Aku tanpa sadar akan mengingat kejadian malam itu, di mana perutku sangat sakit.Begitu pintu terbuka dan melihatnya, aku sangat yakin bahwa wanita ini adalah malaikat di hatiku.Meskipun Cindy sangat kelelahan saat menggendongku, dia tetap berusaha keras untuk membawaku ke klinik.Sejak hari itu, aku selalu menantikan kesempatan untuk bertemu dengannya lagi.Tak lama kemudian, aku melihat kakakku mengunggah video di akun media sosialnya. Ternyata Cindy ada di dalam video tersebut.Sejak itu pula, aku tahu kalau dia adalah orang yang tinggal bersama kakakku.Aku pun mencari alasan ingin bermain tetapi tidak punya uang.Itu sebenarnya bukan alasan asal-asalan, karena aku juga tahu bahwa kakakku yang sangat pelit pasti tidak akan menghabiskan uang untuk membiarkan kami menginap di hotel.Malam itu, aku berhasil menginap bersama wanita yang aku sukai.Aku tidak bisa menahan diri sehingga menciumnya.Melihat Cindy mengangguk, aku tidak tahu betapa bahagianya diriku sendiri. Tak lama kemudi
Aku sudah berusia 25 tahun, tetapi masih belum pernah berhubungan seks dengan seorang pun pria.Sahabatku, Julia Joman tiba-tiba memberitahuku bahwa kami harus berbagi ranjang dengan dua pria malam nanti.Mataku langsung berbinar dan memperlihatkan ekspresi canggung.Sebenarnya, hatiku sama sekali tidak merasa canggung karena aku pernah melihat dua pria itu.Salah satu dari mereka adalah tipe pria idealku dengan tubuh 185 cm. Pria itu juga memiliki garis rahang yang sangat jelas dan mata yang bersinar cerah, serta jari tangan dan kaki yang panjang...Dia tampak sempurna dalam segala sisi. Akan tetapi, aku hanya bisa menatapnya tanpa berani mendambakannya.Sebab, pria itu adalah adiknya Julia. Dia lebih muda delapan tahun dariku.Hal yang terpenting adalah Sandy Joman masih belum menginjak usia dewasa. Meskipun sikapnya sudah tampak dewasa, aku tetap harus memikirkan hati nuraniku.Lalu, kenapa kami berempat harus berbagi ranjang?Aku dan Julia sangat miskin. Kami hanya mendapatkan gaji
Rasanya seperti satu abad telah berlalu, Julia akhirnya selesai mandi.Begitu Julia berbaring di antara aku dan Sandy, barulah aku berani berbaring.Kakak beradik itu benar-benar tidur sangat nyenyak, bahkan suara napas mereka pun terdengar sangat jelas.Aku perlahan tertidur di antara suara napas yang tenang itu.Ketika langit mulai terang, aku yang masih linglung merasakan sesuatu yang lembut menempel di bibirku.Sentuhan itu terasa samar. Di sisi lain, tubuhku semakin panas dan mulai kesulitan bernapas.Begitu aku membuka mata, wajah Sandy ada di depanku dan bibirnya masih mencium bibirku. Kedua tangannya menopang di bahuku, postur seperti ini tampak mesra.Pikiranku tiba-tiba kosong dan wajahku sontak memerah.Andai saja orang di depanku bukan Sandy, aku pasti sudah melapor polisi. Akan tetapi, begitu melihat wajah Sandy, aku sama sekali tidak ingin menolak.Terlepas dari semua itu, aku harus segera sadar.Di sampingku masih ada dua orang lagi.Omong-omong, kenapa aku bisa tidur di
Wajah dan perilakunya memang bisa membuatku terpesona hingga gila, tetapi setiap gerakannya tetap memperlihatkan kekanak-kanakan.Aku seketika jatuh dalam keadaan dilema.Entah dari mana keberanian itu muncul, aku menatapnya dengan tegas."Dek Sandy, apa pun yang kamu pikirkan, aku harap kamu benar-benar tahu apa yang sedang kamu lakukan. Kalau kamu hanya terbawa perasaan sesaat, aku bisa anggap tidak ada yang pernah terjadi."Tatapannya sontak memuram dan juga menghindar, bahkan juga menarik tangannya kembali. Dia tampak bingung."Oh iya, Dek Sandy. Sekarang, aku masih belum bisa menghidupimu."Saat ini, sosoknya yang tinggi tampak kehilangan sedikit wibawa."Kak, kamu mandi dulu. Maaf!"Setelah Sandy berjalan keluar, aku kembali ke situasi semula dan juga merasa jauh lebih tenang.Namun, apakah perkataan yang baru saja aku katakan itu sedikit keterlaluan?Sungguh menyebalkan! Padahal aku tidak ingin melukai hati siapa pun, apalagi seorang pria tampan yang tampak lemah.Pada pukul set
Empat orang tinggal di satu ruangan memang sedikit sempit. Setelah pulang kerja, kami membawa mereka berdua untuk berjalan-jalan. Julia pun mulai berdiskusi agar mereka bisa pulang besok.Namun, Sandy tampak tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi pagi tadi.Dia juga tidak banyak bicara denganku, sebaliknya terus berdiri di belakangku.Mungkin karena kami berempat berdiri bersama, apalagi aku hanya ikut-ikutan sehingga tinggi badan dan penampilanku cukup mencolok.Orang-orang yang melewati kami pasti akan melirik kami sekilas.Namun, semua orang bisa melihat bahwa para gadis yang melewati kami pasti akan melihat Sandy dengan tatapan manja.Ketika aku menoleh untuk melihat mereka lagi, ternyata mereka masih berbisik sambil memandang punggung Sandy.Sungguh menyebalkan!Setelah itu, kami mencari kafe untuk duduk santai.Gadis-gadis di meja sebelah yang mengenakan seragam sekolah terus melirik ke arah kami. Hal itu membuatku merasa tidak nyaman, mungkin karena mereka terlalu cantik.
Malam itu, angin di tepi pantai sangat kencang. Saat pulang, barulah kami merasa betapa dinginnya udara.Tak disangka, Sandy melepaskan mantel dan menyelimutkannya di bahuku. Kemudian, dia membawaku pulang bersamanya.Setelah kami berpamitan, aku sudah tidak bertemu dengannya selama setahun.Tiba-tiba, adegan berganti ke rumah yang aku kontrak bersama Julia.Saat itu, aku sudah menghasilkan banyak uang sehingga mampu menghidupinya.Usia Sandy pun berubah menjadi setahun lebih mudah dariku. Adegan masih sama seperti pagi kemarin, bedanya tidak ada orang lain di sekitar kami.Kami saling berciuman untuk mengekspresikan cinta kami yang mendalam.*********Saat aku sadar kembali, aku sudah kembali ke rumah kontrakan. Kemudian, kamar pun menjadi jauh lebih luas.Julia mengatakan bahwa kedua adiknya sudah pulang.Dia juga menceritakan kejadian yang terjadi kemarin.Kasus pelecehan seksual sering terjadi di sekitar toilet, karena tidak ada kamera pengawasan di sana.Saat itu, aku hampir menja
"Apa kamu tidak merasa malu saat putus denganku di depan umum? Sungguh konyol!"Setelah itu, aku pun berbalik dan hendak berjalan pergi. Akan tetapi, Jacky malah menarikku.Aku benar-benar merasa diriku yang sebelumnya perlu memeriksa kondisi mata. Bagaimana aku bisa menyukai orang seperti dia juga merupakan misteri yang belum terpecahkan."Sudahlah! Kalau terus begini, itu akan menjadi tidak sopan," ucapku. Amarah di hatiku pun tiba-tiba melonjak.Namun, Jacky masih bersikeras untuk menarik tanganku.Ketika menoleh ke belakang lagi, aku merasa sangat terkejut.Sandy sedang berdiri di depan pintu sambil melihat kami.Setelah tidak bertemu selama setahun, dia tampak lebih tinggi dari sebelumnya. Meskipun sedang mengenakan seragam sekolah, ketampanannya masih terlihat sangat jelas.Omong-omong, aku juga merasa malu karena Sandy melihat interaksiku dengan pria yang buruk ini.Setelah berjalan menghampiriku, Sandy langsung menarikku ke sebelahnya.Dia menarikku dan hendak berjalan pergi ta
Sandy berhenti di depanku.Aku tidak berani mengangkat kepalaku."Kak, sekarang sudah giliranmu."Aku ingin menangis tetapi tidak punya air mati. Aku juga ingin berterima kasih kepada Julia."Iya! Sekarang sudah sangat malam, kamu tidur dulu. Kamu tidur saja di ranjang."Setelah mengambil pakaian yang sudah disiapkan, aku berjalan melewatinya dan kemudian pergi ke kamar mandi.Mengingat kejadian kemarin, aku tidak berani melakukan tindakan licik apa pun lagi.Setelah menghapus makeup, aku mencuci wajahku dengan bersih.Selesai mandi, aku langsung mengenakan piyamaku yang paling tertutup.Aku pun mengacaukan rambutku dan kemudian bercermin.Bagus sekali! Aku sangat puas dengan penampilan ini.Aku berlama-lama lagi di kamar mandi. Setelah Sandy tertidur, barulah aku keluar.Namun, kenyataan tidak seperti yang kuharapkan. Suara ketukan pintu yang mendadak membuatku sangat kaget."Kak, baju gantiku ada di dalam. Nanti kamu keluar, aku masih harus mencucinya."Baru kemudian aku sadar bahwa