambang Kematian

    Malam itu, suasana di sekitar Suci dan Farhan dipenuhi dengan keheningan yang mencekam, seolah seluruh dunia sedang menunggu dengan tegang. Setelah mengatasi berbagai rintangan dan menyingkap banyak rahasia gelap, mereka tiba di sebuah tempat yang terasa seperti pengujian terakhir. Ruangan itu, yang terletak jauh di bawah tanah, tampak seperti labirin tak berujung dengan dinding berbatu kasar yang menempel pada langit-langit. Cahaya dari lampu senter mereka berpendar lembut, menciptakan bayangan-bayangan yang bergerak seolah-olah hidup."Apakah kamu yakin ini tempatnya?" tanya Farhan, suaranya sedikit bergetar meskipun ia berusaha untuk terdengar tenang.Suci hanya mengangguk, wajahnya menampilkan ekspresi kelelahan dan tekad. "Ini adalah satu-satunya petunjuk yang tersisa," jawabnya. "Kita tidak punya pilihan lain."Mereka berjalan perlahan, setiap langkah mereka terdengar berat di lorong-lorong sempit yang menuntun mereka semakin dalam ke dalam kegelapan. Bayangan-bayangan dari lamp

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Misteri Di Balik Mata   Jejak di Hutan Kelam

    Dini hari itu, hutan di sekitar mereka tampak seperti lukisan suram dengan warna-warna yang tak hidup. Ranting-ranting pohon menjulang tinggi, menciptakan bayangan gelap yang mengerikan di bawah sinar bulan yang tertutup awan tebal. Suci dan Farhan, meskipun terluka dan lelah, terus melangkah dengan tekad yang kuat. Setiap napas yang mereka hirup terasa berat, dipenuhi oleh energi negatif yang semakin pekat seiring dengan semakin dalam mereka masuk ke dalam hutan tersebut."Suci, kita harus berhenti sebentar. Luka-lukamu butuh perawatan," ucap Farhan dengan suara yang nyaris putus asa, memecah kesunyian di antara mereka.Suci menggeleng pelan, menahan rasa sakit yang berdenyut di tubuhnya. "Tidak bisa, Farhan. Kita tidak punya waktu. Bayangan itu sudah terlalu jauh. Kita harus mengejarnya sebelum terlambat."Mereka terus melangkah, melewati semak-semak yang tajam dan pohon-pohon yang tampak hidup dalam kegelapan. Udara di sekitar mereka terasa lebih dingin, seperti ada sesuatu yang me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Misteri Di Balik Mata   Suara dari Masa Lalu

    Hutan Kelam semakin gelap saat Suci dan Farhan meneruskan perjalanan mereka. Kabut tebal menyelimuti setiap langkah mereka, membuat setiap gerakan terasa seperti perjuangan melawan kegelapan yang tak terlihat. Suara gemericik daun yang tersentuh angin seolah menjadi nyanyian kesedihan, menambah suasana mencekam di sekitar mereka. Bayangan besar yang mereka temui sebelumnya telah meninggalkan jejak kegelapan yang lebih dalam, seolah-olah menghalangi jalan mereka.Setiap langkah di tanah yang lembap dan penuh akar terasa berat. Pohon-pohon tinggi menjulang ke atas, daun-daunnya yang lebat hampir menutup cahaya bulan yang tersisa. Hutan ini tampaknya hidup dengan kekuatan jahat yang belum sepenuhnya mereka pahami. Suci dan Farhan mengandalkan satu sama lain untuk menjaga keseimbangan dan tetap fokus pada jejak yang mereka ikuti.Suci memimpin, mata dan telinga terbuka lebar, sementara Farhan mengikuti di belakang, sesekali melihat ke sekeliling untuk memastikan tidak ada ancaman mendekat

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Misteri Di Balik Mata   Petunjuk yang Hilang

    "Suci, kita sudah mencarinya berhari-hari," kata Farhan, suaranya serak karena kelelahan. "Tidak ada satu petunjuk pun yang tersisa. Kita hampir kehabisan waktu."Suci menggenggam peta tua yang mulai pudar, tatapannya tajam dan penuh tekad. "Kita tidak bisa berhenti sekarang. Ini satu-satunya petunjuk yang tersisa. Kita harus menemukan sesuatu di sini."Mereka berada di sebuah rumah tua yang telah lama ditinggalkan, terletak di pinggir kota yang penuh dengan kenangan suram dan terabaikan. Rumah ini, yang dulu menjadi rumah bagi keluarga Suci, kini berdiri seperti rahasia yang terabaikan, tertutup debu dan kehampaan. Setiap langkah mereka menimbulkan suara berderak di lantai kayu yang lapuk.Rumah ini memiliki suasana yang suram dan menekan. Langit di luar gelap dengan awan mendung, memantulkan suasana hati mereka yang penuh kecemasan. Cahaya lampu senter mereka menciptakan bayangan yang bergerak-gerak, membuat setiap sudut ruangan tampak lebih misterius dan menakutkan. Dinding-dinding

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01

Bab terbaru

  • Misteri Di Balik Mata   Kebenaran yang Terungkap

    “Jadi, ini semua hanya permainan, kan?” Suara Suci bergetar, seolah tak percaya pada apa yang ia baru saja dengar. Ruangan itu sunyi, hanya diselimuti aroma dingin dan tajam dari udara yang merembes masuk melalui celah jendela tua. Farhan, berdiri di ujung ruangan dengan tatapan kosong, memandangi sebuah cermin besar yang sudah pecah sebagian. “Tidak ada yang seperti yang kita kira. Semua petunjuk, semua yang kita temukan… ternyata sudah diatur sejak awal.” Suci menelan ludah, masih memproses kata-kata itu. “Siapa yang mengatur semua ini? Apakah… mereka?” Tatapannya beralih ke cermin di sudut ruangan, bekas luka dari teror yang baru saja mereka hadapi masih segar dalam pikirannya. Farhan berbalik, matanya memancarkan rasa putus asa yang belum pernah Suci lihat sebelumnya. “Bukan hanya mereka, Suci. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar ‘mereka’. Semua ini dimulai dari sebelum kita terlibat. Bahkan sebelum aku tahu siapa aku seben

  • Misteri Di Balik Mata   Mata yang Tak Pernah Tertidur

    “Suci, kau yakin ini jalan yang tepat?” tanya Farhan, suaranya bergetar dalam gelap malam. Di depannya, cahaya senter yang redup menerangi jejak kaki mereka di tanah lembab. Suci mengangguk, menatap jauh ke dalam kegelapan yang seolah menelan setiap suara di sekitar mereka.“Aku bisa merasakannya, Farhan. Kita harus terus maju. Ada sesuatu di sini yang harus kita temukan,” jawab Suci, dengan nada tegas namun penuh keraguan. Sejak kejadian di cermin, dia merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketakutan biasa. Kegelapan itu seolah mengawasi setiap langkah mereka, berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang berani menyelam ke dalam misteri.“Ini sangat berbahaya. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi,” kata Farhan, berusaha mengingatkan Suci. Dia tahu, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin besar risikonya. Namun, Suci sudah terjebak dalam perburuan kebenaran, dan rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takutnya.Merek

  • Misteri Di Balik Mata   Teror di Balik Cermin

    "Apakah kau yakin kita harus masuk ke dalam?" suara Farhan terdengar cemas, mencerminkan ketegangan yang menyelimuti suasana malam itu. Suci menatap cermin yang tergores di depan mereka, memantulkan cahaya lampu neon dari luar, menciptakan bayangan gelap di sekelilingnya."Aku merasakannya, Farhan. Di balik cermin ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pantulan," jawab Suci dengan tegas, meskipun hatinya berdegup kencang. Indra keenamnya bergetar, seolah memberi peringatan akan sesuatu yang menunggu mereka di sisi lain.Suci melangkah maju, menatap cermin yang tampak seperti portal menuju dunia lain. Lalu, dengan nafas dalam, ia menyentuh permukaan dingin cermin. Sejenak, cermin itu bergetar, dan gambarnya mulai kabur. Di dalam kabut itu, Suci melihat bayangan samar seorang wanita, wajahnya terdistorsi, seolah mengalami kepedihan yang mendalam."Siapa dia?" Farhan bertanya, suaranya bergetar. Suci menggelengkan kepala, tak mampu mengucapkan apa pun. Dala

  • Misteri Di Balik Mata   Dalam Pelukan Dosa

    “Farhan, ada yang aneh,” suara Suci mengiris keheningan malam yang dipenuhi dengan aroma hujan. Ia berdiri di depan jendela kantor penyidik, menatap ke luar ke arah jalanan yang basah. “Aku merasa... seolah ada yang mengikuti kita.” Farhan mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menunjukkan berbagai data kasus ke arah Suci. “Apa maksudmu? Kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga jarak dari semua ini,” jawabnya, suaranya tegas meskipun ada nada ketidakpastian yang terlintas. “Aku tahu, tapi ini bukan soal menjaga jarak,” Suci menjelaskan, tangannya bergetar. “Ini lebih dalam daripada itu. Seolah ada bayangan yang terus mengikuti setiap langkah kita.” Farhan mengerutkan kening, memikirkan kata-kata Suci. “Kau yakin ini bukan hanya perasaanmu? Dengan semua yang kita hadapi, wajar jika kita merasa tertekan.” “Bukan hanya perasaan, Farhan,” Suci menekankan. “Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang jauh lebih berbahaya

  • Misteri Di Balik Mata   Sentuhan Bayangan

    "Suci, apakah kau mendengarnya?" Farhan tiba-tiba berbisik, memecah keheningan yang menyesakkan. Suara desau angin yang aneh, seperti rintihan yang menyusup dari segala arah, semakin jelas di telinga mereka.Suci memejamkan mata, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. "Ya," gumamnya pelan, "tapi suara itu bukan dari sini… ini berasal dari sesuatu yang lain." Tatapan Suci menyapu tempat itu, dimensi yang asing dan penuh kehampaan. Tidak ada apa pun di sini, selain kegelapan yang terus bergerak, seolah hidup.Farhan menarik napas dalam-dalam, matanya terpaku pada bayangan-bayangan yang bergerak di kejauhan. "Kita tidak bisa diam di sini. Tempat ini… semakin terasa seperti jebakan."Suci mengangguk, langkahnya goyah saat mereka mulai bergerak, menyusuri dataran retak yang entah menuju ke mana. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki mereka menyedot energi yang tersisa. Meski Suci memiliki kemampuan khusus, di tempat ini, kekuatanny

  • Misteri Di Balik Mata   Ruang yang Menyempit

    “Farhan, kita harus pergi sekarang!” Suci menarik tangan Farhan dengan panik, suaranya bergetar. “Semakin lama kita di sini, semakin berbahaya!”Farhan menoleh dengan cepat, matanya masih terpaku pada sosok ayah dan ibu Suci yang tidak mungkin nyata, namun mereka berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi dingin. Ruangan yang semula tampak lapang kini terasa menyempit, dinding-dindingnya seperti bergerak, menekan mereka perlahan namun pasti.“Aku tak percaya ini,” gumam Farhan, suaranya penuh ketidakpercayaan. “Ini mustahil… Mereka sudah mati, Suci. Kau bilang mereka sudah mati!”Suci menatap Farhan, matanya memancarkan rasa takut yang mendalam. “Aku tahu… Tapi kita tak bisa melarikan diri dari kenyataan ini. Entah bagaimana, mereka… mereka di sini. Tapi ini tidak nyata, Farhan. Kita sedang dijebak oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar ilusi.”“Ilusi? Kau menyebut ini ilusi?” Farhan tertawa kecut, ekspresinya diwarnai oleh kepanikan yang mulai

  • Misteri Di Balik Mata   Cahaya yang Menipu

    "Aku tidak yakin ini ide yang bagus, Suci," suara Farhan terdengar rendah, hampir berbisik, namun ketegangan di dalamnya jelas. "Cermin itu… apa pun yang kita lihat tadi, bukan hal yang normal."Suci tetap diam, pandangannya tajam menembus kegelapan rumah tua yang sekarang terasa lebih dingin dan suram. Cermin yang baru saja pecah kini berserakan di lantai, tetapi setiap pecahan seolah tetap hidup, memantulkan potongan-potongan bayangan masa lalu yang mengerikan. Suci tidak bisa melepaskan pikirannya dari sosok ibunya yang muncul di balik cermin itu."Ada sesuatu yang belum kita pahami," jawab Suci akhirnya, suaranya terdengar jauh, seperti dia sedang berbicara kepada dirinya sendiri daripada kepada Farhan. "Ibu… dia mencoba memberi tahuku sesuatu. Dia tidak bisa pergi begitu saja. Tidak setelah semua yang aku lihat."Farhan melangkah mendekat, menyentuh lengan Suci dengan lembut. "Tapi kita bahkan tidak tahu apakah itu benar-benar ibumu. Bisa saja itu han

  • Misteri Di Balik Mata   Langkah Tak Terlihat

    "Apa yang kau temukan?" suara Farhan bergetar pelan, memecah kesunyian yang tegang di antara mereka.Suci duduk diam di kursi tua yang terletak di pojok ruangan, jari-jarinya bermain di atas permukaan meja kayu yang dingin dan berdebu. Matanya menatap kosong, seolah mencoba memahami sesuatu yang tak terjangkau. Dia tidak segera menjawab, mengabaikan pertanyaan Farhan sejenak."Suci," Farhan mendekat, nadanya memaksa kali ini. "Kau tahu lebih dari yang kau katakan. Apa yang terjadi? Apa yang sudah kau ingat?"Suci mengangkat pandangannya perlahan, matanya kini dipenuhi dengan kebingungan yang lebih dalam, namun di balik itu ada ketakutan yang sulit disembunyikan. "Aku tidak yakin, Farhan," bisiknya. "Ini... lebih dari sekadar ingatan. Ada sesuatu yang... salah. Sesuatu yang selalu bersembunyi di balik setiap langkahku."Farhan menelan ludah, mengamati perubahan ekspresi Suci. Dia tahu betul bahwa wanita ini adalah yang terkuat dari mereka berdua, d

  • Misteri Di Balik Mata   Bab 112: Selubung Masa Silam

    "Apa maksudmu dengan 'kegelapan itu ada di dalam dirimu'?" suara Farhan pecah di antara hening, gemetar dengan kepanikan yang sulit ia sembunyikan. Tangannya terulur, mencoba meraih Suci, namun sesuatu yang tak terlihat menahannya—sesuatu yang dingin dan kelam, seolah udara di antara mereka menjadi penghalang.Suci menoleh perlahan, pandangan matanya berubah. Tidak ada lagi kelembutan atau ketegasan yang biasa Farhan lihat. Mata Suci kini gelap, kosong, seperti cermin yang memantulkan kegelapan. "Aku tidak tahu, Farhan," suaranya bergetar, tapi bukan karena takut. Ada sesuatu yang lain di sana. "Mungkin ini bukan hanya tentang mereka. Mungkin... ini selalu tentang aku."Farhan terdiam, pikirannya berputar. “Suci, kita bisa keluar dari sini. Kau harus melawan ini. Ini semua manipulasi—mereka mencoba memecahmu, membuatmu percaya sesuatu yang tidak benar.""Manipulasi?" Suci tersenyum tipis, hampir sinis. "Bagaimana kalau kebenarannya memang tidak seperti yan

DMCA.com Protection Status