Share

Bab 6

"Apa kamu tidak merasa malu saat putus denganku di depan umum? Sungguh konyol!"

Setelah itu, aku pun berbalik dan hendak berjalan pergi. Akan tetapi, Jacky malah menarikku.

Aku benar-benar merasa diriku yang sebelumnya perlu memeriksa kondisi mata. Bagaimana aku bisa menyukai orang seperti dia juga merupakan misteri yang belum terpecahkan.

"Sudahlah! Kalau terus begini, itu akan menjadi tidak sopan," ucapku. Amarah di hatiku pun tiba-tiba melonjak.

Namun, Jacky masih bersikeras untuk menarik tanganku.

Ketika menoleh ke belakang lagi, aku merasa sangat terkejut.

Sandy sedang berdiri di depan pintu sambil melihat kami.

Setelah tidak bertemu selama setahun, dia tampak lebih tinggi dari sebelumnya. Meskipun sedang mengenakan seragam sekolah, ketampanannya masih terlihat sangat jelas.

Omong-omong, aku juga merasa malu karena Sandy melihat interaksiku dengan pria yang buruk ini.

Setelah berjalan menghampiriku, Sandy langsung menarikku ke sebelahnya.

Dia menarikku dan hendak berjalan pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Cindy Liandi! Kamu tidak setuju karena bocah kecil ini?"

Terlintas amarah yang tak terucapkan dari mata Sandy.

Sandy pun berbalik dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi aku menghentikannya.

"Kamu berdiri saja di sini."

Aku berjalan mendekati Jacky.

"Dengar baik-baik, aku tidak setuju karena aku membencimu."

"Kemudian, dia bukan anak kecil. Perlukah dia berdiri di sebelahmu untuk dibandingkan?"

Setelah tersenyum, aku langsung berbalik dan membawa Sandy berjalan keluar.

Di sepanjang jalan, suasana agak canggung.

Aku mencoba untuk menghancurkan kesunyian.

"Kamu...."

Bisa-bisanya kami berbicara pada saat yang bersamaan.

Aku membiarkannya untuk berbicara terlebih dahulu.

"Kak Cindy, kenapa kamu pergi kencan buta secepat itu? Padahal kamu masih belum tua."

Mendengar perkataan itu, aku sontak terdiam.

"Pasti kakakmu yang bilang, kan? Um, kamu masih kecil, jadi aku kasih tahu pun kamu juga tidak paham."

"Tapi, kenapa kamu datang ke sini? Kamu sendirian ya?"

"Kakakku tidak bilang, 'kah? Aku SMA di sini. Hari ini, aku seharusnya menginap di rumahnya. Tapi, dia malah mengusirku dan menyuruhku untuk tidak mengganggu kemesraannya bersama pacar."

"Dia suruh aku cari kamu."

Sialan! Aku hampir tersedak.

"Jadi, kamu mau nginap di rumahku malam ini?"

"Tidak bisa! Aku akan buka kamar untukmu."

Selesai berkata, aku pun mengeluarkan ponsel dan mencari hotel.

"Kak, kamu takut atau tidak mau terima aku?"

Setelah dibujuk dengan berbagai rayuan, akhirnya aku membawanya pulang.

Aku terus mengingatkan diri bahwa dia lebih kecil dariku.

Setiap kali pemikiran lain muncul, aku langsung mencubit diriku dengan kuat.

Tidak boleh!

Setibanya di rumah, aku menyuruhnya untuk mandi dulu. Sementara itu, aku pun membersihkan kamar.

Untungnya, Julia meninggalkan kasur dan selimut yang tebal di sini meski sudah pindah keluar.

Setelah mengepel lantai, aku bersiap untuk merapikan alas tidur di lantai.

Empat orang bisa muat di satu kasur. Dua orang? Itu sangat tidak bisa!

Tak lama kemudian, suara air di kamar mandi berhenti. Saat ini, jantungku mulai berdebar kencang.

Tanganku terus melihat video pendek, tetapi telingaku malah mendengar suara dari kamar mandi.

Terdengar suara gesekan, pintu kamar mandi langsung terbuka.

Aku sering membayangkan berbagai adegan dari drama yang telah kutonton.

Tokoh pria utama berjalan keluar dari kamar mandi dan membungkus badannya dengan handuk, kemudian dia mengusap rambut dengan kedua tangan.

Tidak mungkin! Meski Sandy berjalan keluar seperti apa yang aku bayangkan, itu pasti tidak bisa menarik perhatian. Sebagai seorang pelajar SMA, seberapa besarnya pesona yang dia miliki?

Tanpa sadar, aku malah menelan ludah setelah melihat Sandy berjalan keluar.

Kenapa dia tidak memakai baju?

Aku....

Aku sontak terdiam, kemudian berpura-pura tidak melihatnya.

Namun, aku bisa merasakan bahwa Sandy sedang berjalan menghampiriku. Wuhh....

Apa yang harus aku lakukan?

Sungguh pesona yang menyebalkan!

Aku tidak tahan lagi dan mengintipnya beberapa kali.

Otot perut dan bahu yang kokoh seperti itu pantas dimiliki oleh pria dengan usia segitu, 'kah?

Aku tidak tahan lagi dan menelan ludah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status