Wajah dan perilakunya memang bisa membuatku terpesona hingga gila, tetapi setiap gerakannya tetap memperlihatkan kekanak-kanakan.Aku seketika jatuh dalam keadaan dilema.Entah dari mana keberanian itu muncul, aku menatapnya dengan tegas."Dek Sandy, apa pun yang kamu pikirkan, aku harap kamu benar-benar tahu apa yang sedang kamu lakukan. Kalau kamu hanya terbawa perasaan sesaat, aku bisa anggap tidak ada yang pernah terjadi."Tatapannya sontak memuram dan juga menghindar, bahkan juga menarik tangannya kembali. Dia tampak bingung."Oh iya, Dek Sandy. Sekarang, aku masih belum bisa menghidupimu."Saat ini, sosoknya yang tinggi tampak kehilangan sedikit wibawa."Kak, kamu mandi dulu. Maaf!"Setelah Sandy berjalan keluar, aku kembali ke situasi semula dan juga merasa jauh lebih tenang.Namun, apakah perkataan yang baru saja aku katakan itu sedikit keterlaluan?Sungguh menyebalkan! Padahal aku tidak ingin melukai hati siapa pun, apalagi seorang pria tampan yang tampak lemah.Pada pukul set
Baca selengkapnya