Share

Bab 2. Kawin Lari

last update Last Updated: 2024-11-08 09:37:47

Jeremy mengemasi barang-barang beserta pakaiannya ke dalam koper. Ia marah kepada kedua orang tuanya mengenai hubungan bersama Alka tidak direstui. Kemarin, Jeremy diberikan pilihan oleh sang ayah. Tetap memilih menikah dengan Alka tapi putus hubungan antara orang tua dan anak, atau merelakan Alka tapi mendapatkan kepercayaan mengelola perusahaan keluarga. Ia memilih untuk pergi dari rumah itu demi memperjuangkan cinta Alka.

"Mau ke mana kamu Jeremy?" tanya sang ibu saat memasuki kamar.

"Aku mau pergi, Ma," jawab Jeremy.

"Pergi ke mana?" tanya Wilda panik.

"Aku ingin menemui Alka. Walaupun Mama dan Papa tidak mau merestui kami, aku akan tetap memperjuangkanmu cintaku untuk Alka."

"Nak! tolong jangan pergi ...," mohon Wilda.

"Apa jika aku tidak pergi, Mama dan Papa akan merestuiku dengan Alka? Aku rasa tidak."

Wilda menangis melihat sang putra yang akan pergi meninggalkannya. Bagaimana tidak. Seorang anak semata wayang yang ia besarkan memilih pergi hanya untuk memperjuangkan cinta kepada gadis pujaannya.

Jeremy kemudian mengangkat koper dan segera keluar dari kamarnya. Jeremy berjalan dengan cepat menuruni tangga. Di belakang Jeremy, terdapat sang ibu yang melangkah dengan cepat. Wilda berusaha mengejar putranya dan memohon agar jangan pergi meninggalkan rumah.

"Jeremy! Nak! Tolong jangan pergiii ... Mama dan Papa minta maaf karena tak merestuimu dengan gadis pujaan. Tapi Mama dan Papa ingin memberikan yang terbaik untuk kamu." 

Jeremy tak menggubris ucapan sang Ibu. Di ruang tamu, terdapat Hasan sedang membaca koran dengan santai dan sama sekali tidak terganggu dengan interaksi Wilda dan Jeremy. Wilda melirik kesal kepada sang suami karena tidak peduli mengenai Jeremy yang akan pergi.

"Papa! Tolong lakukan sesuatu! Anak kita ingin pergi dari rumah karena kita tidak merestui hubungannya dengan Alka. Apa kamu ingin membiarkan anak kita pergi, Pa?" rengek Wilda.

"Untuk apa kita harus menghalanginya? Biarkan saja dia pergi. Anak tidak tahu diri."

Jeremy berhenti sejenak dan menurunkan kopernya. Ia menatap sejenak rumah yang akan ia tinggalkan. Sebelum pergi, Jeremy menatap orang tuanya secara bergantian.

 "Tidak apa-apa Papa dan Mama membenci aku yang lebih memilih memperjuangkan Alka. Karena menurutku, mencintai seseorang itu tidak membutuhkan alasan apapun. Dan tidak perlu memandang latar belakangnya, asal dia bisa membawa kebahagiaan untuk kita."

Hasan melipat koran dan memandang dingin putranya. "Baiklah jika itu mau kamu. Silakan pergi dari rumah ini dan perjuangkan wanita itu. Tapi ada syaratnya sebelum kamu pergi dari rumah ini."

"Syarat apa, Pa?" tanya Jeremy.

"Semua kartu yang ada padamu, tolong tinggalkan! Karena itu adalah pemberian dari Papa. Papa tidak ingin kamu menggunakan uang itu untuk membelanjakan wanita itu."

Jeremy menghela napas. "Baiklah tidak masalah. Tanpa bergantung dengan Papa, aku bisa mencari uang sendiri."

Jeremy lalu membuka tasnya lalu mengambil dompet dan mengeluarkan semua kartu ATM serta black card pemberian sang Ayah. Tanpa ragu, ia menaruh semua kartu itu di atas meja.

"Aku pamit Pa, Ma."

Jeremy melangkah pergi dengan tenang sambil menyeret koper dan juga tasnya. Tujuannya ingin terbang ke Yogyakarta menemui gadis pujaan hatinya. Jeremy yakin, meskipun ia sekarang tidak memiliki apapun, Alka tidak mungkin mencampakkan. Alka bukanlah wanita yang materialistis dan gila uang.

Sedangkan Wilda sang Ibu, menangis melihat karena putra kesayangannya pergi dari rumah. Anak laki-laki itu dengan tanpa ragu dan tanpa takut mengenai ancaman sang ayah yang mengambil dan mencabut semua fasilitas yang diberikan. Wilda protes kepada sang suami yang membiarkan anak mereka pergi begitu saja.

"Kenapa kamu membiarkan anak kita pergi, Pa? Aku tidak ingin kehilangan dia. Mengapa kamu tidak melakukan sesuatu untuk menahan dia agar dia tidak pergi meninggalkan kita?"

"Kamu jangan selalu memanjakan anak itu. Sesekali dia harus diberikan pelajaran. Karena dia tidak bisa diperingatkan dan tidak bisa menuruti apa nasehat dan larangan kita sebagai orang tua, maka kita harus mengambil langkah tegas. Kita lihat apakah dia bisa hidup tanpa uang? Aku yakin bahwa Alka tidak akan mungkin menerima dia yang tidak memiliki apa-apa sekarang."

**

Alka berjalan pelan menuruni lereng gunung dengan hati-hati sambil menggendong karung besar berisi sayuran. Karung besar yang ia kaitkan dengan sehelai kain panjang yang biasa disebut jarik itu, berisi kubis yang akan dia jual kepada tengkulak. Hari ini Alka tidak kuliah karena libur. Pekerjaan Alka sebagai pegawai minimarket dikerjakan saat menjalani shift malam.

"Hati-hati kepleset Alka!" ucap wanita paruh baya yang sedang memanen daun bawang.

"Iya, Bu. Makasih." 

Jalan setapak yang dilewati oleh Alka terasa licin setelah pagi hari diguyur hujan. Jika tidak berhati-hati berjalan menuruni jalan itu, maka Alka akan terpeleset dan terjungkal. Tak hanya itu, sayuran yang ia gendong juga akan berceceran jika seandainya tidak diikat dengan kuat ujung dari karung itu.

Alka menyeka keringat yang membanjiri pelipisnya. Ia mempercepat langkah karena sebentar lagi sampai di rumah tengkulak. Setelah pulang dari rumah tengkulak, uang hasil menjual kubis ia masukkan ke kantong celana. Harga kubis sangat murah. Namun Alka tetap bersyukur meskipun hasilnya sedikit bisa menambah uang sakunya.

Ketika Alka melangkahkan kaki beberapa meter lagi sampai rumah, ia terpaku dengan sosok pria yang berdiri di depan rumahnya. Pria itu memandang sendu rumah Alka.

"Kamu?!" Alka terkejut melihat kedatangan Jeremy dihadapannya.

"Alka!" Jeremy menoleh ke belakang. Ia melepaskan tasnya, mendekat, dan memeluk Alka. Alka terkejut dan hampir saja terhuyung ke belakang. 

"Tolong jangan peluk aku. Aku bau keringat habis panen sayuran." Alka mendorong tubuh Jeremy agar tidak memeluknya. Namun pria itu tidak peduli.

Jeremy menggeleng. "Aku tidak peduli. Aku rindu kamu."

Alka akhirnya pasrah tubuhnya dipeluk erat oleh pria itu. Namun, tatapannya teralihkan dengan koper dan tas yang dibawa oleh Jeremy. Dalam hati, ia bertanya, apakah Jeremy diusir oleh kedua orang tuanya?

"Mas bawa koper dan tas, mau pergi ke mana?" tanya Alka penasaran.

Jeremy melepaskan pelukannya."Boleh aku masuk rumah? Aku lelah setelah merasakan perjalanan jauh."

"Ya sudah. Ayo masuk!" ajak Alka.

Didalam rumah, Alka menyiapkan segelas air minum dan ia berikan kepada Jeremy. Jeremy menerima gelas berisi air dan meminumnya hingga tandas. Alka kemudian menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Jeremy di ruang makan.

"Jadi Mas pergi meninggalkan orang tua untuk menemui aku. Mas yakin tetap ingin menikahi aku meskipun orang tua Mas tidak setuju?" 

Jeremy mengangguk. "Iya, Sayang. Aku sungguh sangat mencintai kamu. Tidak ingin kehilangan kamu."

Alka menampilkan senyuman dengan perasaan yang campur aduk. Bohong jika dia tidak bahagia melihat Jeremy yang bertekad memperjuangkan dirinya. Namun disatu sisi, Alka merasa bersalah telah membuat orang tua dan anak saling menjauh.

"Kamu tahu seperti apa latar belakangku, Mas. Aku hanya anak petani dan anak orang miskin. Beda jauh dengan kamu."

"Aku tidak peduli. Aku rela kehilangan segalanya asal jangan kehilanganmu," tegas Jeremy.

Alka menghela napas. "Tolong pikirkan lagi ... Jangan keputusan Mas sekarang akan membuatmu menyesal kemudian hari."

"Apa kamu pikir, aku tidak memikirkan risiko sebelum mengambil keputusan?"

Jeremy menatap wajah Alka dengan lekat. Alka diam menunggu Jeremy yang masih ingin melanjutkan ucapannya. 

"Tentu saja aku tahu keputusan apa yang harus aku pilih, dan apa risikonya. Apapun keputusan yang aku ambil, aku harus siap menerima hasilnya walaupun mengecewakanku. Aku tidak pernah menyesali apa yang terjadi. Karena itu semua adalah kehendak Yang Maha Kuasa."

Alka diam dan tidak tahu harus berbicara apa. Jeremy yang menatap Alka dengan kediamannya, membuat pria itu mengerutkan kening. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh Alka?

"Kenapa kamu diam, Alka? Apakah kamu keberatan dengan keputusanku ini? Apa kamu tidak ingin menghargai pengorbananku demi kamu?"

Alka terkejut dengan pertanyaan Jeremy. "Bu-bukan begitu maksudku."

Alka terkejut dengan Jeremy yang berpikiran bahwa ia tidak menghargai pengorbanan pria itu. Alka berusaha mencari kata untuk menjelaskan agar Jeremy tidak salah paham.

"Aku ingin kita segera menikah. Nanti sore kita ke KUA untuk menikah secara sah menurut hukum dan negara." Jeremy mengambil keputusan yang mengejutkan Alka.

Alka melebarkan matanya. "Menikah? Secepat ini?!"

                          ********

"Sah!" Suara para saksi dan wali hakim serempak menjawab penghulu yang memimpin ijab qobul.

Jeremy dan Alka melaksanakan pernikahan di KUA malam itu juga. Setelah Jeremy datang menemui Alka, ia langsung meminta surat pengantar dari kepala desa tempat tinggal Alka untuk menikah. Jeremy menghadiahkan sebuah mahar cincin berlian yang ia beli jauh sebelum ia mengajak Alka ke rumah orang tuanya.

Sebelumnya, Jeremy dan Alka sedikit berdebat untuk melaksanakan pernikahan ini. Alka mengatakan kepada Jeremy untuk tidak terburu-buru menikah. Tapi pria itu salah paham dan mengira Alka mempermainkan perasaan Jeremy. Akhirnya, Alka setuju dengan ajakan Jeremy untuk melakukan prosesi pernikahan di KUA.

Setelah prosesi ijab qobul selesai, dan doa bersama di lakukan, Jeremy dan Alka berdiri di taman belakang gedung KUA. 

"Alhamdulillah akhirnya kita resmi menjadi suami istri. Aku berjanji akan melakukan apapun demi membahagiakan kamu," ucap Jeremy menatap dalam netra Alka.

"Aku tidak meminta yang muluk-muluk, Mas. Cukup Mas setia dan tidak pernah menghianati aku."

"Aku tidak akan pernah menodai sumpah janji pernikahan kita. Ingatlah dan tolong kamu pegang kata-kataku ini."

Alka mengangguk. "Aku percaya, Mas."

Diantara mereka berdua, saling mengucapkan janji saling setia dan tidak akan meninggalkan satu sama lain. Bulan purnama malam itu bersinar cukup terang. Bintang-bintang berhamburan menambah keindahan pemandangan alam diwaktu malam. Dan itu semua menjadi saksi bisu Alka dan Jeremy mengucapkan janji.

"Tapi ... Mas? ..." Alka menatap wajah pria yang kini telah resmi menjadi suaminya.

"Ya?" Jeremy tersenyum, "apa, Sayang?"

Alka terlihat ragu untuk berbicara. Takut ucapannya menyinggung Jeremy. Berusaha mengumpulkan keberanian, akhirnya ia bertanya ...

"Semua uang yang kamu miliki, telah diambil seluruhnya oleh orang tua kamu. Apa kamu punya uang untuk biaya hidup kita beberapa bulan ke depan ...?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 3. Pindah ke Jakarta

    Setelah Alka dan Jeremy resmi menikah, keduanya lalu pindah ke Jakarta. Mereka menyewa sebuah kontrakan yang lumayan kecil. Sebelum mereka berangkat ke Jakarta, Alka dan Jeremy terlebih dahulu bekerja ikut panen cabai selama satu minggu. Sebelum memutuskan untuk pindah ke Jakarta, Jeremy dan Alka terlibat pertengkaran kecil terlebih dahulu. Sebabnya, Alka tidak mau diajak pindah ke Jakarta. Biaya hidup di Jakarta sangatlah mahal. Tidak seperti di Yogyakarta terutama tinggal di pedesaan.Menurut data statistik pemerintah, biaya hidup di Yogyakarta adalah yang paling termurah sekitar 2,9 juta per bulan. Biaya sebesar itu, untuk mahasiswa dan pekerja yang menyewa tempat tinggal. Jika tinggal di desa, pengeluaran keuangan akan lebih murah lagi. Keputusan untuk pindah ke Jakarta, bukanlah perkara yang mudah bagi Alka. Ia sendiri tidak tahu apakah bisa mengatur keuangan di Jakarta. Terlebih lagi Jeremy saat ini belum mendapatkan pekerjaan."Maaf ya, Sayang. Kita hanya bisa menyewa rumah s

    Last Updated : 2024-11-08
  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 4. Membangun Usaha

    "Lantas, jika kamu wanita pilihan kedua orang tua Jeremy, kenapa? Toh saat ini aku yang menjadi istri Jeremy." Alka berbicara santai namun menusuk hati Diana.Diana tersenyum getir dan menahan kesal. "Aku pikir kamu tidak bisa berbicara.""Kamu pikir aku patung tidak bisa bicara?""Percaya diri sekali kamu dengan statusmu sebagai istri seorang Jeremy," cibir Diana, "tanpa kamu sadari siapa dirimu.""Kenapa aku tidak boleh percaya diri? Aku menikah dengannya sah menurut hukum dan agama. Bukan menikah siri apalagi sebagai simpanan. Seperti kamu," ucap Alka dengan lantang.Alka tahu sedikit mengenai Diana Rosita, wanita pilihan kedua orang tua Jeremy yang akan dijodohkan kepada pria yang saat ini sudah menjadi suami Alka. Diana adalah anak seorang pengusaha dan pejabat, namun kerap menjadi simpanan pria beristri. Itulah sebabnya Jeremy tidak mau dijodohkan dengan Diana. Sindiran yang dilemparkan oleh Alka tadi, membuat Diana naik pitam."Berani kamu menghina aku seperti itu!" hardik Dian

    Last Updated : 2024-11-08
  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 5. Hadiah Untuk Alka

    Jeremy pulang ke rumah dengan wajah yang berbinar cerah. Ia tidak sabar segera memberikan kejutan untuk sang istri. Sebuah hadiah yang telah ia siapkan beberapa hari lalu, kini saatnya ia persembahkan kepada wanita belahan jiwanya."Sayang!" seru Jeremy."Iya, Mas. Sudah pulang?" Alka meletakkan selang dan mematikan kran air. Istri kesayangan Jeremy itu sedang menyiram tanaman bunga dan sayurannya."Aku punya hadiah untuk kamu," beritahu Jeremy sambil tersenyum lebar."Hadiah apa, Mas?" Alka penasaran."Coba tutup dulu matanya!" interupsi Jeremy.Alka mengerutkan kening. "Kenapa harus tutup mata segala, sih? Nggak usah aneh-aneh deh.""Bukan aneh-aneh kok, Sayang.""Benar?" tanya Alka tidak percaya.Jeremy mencubit gemas pipi Alka. "Iya. Coba tutup mata dulu. Kalau nggak tutup mata, nggak surprise dong."Akhirnya Alka menuruti Jeremy yang memintanya untuk menutupi mata. Alka merasa penasaran sekaligus cemas dengan kejutan yang akan diberikan oleh Jeremy. Disaat mata Alka tertutup, Jer

    Last Updated : 2024-11-08
  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 6. Kecelakaan

    "Maaf! kondisi pasien bernama Jeremy sedang mengalami koma," terang Dokter Herman, dokter yang menangani Jeremy. Wilda, sang ibu yang mendengarkan merasa syok. Hampir saja tubuhnya limbung jika tidak ditahan oleh sang suami. Airmata seketika berderai membasahi wajah wanita paruh baya yang masih cantik itu. "Kami menemukan cedera otak pada pasien akibat benturan keras yang terjadi. Sehingga menimbulkan pergeseran dan rotasi otak didalam tengkorak," jelas Dokter Herman. "Lalu, kapan anak saya akan bangun dokter?" tanya Hasan. Dokter Herman menggeleng pelan. "Kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan bangun. Berdoa saja. Semoga diberikan keajaiban." Hasan mengangguk mendengarkan dokter Herman. Sedangkan Wilda, hanya menangis sambil mengelus dadanya yang terasa sakit dan sesak. Wilda sangat takut bila seandainya tidak ada keajaiban dan Jeremy tidak selamat. "Saya permisi terlebih dahulu. Ada pasien lain yang menunggu saya." "Terima kasih, Do

    Last Updated : 2024-12-01
  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 7. Koma

    Seorang wanita berulangkali mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Hal pertama yang ia lihat saat pertama kali membuka mata, adalah langit-langit berwarna putih. Dibersamai dengan aroma obat yang menyerbak mengusik indra penciuman, ia tahu bahwa saat ini dirinya tengah berada di rumah sakit. Sebuah perban melingkar di kepalanya. Merasakan punggung yang terasa ngilu, ia berpikir bahwa dirinya telah lama berbaring. Ia mencoba bangun dari berbaring, namun kepalanya terasa sakit. "Jangan terlalu banyak bergerak dulu, Mbak. Mbaknya baru sadar," tegur Suster yang baru saja masuk ke ruangan rawat. Wanita itu mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya bisa berada di rumah sakit saat ini. Kemudian ia melebarkan matanya terkejut ketika mengingat ia mengalami kecelakaan tidak sendirian. "Di mana suami saya?" tanya wanita itu

    Last Updated : 2024-12-02
  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 8. Meninggalkan Yang Dicintai

    Hujan deras dan suara petir menggelegar menandai berakhirnya musim kemarau. Di malam pertama turun hujan, aroma petrichor tercium menguap ke udara. Aroma antara tanah kering dan air hujan yang menyatu memang sangat menyenangkan. Sekaligus ucapan rasa syukur atas rahmat Tuhan karena diberikan keberkahan atas turunnya hujan setelah musim kemarau yang panjang. Di rumah Nena, tepatnya di Yogyakarta, wanita yang merupakan kakak sepupu Alka itu tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, tanaman bunga dan sayuran yang mulai akan mati, kini setidaknya ikut tersenyum bahagia karena diguyur hujan. "Alhamdulillah! Sudah turun hujan. Kamu akan tumbuh subur lagi," ucap Nena dengan penuh rasa syukur sambil melihat tanaman-tanamannya. Nena mencoba membuka tirai di jendela rumahnya untuk memandang hujan turun. Namun, bukannya melihat aliran air yang turun dari sudut genting, Nena malah terpaku dengan seseorang yang berdiri di depan rumahnya. Nena penasaran dengan sosok i

    Last Updated : 2024-12-03
  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 9. Belahan Jiwa Yang Pergi

    Jeremy berulangkali menggerakkan jari-jari tangannya secara perlahan. mata yang masih tertutup itu, bergerak-gerak ke kanan dan kiri. Beberapa hari terakhir, setelah 2 bulan mengalami koma, hasil pemeriksaan dari dokter menunjukkan bahwa Jeremy semakin menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Hal itu disambut dengan lega oleh Wilda maupun Hasan. Tak lama kemudian, Jeremy membuka matanya, dan menatap sekeliling ruangan. Langit-langit putih yang pertama kali ia tatap, dan aroma obat-obatan yang menusuk indra penciuman, menyadarkan dirinya tengah berada di rumah sakit. Jeremy merasakan pusing di kepalanya. Jeremy mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya terbaring di rumah sakit seperti sekarang ini. Sontak, Jeremy melebarkan matanya ketika mengingat sesuatu. Raut wajah yang semula lemah, seketika berubah menjadi khawatir. "Di mana istriku? Apa dia baik-baik saja?" gumamnya.

    Last Updated : 2024-12-04
  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 10. Mengunjungi Yang Tersayang

    Setelah kondisi Jeremy membaik dan dokter memperbolehkan Jeremy untuk pulang, pria itu memaksa kepada kedua orang tuanya untuk mengajak ia pergi ke makam Alka. Sejak dari beberapa hari lalu, Jeremy memaksa untuk mendatangi makam Alka. Namun Ayah dan ibunya mengatakan Jeremy harus dalam keadaan membaik dulu baru boleh mengunjungi makam istri tercinta. Di sore hari yang cerah, Jeremy berkunjung ke pusara yang bertuliskan nama sang istri dengan membawa sebuket bunga mawar merah. Bunga mawar berwarna merah, adalah bunga kesukaan Alka. Jeremy membeku ketika menatap gundukan tanah merah yang ia ketahui sebagai tempat istirahat terakhir sang istri. Tentu saja makam itu adalah makam palsu, karena Hasan telah membayar seseorang untuk membuat makam tersebut, dan diberi nisan bertuliskan nama lengkap Alka. Hasan dan Wilda telah menyiapkan itu jauh sebelum Jeremy sadar, sebagai bukti kepada Jeremy bahwa istrinya telah meninggal. Pria paruh baya yang masih se

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 119. Menusuk Dari Belakang

    "Jadi, korupsi mu bersama Iqbal soal pembangunan smelter, sudah tercium oleh jaksa yang merupakan teman Jeremy?" tanya Wilda kepada suaminya dengan dada yang bergejolak. Hasan menautkan kedua tangannya dan ia tumpukan pada meja. "Sekarang aku bingung harus melakukan apa."Wilda mendengus samar. "Biasanya, Papa selalu menghadapi masalah dengan santai dan tenang. Kenapa sekarang bingung? Apa karena akan melawan anakmu?" Beberapa hari terakhir ini, Hasan merasakan pikiran yang kalut. Korupsi pembangunan smelter, dan kasus robohnya panti asuhan, telah dilimpahkan semua berkasnya ke pihak kejaksaan. dan Hasan, turut menjadi tersangka dalam kedua kasus itu. Jeremy ikut andil dalam terseret nya nama Hasan Arthur. Padahal, Hasan sudah serapi mungkin menutupi jejak dirinya ikut terlibat. Dengan membayar seseorang untuk mau dijadikan kambing hitam. Hasan tak tahu bagaimana cara Jeremy bisa mengetahui dirinya mengkambing hitamkan seseorang. Entah karena Jeremy marah kepadanya, atau karena pr

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 118. Sakit Yang Disembunyikan

    Alka membuka matanya secara perlahan. Aroma obat-obatan menusuk indra penciumannya. Ia mengerutkan kening ketika terbangun menatap langit-langit yang bukan kamarnya."Kenapa aku ada di rumah sakit?" gumamnya lirih. Alka mencoba mengingat kejadian apa yang membuat nya berada di sini. Tak lama, ingat bahwa beberapa saat lalu tak sadarkan diri di hadapan Jeremy. Apakah Jeremy yang membawanya kemari? Alka menggigit bibirnya. Ada sebuah keresahan dari dalam hatinya. Sesuatu yang ia rahasiakan dari Jeremy selama ini."Apa jangan-jangan, Mas Jeremy sudah tahu?" jantung Alka berdebar dan merasa takut. Ditengah pikiran yang berkelana, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Jeremy masuk, dan mendekati istrinya dengan wajah yang terlihat sendu. Alka yang merasa gugup melihat ekspresi suaminya. Jeremy sepertinya sudah mengetahui rahasia yang ia simpan."Mas!" Alka bangkit dari tidurnya."Kenapa aku dibawa ke rumah sakit?" lanjutnya bertanya. Jeremy duduk di kursi, dan menjawab, "kamu pingsan tadi."

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 117. Wanita Otak Pembunuhan

    "Bagus." Suara tepuk tangan dari seorang wanita berambut pendek, duduk di hadapan Alda. Wanita itu adalah seseorang yang telah menyuruh dan membayar Alda untuk mencelakai putra Jeremy dan Alka hingga meninggal."Saya senang dengan konsisten kamu hingga ketuk palu. Kamu tetap merahasiakan nama saya di depan semua orang. Sesuai dengan apa yang saya janjikan kepadamu sebelumnya, saya akan tanggung hidup keluargamu," ucapnya dengan senyuman yang mengembang."Saya berterima kasih karena Anda yang mau menanggung hidup keluarga saya," sahut Alda.Alda kemudian menghela napas. "Yang Anda janjikan kepada saya, akan bebas dari jeratan hukum. Kenapa saya di penjara 7 tahun?""7 tahun bukanlah waktu yang lama," jawabnya dengan cuek."Anda kira 7 tahun itu sama dengan satu minggu?" geram Alda.Alda tak habis pikir dengan pemikiran wanita yang ada di hadapannya. Seperti yang dikatakan barusan oleh wanita itu, 7 tahun bukanlah waktu yang lama. Mudah sekali berujar seperti itu.Wanita itu menatap Al

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 116. Vonis Tak Wajar

    "Apa?! Hanya dihukum selama 7 tahun penjara?" murka Jeremy dengan wajah yang merah padam.Hari ini, pengadilan menjatuhkan vonis hukuman kepada Alda, suster gadungan yang membunuh Naufal. Hakim menjatuhkan hukuman 7 tahun kepada Alda. Menurut pendapat hakim, Alda dinilai hanya melakukan kejahatan yang ringan. Jeremy dan Alka sebagai orang tua korban, tentunya tidak terima dengan pernyataan hakim tersebut. "Apa yang ada di pikiran kalian?" Jeremy berdiri dan menunjuk ke hakim. "Wanita itu telah merencanakan pembunuhan kepada anak saya.""Ya, Tuhan! kenapa jadi begini?" Alka menggumam pelan."Wanita itu bahkan menuduh Ibu saya bersekongkol dengannya. Padahal dia tidak memiliki bukti tersebut," tambah Jeremy."Apa-apa an ini?" Hasan menatap geram ke arah hakim yang tengah membereskan berkas.Ronie Darmawan yang disewa oleh Jeremy untuk menjadi pengacaranya, bahkan menggelengkan kepala. Jaksa penuntut umum memberikan tuntutan selama 25 tahun penjara atau seumur hidup. Namun, hakim dengan

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 115

    Alka turun dari mobil, dan dituntun oleh Jeremy. Seperti yang dijanjikan oleh Jeremy kemarin, mereka berdua akan menghadiri peresmian hotel baru. Dibantu oleh Mira, Alka berdandan secantik mungkin agar bisa menyesuaikan sang suami. Bagian basement hotel telah dipenuhi oleh banyak orang dan juga para jurnalis di sana. Langkah Alka terhenti membuat Jeremy yang menggenggam tangan sang istri, merasa tertarik. Jeremy menatap bingung istrinya. "Kenapa, Sayang?" tanyanya dengan lembut. "Mas! Aku malu," cicit Alka. Jeremy tersenyum. "Tidak perlu malu. Apa yang membuat kamu jadi percaya diri?" "Jangan dengarkan bila ada orang yang berbicara negatif denganmu. Ya?" saran Jeremy, dan Alka mengangguk. Alka mencoba menetralkan degup jantungnya, dengan mengambil nafas sedalam-dalamnya. Ia berusaha untuk bersikap biasa saja. Dengan menampilkan senyum percaya diri, di hadapan banyak orang pasti akan menutupi kagugapannya. Kelvin dari kejauhan, mendatangi keduanya. Senyum manis terbit dari bibi

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 114. Peresmian Hotel Baru

    Alka turun dari mobil, dan dituntun oleh Jeremy. Seperti yang dijanjikan oleh Jeremy kemarin, mereka berdua akan menghadiri peresmian hotel baru. Dibantu oleh Mira, Alka berdandan secantik mungkin agar bisa menyesuaikan sang suami. Bagian basement hotel telah dipenuhi oleh banyak orang dan juga para jurnalis di sana. Langkah Alka terhenti membuat Jeremy yang menggenggam tangan sang istri, merasa tertarik. Jeremy menatap bingung istrinya."Kenapa, Sayang?" tanyanya dengan lembut."Mas! Aku malu," cicit Alka.Jeremy tersenyum. "Tidak perlu malu. Apa yang membuat kamu jadi percaya diri?""Jangan dengarkan bila ada orang yang berbicara negatif denganmu. Ya?" saran Jeremy, dan Alka mengangguk.Alka mencoba menetralkan degup jantungnya, dengan mengambil nafas sedalam-dalamnya. Ia berusaha untuk bersikap biasa saja. Dengan menampilkan senyum percaya diri, di hadapan banyak orang pasti akan menutupi kagugapannya.Kelvin dari kejauhan, mendatangi keduanya. Senyum manis terbit dari bibir pria

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 113. Jeremy Cemburu

    "Dari mana kamu?" tanya Jeremy saat melihat sang istri pulang ke rumah. Alka yang tengah menutup pintu, terlonjak mendengarkan suara suaminya. Ia membalikan badan, dan melihat Jeremy yang menatapnya dengan tajam membuat Alka merinding. Jeremy berdiri sambil meletakkan kedua tangannya di dalam saku celana. Jas pria itu, sudah ditanggalkan, dan diletakkan di kursi ruang tamu."Mas Jeremy sudah pulang? Kok tumben jam segini pulang?" tanya Alka heran. Jeremy biasa pulang sekitar pukul 07.00 malam. Ini masih pukul 04.30 sore. Alka bertanya dalam hati, apakah yang membuat pria itu pulang begitu cepat?"Saya tanya kamu dari mana?" Jeremy mengulang pertanyaannya kepada sang istri. Ia merasa kesal karena Alka tidak menjawab pertanyaannya dan malah membahas soal lain. "Aku habis dari luar. Beli sabun muka," jawab Alka.Alka tidak berbohong kepada Jeremy. Memang tadi, ia keluar ke toko untuk membeli sabun muka. Dan itu ia lakukan sebelum pergi ke rumah sakit."Lalu kamu ketemu sama siapa di

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 112. Bertemu Teman

    "Jadi, berapa lama saya akan hidup?" tanya Alka kepada dokter Indri yang memegang kertas berisi laporan pemeriksaan kesehatannya.Dokter Indri menghela napas. "Kami tidak bisa menjamin. Karena kami bukan Tuhan.""Menurut prediksi Anda, bagaimana?""Kalau menurut pengamatan dari kami, usia anda tidak sampai 1 tahun lagi," sahutnya."Jika anda tidak menghentikan pengobatannya, dan rutin melakukan kemoterapi, dan tanpa berhenti dalam jeda waktu yang lama, mungkin tidak separah sekarang," lanjut dokter Indri menerangkan.Alka menundukan wajahnya mendengar penjelasan dari dokter. Tanpa memberitahu sang suami, Alka pergi ke rumah sakit untuk menemui dokter spesialis tumor otak. Akhir-akhir ini Alka merasakan sakit kepala yang menyiksa. Bahkan rasa sakitnya, membuat pandangannya terasa kabur. Karena kesedihan yang ia alami setelah kehilangan putranya, Alka melupakan bahwa ia sedang sakit. Saat sedang di Polandia, ia rutin melakukan pengobatan. Namun setelah ia pulang ke Indonesia, merawat a

  • Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku    Bab 111. Menjauhkan Lebih Baik

    Jeremy menatap ayahnya yang sedikit tak suka dengan sikapnya, dengan ekspresi wajah yang datar. Keinginan ayahnya, Jeremy tidak ingin mengabulkan. Apalagi tentang istrinya."Tidak salah sebenarnya. Tapi aku melarang istriku. Meskipun, istriku menginginkannya," tegas Jeremy.Jeremy meraih tangan sang istri, dan menggenggamnya. Alka menggelengkan kepala memberikan isyarat melalui tatapan mata kepada sang suami. Jeremy tahu bahwa sang istri tidak setuju dengan sikapnya menolak secara terang-terangan ajakan Hasan."Kalau Papa mengajak bicara hal penting, bicara saja denganku. Tidak perlu mengajak istriku juga. Kalian membenci istriku, lalu untuk apa mengajaknya untuk makan malam bersama kalian? Apakah kalian berencana untuk menghinanya lagi?" sindir Jeremy."Aku melarang keras kepada kalian berdua untuk berbicara dengan istriku. Bukan istriku yang menginginkan ini. Aku yang melarangnya."Jeremy kemudian berlalu dari hadapan sang ayah, dan tak lupa menarik tangan sang istri. Alka hampir sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status