"Lantas, jika kamu wanita pilihan kedua orang tua Jeremy, kenapa? Toh saat ini aku yang menjadi istri Jeremy." Alka berbicara santai namun menusuk hati Diana.
Diana tersenyum getir dan menahan kesal. "Aku pikir kamu tidak bisa berbicara."
"Kamu pikir aku patung tidak bisa bicara?"
"Percaya diri sekali kamu dengan statusmu sebagai istri seorang Jeremy," cibir Diana, "tanpa kamu sadari siapa dirimu."
"Kenapa aku tidak boleh percaya diri? Aku menikah dengannya sah menurut hukum dan agama. Bukan menikah siri apalagi sebagai simpanan. Seperti kamu," ucap Alka dengan lantang.
Alka tahu sedikit mengenai Diana Rosita, wanita pilihan kedua orang tua Jeremy yang akan dijodohkan kepada pria yang saat ini sudah menjadi suami Alka. Diana adalah anak seorang pengusaha dan pejabat, namun kerap menjadi simpanan pria beristri. Itulah sebabnya Jeremy tidak mau dijodohkan dengan Diana. Sindiran yang dilemparkan oleh Alka tadi, membuat Diana naik pitam.
"Berani kamu menghina aku seperti itu!" hardik Diana.
"Itu faktanya kan?" Alka masih bersikap tenang dengan melihat raut wajah Diana yang berubah muram.
Diana mengetatkan rahangnya dan menatap tajam Alka. Ia merasa harga dirinya dijatuhkan oleh gadis yang telah menjadi istri Jeremy. Matanya beralih ke sebuah gelas yang masih penuh berisi jus jeruk. Diana meraih gelas itu lalu menyiramkan ke wajah Alka.
BYUR!
Alka terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Diana hingga bangkit dari duduknya.
"Alka!" Jeremy yang baru saja keluar bersama Kelvin berlari ke arah istrinya.
Aksi yang dilakukan oleh Diana barusan menarik perhatian para pengunjung kafe. Jeremy terkejut dengan kedatangan Diana yang telah memperlakukan istrinya secara tidak adil. Dia menatap tajam wanita yang hampir menjadi istrinya itu.
"Apa yang baru saja kamu lakukan kepada istriku?!" geram Jeremy.
Diana tersenyum miring menatap Jeremy. "Istrimu? Gadis miskin dan kampungan ini sudah merebutmu dariku. Seharusnya yang menjadi istrimu sekarang aku. Bukan dia."
"Seharusnya kamu sadar diri kenapa aku tidak mau menjadikanmu istriku!"
Jeremy menarik beberapa lembar tisu dari kotak yang ada di meja. Ia menyeka perlahan wajah sang istri yang basah karena ulah Diana. Melihat adegan itu, hati Diana merasa terbakar.
"Jeremy!" panggil Diana.
"Apa?" bentak Jeremy.
Alka terkejut dengan suara Jeremy yang meninggi. Selama mengenal Jeremy hingga menikah, Alka tidak pernah mendengar sang suami berbicara dengan suara tinggi. Sehingga ia terkejut ketika melihat ekspresi suaminya yang marah. Melihat Alka yang terkejut dengan tindakannya, Jeremy menghela napas.
"Maaf buat kamu kaget," ucap Jeremy.
Sedangkan Kelvin menarik tangan Diana dengan kasar untuk pergi dari sana. Ia tidak ingin wanita itu meneruskan aksi konyolnya. Diana berontak ditarik dengan kasar oleh Kelvin.
"Ayo keluar ikut aku," kata Kelvin menarik tangan Diana.
"Lepaskan!" teriak Diana, "aku belum selesai berurusan dengan mereka. Kenapa kamu ikut campur?"
"Diam!" bentak Kelvin.
Kelvin mengajak Diana pergi menjauh dari kafenya. Ia tidak ingin wanita itu berbuat semakin nekat lagi jika dibiarkan terus berada di sana bersama Jeremy dan Alka. Kelvin sendiri sudah cukup tahu bagaimana sikap Diana jika sudah mulai mencari ribut dengan orang lain.
Diana menghempaskan tangan Kelvin yang membelenggunya. "Apakah menurutmu wajar aku marah karena milikku direbut oleh wanita miskin yatim piatu itu? Jeremy harusnya menjadi milikku."
Kelvin melipat tangan di dadanya. "Terimalah kenyataan bahwa kamu tidak bisa bersanding dengan Jeremy. Meskipun kamu kaya raya dan berasal dari keluarga terpandang, namun kamu tidak memiliki perilaku yang baik seperti istri Jeremy. Jadi Jangan memaksakan dirimu untuk mencapai semua keinginanmu."
Setelah itu, Kelvin pergi dari hadapan Diana kembali menuju kafe tempat ia bekerja. Diana menatap punggung Kelvin yang perlahan menjauh. Ia berteriak melepaskan rasa emosi di dadanya.
...
"Kamu tidak apa-apa, Sayang? Dia tidak melukai kamu, kan?" tanya Jeremy penuh dengan kekhawatiran.
Alka menggeleng dan tersenyum. "Aku nggak apa-apa, Kak."
"Benar tidak apa-apa?"
"Iya. Jangan khawatir."
***
Jeremy pulang kerja mengendarai sepeda motor berboncengan dengan Kelvin. Wajah kedua pria itu terlihat lesu dan tidak bercahaya. Yang paling jelas terlihat, raut wajah Kelvin seperti orang menahan kesal. Setelah kedua pria itu turun dari sepeda motor, Jeremy mengetuk pintu memanggil sang istri
"Sayang! Aku pulang," panggil Jeremy.
Alka yang sedang memasak, menghentikan aktivitasnya ketika melihat sang suami telah pulang dari bekerja. Gadis itu membukakan pintu untuk suaminya dan menampilkan senyuman manis. Jeremy balas memberikan senyum kepada sang istri meskipun raut wajahnya sedikit berbeda.
"Mas sudah pulang?" Alka meraih tangan Jeremy dan menciumnya.
"Tolong ambilkan air minum, Sayang," pinta Jeremy.
Alka mengangguk. "Iya, Mas. Aku ambilkan."
Alka melihat di belakang Jeremy ada Kelvin yang pulang bersama. Alka meminta Kelvin untuk masuk dan duduk bersama Jeremy diruang tamu. Kemudian Alka pergi ke dapur untuk mengambil air minum dan menyeduh kopi.
"Nggak usah repot-repot, Alka," kata Kelvin yang melihat kalau kamu membawa dua cangkir kopi dan dua gelas air putih.
"Nggak apa-apa kok. Cuma air putih dan kopi," jawab Alka.
"Duduk sini, Sayang!" Jeremy menepuk sofa di samping kepada sang istri.
Alka menurut dan mengambil posisi duduk disamping Jeremy. Jeremy merangkul pundak sang istri dan mengecup kening Alka. Sepertinya Jeremy sedang meluapkan rasa lelahnya.
Alka menatap dalam wajah sang suami. Ia dapat melihat dengan jelas rasa lelah dan putus asa di sana. Sudah selama enam bulan ini, Jeremy dan Kelvin membangun usaha bersama. Banyak masalah, tantangan dan kendala yang mereka hadapi.
"Bagaimana hasil yang diperoleh, Mas?" tanya Alka.
"Kami hampir berhasil." Jeremy berbicara dengan ekspresi datar.
"Benar begitu?" Alka mengerutkan kening.
Jeremy mengangguk. "Ya."
Entah yang dikatakan oleh Jeremy benar atau tidak, Alka tidak tahu. Alka mengetahui bahwa suaminya itu meminjam uang di bank dengan jumlah yang cukup besar untuk modal usaha. Bahkan bulan yang lalu, Jeremy ditipu oleh salah seorang kenalannya. Uang telah diberikan untuk membayar tanah, ternyata tanah itu sedang dalam sengketa.
Alka mengingatkan sang suami agar jangan terjerat hutang. Alka sangatlah menghindari berhutang apalagi kepada rentenir. Sebab orang tua Alka telah menanamkan prinsip kepada putrinya supaya jangan sampai berhutang jika tidak memiliki apapun. Lebih baik mengumpulkan uang terlebih dahulu sedikit demi sedikit.
Dan melihat suaminya yang mengambil pinjaman ke bank untuk modal usaha, membuat Alka merasa tidak nyaman. Tetapi jika tidak nekat, Jeremy tidak akan bisa membuka usaha. Jeremy menenangkan hati sang istri agar jangan khawatir dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
"Suamimu sedikit pusing dengan kehidupan di sini. Jika seandainya kalian tidak pindah, dan tetap di Yogyakarta, Jeremy mungkin tidak bingung," celetuk Kelvin.
Jeremy melirik sinis Kelvin. "Siapa bilang aku bingung?"
"Lah! ... Kemarin kamu bilang," balas Kelvin.
"Bukan soal kehidupan yang membuat aku bingung dan pusing. Tapi soal membangun usaha ternyata aku tahu serumit ini," desah Jeremy.
Alka mengusap lengan sang suami. "Aku beritahu Mas tentang peribahasa negara Uganda. 'Anda tidak dapat mendaki puncak gunung tanpa menginjak rumput liar dengan kaki anda'. Artinya, meraih kesuksesan dalam hal apapun, seringkali melintasi segala rintangan yang harus dihadapi. Sebelum Mas membuat keputusan membangun usaha, Mas bilang sama aku kalau Mas mencari modalnya dengan meminjam dari bank. Mas sudah mengambil tantangan itu dan berkorban untuk mencapai tujuan. Jadi Mas harus semangat."
Kelvin tersenyum. "Nah! Kamu dikasih semangat tuh sama istrimu. Jangan menyerah! Ayo terus melaju!"
"Iya, Sayang. Terima kasih," ucap Jeremy.
Ia sedikit lebih lega setelah mendengarkan penuturan panjang dari sang istri. Jeremy yang tadinya tidak memiliki semangat untuk meneruskan usaha, seketika semangatnya bangkit setelah mendengarkan dukungan dari sang istri. Jeremy sangat bersyukur dan ia berpikir tidak salah memilih istri. Itu dia harus putus hubungan dengan orang tuanya.
"Aku di rumah selalu mendoakan semoga Mas dan Kak Kelvin, diberikan kelancaran dalam membangun usaha."
"Amin." Semua menjawab serentak.
"Sayang! Nanti malam jangan lupa ya." Jeremy mengedipkan sebelah matanya.
Kelvin melemparkan bantal dan menatap kesal Jeremy. "Mentang-mentang kamu sudah punya istri, jangan pamer ke aku yang jomblo ya."
"Makanya cepat punya istri. Jangan kelamaan jomblo terus. Mau jadi perjaka tua?"
"Apa, Mas?" Alka menatap sang suami bingung.
"Kamu sudah selesai datang bulan, kan?"
"H-hah?!"
Jeremy pulang ke rumah dengan wajah yang berbinar cerah. Ia tidak sabar segera memberikan kejutan untuk sang istri. Sebuah hadiah yang telah ia siapkan beberapa hari lalu, kini saatnya ia persembahkan kepada wanita belahan jiwanya."Sayang!" seru Jeremy."Iya, Mas. Sudah pulang?" Alka meletakkan selang dan mematikan kran air. Istri kesayangan Jeremy itu sedang menyiram tanaman bunga dan sayurannya."Aku punya hadiah untuk kamu," beritahu Jeremy sambil tersenyum lebar."Hadiah apa, Mas?" Alka penasaran."Coba tutup dulu matanya!" interupsi Jeremy.Alka mengerutkan kening. "Kenapa harus tutup mata segala, sih? Nggak usah aneh-aneh deh.""Bukan aneh-aneh kok, Sayang.""Benar?" tanya Alka tidak percaya.Jeremy mencubit gemas pipi Alka. "Iya. Coba tutup mata dulu. Kalau nggak tutup mata, nggak surprise dong."Akhirnya Alka menuruti Jeremy yang memintanya untuk menutupi mata. Alka merasa penasaran sekaligus cemas dengan kejutan yang akan diberikan oleh Jeremy. Disaat mata Alka tertutup, Jer
"Maaf! kondisi pasien bernama Jeremy sedang mengalami koma," terang Dokter Herman, dokter yang menangani Jeremy. Wilda, sang ibu yang mendengarkan merasa syok. Hampir saja tubuhnya limbung jika tidak ditahan oleh sang suami. Airmata seketika berderai membasahi wajah wanita paruh baya yang masih cantik itu. "Kami menemukan cedera otak pada pasien akibat benturan keras yang terjadi. Sehingga menimbulkan pergeseran dan rotasi otak didalam tengkorak," jelas Dokter Herman. "Lalu, kapan anak saya akan bangun dokter?" tanya Hasan. Dokter Herman menggeleng pelan. "Kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan bangun. Berdoa saja. Semoga diberikan keajaiban." Hasan mengangguk mendengarkan dokter Herman. Sedangkan Wilda, hanya menangis sambil mengelus dadanya yang terasa sakit dan sesak. Wilda sangat takut bila seandainya tidak ada keajaiban dan Jeremy tidak selamat. "Saya permisi terlebih dahulu. Ada pasien lain yang menunggu saya." "Terima kasih, Do
Seorang wanita berulangkali mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Hal pertama yang ia lihat saat pertama kali membuka mata, adalah langit-langit berwarna putih. Dibersamai dengan aroma obat yang menyerbak mengusik indra penciuman, ia tahu bahwa saat ini dirinya tengah berada di rumah sakit. Sebuah perban melingkar di kepalanya. Merasakan punggung yang terasa ngilu, ia berpikir bahwa dirinya telah lama berbaring. Ia mencoba bangun dari berbaring, namun kepalanya terasa sakit. "Jangan terlalu banyak bergerak dulu, Mbak. Mbaknya baru sadar," tegur Suster yang baru saja masuk ke ruangan rawat. Wanita itu mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya bisa berada di rumah sakit saat ini. Kemudian ia melebarkan matanya terkejut ketika mengingat ia mengalami kecelakaan tidak sendirian. "Di mana suami saya?" tanya wanita itu
Hujan deras dan suara petir menggelegar menandai berakhirnya musim kemarau. Di malam pertama turun hujan, aroma petrichor tercium menguap ke udara. Aroma antara tanah kering dan air hujan yang menyatu memang sangat menyenangkan. Sekaligus ucapan rasa syukur atas rahmat Tuhan karena diberikan keberkahan atas turunnya hujan setelah musim kemarau yang panjang. Di rumah Nena, tepatnya di Yogyakarta, wanita yang merupakan kakak sepupu Alka itu tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, tanaman bunga dan sayuran yang mulai akan mati, kini setidaknya ikut tersenyum bahagia karena diguyur hujan. "Alhamdulillah! Sudah turun hujan. Kamu akan tumbuh subur lagi," ucap Nena dengan penuh rasa syukur sambil melihat tanaman-tanamannya. Nena mencoba membuka tirai di jendela rumahnya untuk memandang hujan turun. Namun, bukannya melihat aliran air yang turun dari sudut genting, Nena malah terpaku dengan seseorang yang berdiri di depan rumahnya. Nena penasaran dengan sosok i
Jeremy berulangkali menggerakkan jari-jari tangannya secara perlahan. mata yang masih tertutup itu, bergerak-gerak ke kanan dan kiri. Beberapa hari terakhir, setelah 2 bulan mengalami koma, hasil pemeriksaan dari dokter menunjukkan bahwa Jeremy semakin menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Hal itu disambut dengan lega oleh Wilda maupun Hasan. Tak lama kemudian, Jeremy membuka matanya, dan menatap sekeliling ruangan. Langit-langit putih yang pertama kali ia tatap, dan aroma obat-obatan yang menusuk indra penciuman, menyadarkan dirinya tengah berada di rumah sakit. Jeremy merasakan pusing di kepalanya. Jeremy mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya terbaring di rumah sakit seperti sekarang ini. Sontak, Jeremy melebarkan matanya ketika mengingat sesuatu. Raut wajah yang semula lemah, seketika berubah menjadi khawatir. "Di mana istriku? Apa dia baik-baik saja?" gumamnya.
"Mas! Apa sebaiknya kita tunda saja pertemuan dengan kedua orang tua Mas. Aku belum siap," ucap Alka ketika tengah berdiri tepat di depan rumah Jeremy."Tapi kita sudah terlanjur sampai di sini. Kemarin kamu bilang sanggup bertemu dengan kedua orang tua Mas. Kenapa sekarang berubah pikiran?" Jeremy bingung dengan sikap wanitanya. Jeremy sudah berada di Yogyakarta selama 3 hari sebelum mengajak Alka menemui kedua orang tuanya. Jeremy mengutarakan niatnya ingin mempersunting Alka setelah mereka menjalin hubungan selama 2 tahun lamanya. Maka dari itu, Jeremy ingin mengajak Alka untuk terbang ke Makassar.Awalnya Alka menolak berulang kali karena takut bila orang tua Jeremy tidak merestui. Namun Jeremy tak mau menyerah membujuk wanitanya. Dan akhirnya, Alka menuruti ajakan Jeremy."Buang pikiran negatifmu jauh-jauh. Percayalah kepadaku. Mereka tidak seperti yang kamu pikirkan."Alka mengangguk mendengar ucapan Jeremy. Dalam hati ia berharap, semoga apa yang ia duga tidak terjadi. Jeremy
Jeremy mengemasi barang-barang beserta pakaiannya ke dalam koper. Ia marah kepada kedua orang tuanya mengenai hubungan bersama Alka tidak direstui. Kemarin, Jeremy diberikan pilihan oleh sang ayah. Tetap memilih menikah dengan Alka tapi putus hubungan antara orang tua dan anak, atau merelakan Alka tapi mendapatkan kepercayaan mengelola perusahaan keluarga. Ia memilih untuk pergi dari rumah itu demi memperjuangkan cinta Alka."Mau ke mana kamu Jeremy?" tanya sang ibu saat memasuki kamar."Aku mau pergi, Ma," jawab Jeremy."Pergi ke mana?" tanya Wilda panik."Aku ingin menemui Alka. Walaupun Mama dan Papa tidak mau merestui kami, aku akan tetap memperjuangkanmu cintaku untuk Alka.""Nak! tolong jangan pergi ...," mohon Wilda."Apa jika aku tidak pergi, Mama dan Papa akan merestuiku dengan Alka? Aku rasa tidak."Wilda menangis melihat sang putra yang akan pergi meninggalkannya. Bagaimana tidak. Seorang anak semata wayang yang ia besarkan memilih pergi hanya untuk memperjuangkan cinta kep
Setelah Alka dan Jeremy resmi menikah, keduanya lalu pindah ke Jakarta. Mereka menyewa sebuah kontrakan yang lumayan kecil. Sebelum mereka berangkat ke Jakarta, Alka dan Jeremy terlebih dahulu bekerja ikut panen cabai selama satu minggu. Sebelum memutuskan untuk pindah ke Jakarta, Jeremy dan Alka terlibat pertengkaran kecil terlebih dahulu. Sebabnya, Alka tidak mau diajak pindah ke Jakarta. Biaya hidup di Jakarta sangatlah mahal. Tidak seperti di Yogyakarta terutama tinggal di pedesaan.Menurut data statistik pemerintah, biaya hidup di Yogyakarta adalah yang paling termurah sekitar 2,9 juta per bulan. Biaya sebesar itu, untuk mahasiswa dan pekerja yang menyewa tempat tinggal. Jika tinggal di desa, pengeluaran keuangan akan lebih murah lagi. Keputusan untuk pindah ke Jakarta, bukanlah perkara yang mudah bagi Alka. Ia sendiri tidak tahu apakah bisa mengatur keuangan di Jakarta. Terlebih lagi Jeremy saat ini belum mendapatkan pekerjaan."Maaf ya, Sayang. Kita hanya bisa menyewa rumah s
Jeremy berulangkali menggerakkan jari-jari tangannya secara perlahan. mata yang masih tertutup itu, bergerak-gerak ke kanan dan kiri. Beberapa hari terakhir, setelah 2 bulan mengalami koma, hasil pemeriksaan dari dokter menunjukkan bahwa Jeremy semakin menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Hal itu disambut dengan lega oleh Wilda maupun Hasan. Tak lama kemudian, Jeremy membuka matanya, dan menatap sekeliling ruangan. Langit-langit putih yang pertama kali ia tatap, dan aroma obat-obatan yang menusuk indra penciuman, menyadarkan dirinya tengah berada di rumah sakit. Jeremy merasakan pusing di kepalanya. Jeremy mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya terbaring di rumah sakit seperti sekarang ini. Sontak, Jeremy melebarkan matanya ketika mengingat sesuatu. Raut wajah yang semula lemah, seketika berubah menjadi khawatir. "Di mana istriku? Apa dia baik-baik saja?" gumamnya.
Hujan deras dan suara petir menggelegar menandai berakhirnya musim kemarau. Di malam pertama turun hujan, aroma petrichor tercium menguap ke udara. Aroma antara tanah kering dan air hujan yang menyatu memang sangat menyenangkan. Sekaligus ucapan rasa syukur atas rahmat Tuhan karena diberikan keberkahan atas turunnya hujan setelah musim kemarau yang panjang. Di rumah Nena, tepatnya di Yogyakarta, wanita yang merupakan kakak sepupu Alka itu tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, tanaman bunga dan sayuran yang mulai akan mati, kini setidaknya ikut tersenyum bahagia karena diguyur hujan. "Alhamdulillah! Sudah turun hujan. Kamu akan tumbuh subur lagi," ucap Nena dengan penuh rasa syukur sambil melihat tanaman-tanamannya. Nena mencoba membuka tirai di jendela rumahnya untuk memandang hujan turun. Namun, bukannya melihat aliran air yang turun dari sudut genting, Nena malah terpaku dengan seseorang yang berdiri di depan rumahnya. Nena penasaran dengan sosok i
Seorang wanita berulangkali mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Hal pertama yang ia lihat saat pertama kali membuka mata, adalah langit-langit berwarna putih. Dibersamai dengan aroma obat yang menyerbak mengusik indra penciuman, ia tahu bahwa saat ini dirinya tengah berada di rumah sakit. Sebuah perban melingkar di kepalanya. Merasakan punggung yang terasa ngilu, ia berpikir bahwa dirinya telah lama berbaring. Ia mencoba bangun dari berbaring, namun kepalanya terasa sakit. "Jangan terlalu banyak bergerak dulu, Mbak. Mbaknya baru sadar," tegur Suster yang baru saja masuk ke ruangan rawat. Wanita itu mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya bisa berada di rumah sakit saat ini. Kemudian ia melebarkan matanya terkejut ketika mengingat ia mengalami kecelakaan tidak sendirian. "Di mana suami saya?" tanya wanita itu
"Maaf! kondisi pasien bernama Jeremy sedang mengalami koma," terang Dokter Herman, dokter yang menangani Jeremy. Wilda, sang ibu yang mendengarkan merasa syok. Hampir saja tubuhnya limbung jika tidak ditahan oleh sang suami. Airmata seketika berderai membasahi wajah wanita paruh baya yang masih cantik itu. "Kami menemukan cedera otak pada pasien akibat benturan keras yang terjadi. Sehingga menimbulkan pergeseran dan rotasi otak didalam tengkorak," jelas Dokter Herman. "Lalu, kapan anak saya akan bangun dokter?" tanya Hasan. Dokter Herman menggeleng pelan. "Kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan bangun. Berdoa saja. Semoga diberikan keajaiban." Hasan mengangguk mendengarkan dokter Herman. Sedangkan Wilda, hanya menangis sambil mengelus dadanya yang terasa sakit dan sesak. Wilda sangat takut bila seandainya tidak ada keajaiban dan Jeremy tidak selamat. "Saya permisi terlebih dahulu. Ada pasien lain yang menunggu saya." "Terima kasih, Do
Jeremy pulang ke rumah dengan wajah yang berbinar cerah. Ia tidak sabar segera memberikan kejutan untuk sang istri. Sebuah hadiah yang telah ia siapkan beberapa hari lalu, kini saatnya ia persembahkan kepada wanita belahan jiwanya."Sayang!" seru Jeremy."Iya, Mas. Sudah pulang?" Alka meletakkan selang dan mematikan kran air. Istri kesayangan Jeremy itu sedang menyiram tanaman bunga dan sayurannya."Aku punya hadiah untuk kamu," beritahu Jeremy sambil tersenyum lebar."Hadiah apa, Mas?" Alka penasaran."Coba tutup dulu matanya!" interupsi Jeremy.Alka mengerutkan kening. "Kenapa harus tutup mata segala, sih? Nggak usah aneh-aneh deh.""Bukan aneh-aneh kok, Sayang.""Benar?" tanya Alka tidak percaya.Jeremy mencubit gemas pipi Alka. "Iya. Coba tutup mata dulu. Kalau nggak tutup mata, nggak surprise dong."Akhirnya Alka menuruti Jeremy yang memintanya untuk menutupi mata. Alka merasa penasaran sekaligus cemas dengan kejutan yang akan diberikan oleh Jeremy. Disaat mata Alka tertutup, Jer
"Lantas, jika kamu wanita pilihan kedua orang tua Jeremy, kenapa? Toh saat ini aku yang menjadi istri Jeremy." Alka berbicara santai namun menusuk hati Diana.Diana tersenyum getir dan menahan kesal. "Aku pikir kamu tidak bisa berbicara.""Kamu pikir aku patung tidak bisa bicara?""Percaya diri sekali kamu dengan statusmu sebagai istri seorang Jeremy," cibir Diana, "tanpa kamu sadari siapa dirimu.""Kenapa aku tidak boleh percaya diri? Aku menikah dengannya sah menurut hukum dan agama. Bukan menikah siri apalagi sebagai simpanan. Seperti kamu," ucap Alka dengan lantang.Alka tahu sedikit mengenai Diana Rosita, wanita pilihan kedua orang tua Jeremy yang akan dijodohkan kepada pria yang saat ini sudah menjadi suami Alka. Diana adalah anak seorang pengusaha dan pejabat, namun kerap menjadi simpanan pria beristri. Itulah sebabnya Jeremy tidak mau dijodohkan dengan Diana. Sindiran yang dilemparkan oleh Alka tadi, membuat Diana naik pitam."Berani kamu menghina aku seperti itu!" hardik Dian
Setelah Alka dan Jeremy resmi menikah, keduanya lalu pindah ke Jakarta. Mereka menyewa sebuah kontrakan yang lumayan kecil. Sebelum mereka berangkat ke Jakarta, Alka dan Jeremy terlebih dahulu bekerja ikut panen cabai selama satu minggu. Sebelum memutuskan untuk pindah ke Jakarta, Jeremy dan Alka terlibat pertengkaran kecil terlebih dahulu. Sebabnya, Alka tidak mau diajak pindah ke Jakarta. Biaya hidup di Jakarta sangatlah mahal. Tidak seperti di Yogyakarta terutama tinggal di pedesaan.Menurut data statistik pemerintah, biaya hidup di Yogyakarta adalah yang paling termurah sekitar 2,9 juta per bulan. Biaya sebesar itu, untuk mahasiswa dan pekerja yang menyewa tempat tinggal. Jika tinggal di desa, pengeluaran keuangan akan lebih murah lagi. Keputusan untuk pindah ke Jakarta, bukanlah perkara yang mudah bagi Alka. Ia sendiri tidak tahu apakah bisa mengatur keuangan di Jakarta. Terlebih lagi Jeremy saat ini belum mendapatkan pekerjaan."Maaf ya, Sayang. Kita hanya bisa menyewa rumah s
Jeremy mengemasi barang-barang beserta pakaiannya ke dalam koper. Ia marah kepada kedua orang tuanya mengenai hubungan bersama Alka tidak direstui. Kemarin, Jeremy diberikan pilihan oleh sang ayah. Tetap memilih menikah dengan Alka tapi putus hubungan antara orang tua dan anak, atau merelakan Alka tapi mendapatkan kepercayaan mengelola perusahaan keluarga. Ia memilih untuk pergi dari rumah itu demi memperjuangkan cinta Alka."Mau ke mana kamu Jeremy?" tanya sang ibu saat memasuki kamar."Aku mau pergi, Ma," jawab Jeremy."Pergi ke mana?" tanya Wilda panik."Aku ingin menemui Alka. Walaupun Mama dan Papa tidak mau merestui kami, aku akan tetap memperjuangkanmu cintaku untuk Alka.""Nak! tolong jangan pergi ...," mohon Wilda."Apa jika aku tidak pergi, Mama dan Papa akan merestuiku dengan Alka? Aku rasa tidak."Wilda menangis melihat sang putra yang akan pergi meninggalkannya. Bagaimana tidak. Seorang anak semata wayang yang ia besarkan memilih pergi hanya untuk memperjuangkan cinta kep
"Mas! Apa sebaiknya kita tunda saja pertemuan dengan kedua orang tua Mas. Aku belum siap," ucap Alka ketika tengah berdiri tepat di depan rumah Jeremy."Tapi kita sudah terlanjur sampai di sini. Kemarin kamu bilang sanggup bertemu dengan kedua orang tua Mas. Kenapa sekarang berubah pikiran?" Jeremy bingung dengan sikap wanitanya. Jeremy sudah berada di Yogyakarta selama 3 hari sebelum mengajak Alka menemui kedua orang tuanya. Jeremy mengutarakan niatnya ingin mempersunting Alka setelah mereka menjalin hubungan selama 2 tahun lamanya. Maka dari itu, Jeremy ingin mengajak Alka untuk terbang ke Makassar.Awalnya Alka menolak berulang kali karena takut bila orang tua Jeremy tidak merestui. Namun Jeremy tak mau menyerah membujuk wanitanya. Dan akhirnya, Alka menuruti ajakan Jeremy."Buang pikiran negatifmu jauh-jauh. Percayalah kepadaku. Mereka tidak seperti yang kamu pikirkan."Alka mengangguk mendengar ucapan Jeremy. Dalam hati ia berharap, semoga apa yang ia duga tidak terjadi. Jeremy