Share

Mimpi yang Mengubah Hidup: Si Malaikat
Mimpi yang Mengubah Hidup: Si Malaikat
Penulis: Jessica

Bab 1

Aku sudah berusia 25 tahun, tetapi masih belum pernah berhubungan seks dengan seorang pun pria.

Sahabatku, Julia Joman tiba-tiba memberitahuku bahwa kami harus berbagi ranjang dengan dua pria malam nanti.

Mataku langsung berbinar dan memperlihatkan ekspresi canggung.

Sebenarnya, hatiku sama sekali tidak merasa canggung karena aku pernah melihat dua pria itu.

Salah satu dari mereka adalah tipe pria idealku dengan tubuh 185 cm. Pria itu juga memiliki garis rahang yang sangat jelas dan mata yang bersinar cerah, serta jari tangan dan kaki yang panjang...

Dia tampak sempurna dalam segala sisi. Akan tetapi, aku hanya bisa menatapnya tanpa berani mendambakannya.

Sebab, pria itu adalah adiknya Julia. Dia lebih muda delapan tahun dariku.

Hal yang terpenting adalah Sandy Joman masih belum menginjak usia dewasa. Meskipun sikapnya sudah tampak dewasa, aku tetap harus memikirkan hati nuraniku.

Lalu, kenapa kami berempat harus berbagi ranjang?

Aku dan Julia sangat miskin. Kami hanya mendapatkan gaji yang cukup untuk membayar biasa sewa serta memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dua adik laki-lakinya, Sandy dan Kevin Joman memberitahunya akan bermain ke kota saat liburan musim panas.

Dengan tujuan menghemat lebih banyak dana, kami memutuskan untuk tinggal bersama di satu tempat. Untungnya, ranjang ini cukup besar untuk ditiduri empat orang.

Demi bisa bermain bersama mereka hari ini, aku rela mengenakan sepatu setinggi 7 cm untuk berjalan sepanjang hari.

Aku bahkan memperlihatkan diri sebagai seorang kakak yang dewasa.

Namun, empat orang yang harus mandi setelah pulang ke rumah sontak menjadi masalah. Oleh karena itu, aku langsung pulang terlebih dahulu.

Tak diragukan lagi, aku merasa nyaman setelah melepaskan sepatu dengan ketinggian 7cm.

Meskipun terus mengingatkan diri untuk bertingkah seperti seorang kakak, hatiku tanpa sadar terkekang begitu melihat wajah itu.

Setelah mandi dan mengeringkan rambut, aku pun menyemprotkan sedikit parfum di ruangan. Akan tetapi, itu masih belum cukup. Di malam hari, aku tanpa sengaja mengoleskan sedikit bedak padat di wajah agar terlihat cantik.

Saat ini, aku yang menjadi seorang gadis licik malah menunggu suara ketukan pintu.

Tak lama kemudian, suara ketukan pintu pun terdengar. Aku langsung membuka sedikit celah pintu dan merasakan tekanan dari pria berpakaian hitam di depanku.

Setelah mendongak dan meliriknya sejenak, aku pun berbalik sambil menggerakkan rambutku yang baru saja dicuci dengan harum.

Di dalam cermin, aku bisa merasakan bahwa pria berpakaian itu terus melihatku.

Meskipun kami sudah bermain bersama sepanjang hari, aku tetap merasa malu saat berinteraksi dengan dua adik itu di satu ruangan.

Ketika Julia sedang mandi, Sandy sudah berbaring di sebelahku. Sementara itu, Kevin berbaring di sisi luar dan kemudian aku berbaring di sisi dalam.

Awalnya, aku hanya mengira bahwa Sandy masih kecil, tetapi aku sepertinya lupa kalau dia adalah seorang pemain basket yang bermain setiap hari. Sandy mengenakan pakaian berlengan pendek, dia berbaring di ranjang dan memperlihatkan otot-otot yang kokoh di lengannya. Sungguh menyilaukan! Akan tetapi, aku tidak berani melihatnya terlalu lama.

Sandy terus memancarkan aura maskulin yang kuat.

Sebagai seorang gadis yang baru pertama kali berdekatan dengan pria, aku benar-benar merasa canggung. Sebab itu, aku tidak berani berbaring dan mendesak Julia agar bisa mandi secepat mungkin.

Meskipun kedua adik itu sedang bermain game, aku bisa merasakan tatapan Sandy.

Tatapannya sangat gairah, sehingga membuatku semakin gugup. Akhirnya, aku hanya bisa berpura-pura memainkan ponsel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status