Jeremy pulang ke rumah dengan wajah yang berbinar cerah. Ia tidak sabar segera memberikan kejutan untuk sang istri. Sebuah hadiah yang telah ia siapkan beberapa hari lalu, kini saatnya ia persembahkan kepada wanita belahan jiwanya.
"Sayang!" seru Jeremy.
"Iya, Mas. Sudah pulang?" Alka meletakkan selang dan mematikan kran air. Istri kesayangan Jeremy itu sedang menyiram tanaman bunga dan sayurannya.
"Aku punya hadiah untuk kamu," beritahu Jeremy sambil tersenyum lebar.
"Hadiah apa, Mas?" Alka penasaran.
"Coba tutup dulu matanya!" interupsi Jeremy.
Alka mengerutkan kening. "Kenapa harus tutup mata segala, sih? Nggak usah aneh-aneh deh."
"Bukan aneh-aneh kok, Sayang."
"Benar?" tanya Alka tidak percaya.
Jeremy mencubit gemas pipi Alka. "Iya. Coba tutup mata dulu. Kalau nggak tutup mata, nggak surprise dong."
Akhirnya Alka menuruti Jeremy yang memintanya untuk menutupi mata. Alka merasa penasaran sekaligus cemas dengan kejutan yang akan diberikan oleh Jeremy. Disaat mata Alka tertutup, Jeremy meraih tangan sang istri dan meletakkan sesuatu di telapak tangan Alka.
"Ini untuk kamu, Sayang."
Jeremy meletakkan sebuah kotak persegi berwarna merah ditangan Alka. Alka segera membuka matanya ketika merasakan sesuatu berada di tangannya. Ia mengerutkan kening.
"Apa ini, Mas?" Alka melihat sebuah kotak berwarna merah ditangannya.
"Coba kamu buka!" Jeremy menyuruh sang istri membuka kotak persegi tersebut.
Alka membuka kotak persegi merah itu dan terpesona. "Masya Allah! Cantik sekali."
"Kamu suka?" tanya Jeremy.
Alka mendongak menatap Jeremy. "Aku suka sekali Mas. Makasih ya, Mas."
"Sama-sama, Sayang." Jeremy lalu memeluk Alka, "Ini hadiah untuk kamu khusus aku pesankan. Alhamdulillah berkat doa dan semangat dari kamu, usaha Mas berjalan dengan lancar."
"Alhamdulillah. Aku ikut senang." Alka merasa bersyukur.
Setelah lebih dari satu tahun usaha yang didirikan Jeremy akhirnya membuahkan hasil. Meski banyak rintangan dan cobaan yang ia hadapi, Jeremy tetap bersabar serta optimis dengan Alka di sampingnya yang selalu menyemangati. Jeremy merasa bersyukur atas nikmat Tuhan yang diberikan kepadanya.
"Sini kalungnya aku pakaikan!"
Jeremy meraih kotak persegi itu, dan mengambil kalung serta memakaikan dileher Alka. Alka mengangkat rambut panjangnya untuk memudahkan Jeremy memakaikan kalung. Setelah kalung melingkar di leher Alka, Jeremy terpesona dengan Alka yang semakin cantik dengan kalung yang ia berikan.
"Kamu semakin cantik dengan kalung ini," puji Jeremy
"Istrinya siapa dulu dong?" Alka tersenyum menggoda Jeremy.
"Istriku dong," jawab Jeremy.
Jeremy dan Alka kemudian saling berpelukan. Jeremy mengecup kening Alka. Alka tersenyum bahagia di dalam pelukan Jeremy. Ia merasa lega karena segala daya dan upaya yang dilakukan oleh sang suami, serta dirinya yang telah memberikan semangat, membuahkan hasil yang sangat manis.
"Sayang! Liburan yuk!" ajak Jeremy.
Alka melepaskan diri dari pelukan Jeremy. "Liburan kemana, Mas."
"Ke Dieng. Tempat pertama kali kita bertemu dan saling jatuh cinta."
"Tidak mengganggu pekerjaan Mas? Masa Kak Kelvin yang handle semuanya? Kerjaannya di cafe bagaimana? Nanti dia dipecat sama bosnya."
Jeremy tersenyum mengacak rambut Alka. "Cafe yang kita datangi itu, adalah milik Kelvin pribadi. Jadi Kelvin bosnya."
"Oh ... begitu." Alka baru tahu jika kafe itu milik Kelvin.
Biasanya, ketika Jeremy ada urusan mendadak, Kelvin yang menghandle pekerjaan Jeremy. Kafe milik Kelvin tetap berjalan dengan lancar meskipun ia sibuk bekerja dengan Jeremy.
"Mas! Sebelum nanti kita pulang ke Jakarta, Boleh nggak aku jenguk sepupuku?"
"Sepupumu? Siapa namanya?"
"Mbak Nena," jawab Alka.
"Boleh, Sayang."
***
Alka dan Jeremy berangkat ke Yogyakarta. Jeremy mengajak Alka terlebih dahulu untuk menemui sepupunya sebelum liburan. Karena Jeremy tahu bahwa istrinya sudah merindukan sepupu yang bernama Mbak Nena itu.
"Makasih ya, Dek. Mau jenguk Mbak," ucap Nena ketika Alka pamit pulang dari rumahnya.
"Ya, Mbak. Sama-sama."
Nena kemudian menatap Jeremy. "Kamu jagain adikku ya. Dia sudah tidak punya orang tua. Tolong jangan kamu sakiti atau sia-siakan dia. Kalau kamu sudah tidak mencintai dia lagi, tolong berpisahlah secara baik-baik. Jangan menyiksa dia."
Jeremy mengangguk. "Iya, Mbak. Aku nggak akan mungkin menghianati atau menyakiti istriku. Aku jamin itu."
Nena menitikkan air matanya. "Sekarang saudaraku jauh semua. Tadinya cuma Alka yang dekat. Sekarang Alka juga jauh."
"Jangan nangis, Mbak. Aku jadi ikut sedih." Alka lalu memeluk erat saudaranya itu.
Nena adalah satu-satunya saudara yang dimiliki oleh Alka. Sebelumnya, saudara Alka dan Nena banyak. Tetapi kini yang lain telah pindah ke daerah yang jauh mengikuti suami masing-masing.
"Nanti, kalau Jeremy mencampakan kamu, pulanglah ke sini. Aku bersedia menerima kamu. Karena aku satu-satunya kakakmu sekarang," bisik Nena.
Alka mengangguk. "Iya, Mbak. Makasih. Doakan agar kami selalu bahagia."
Setelah cukup lama berpelukan, Alka dan Jeremy pamit kepada Nena. Sebelum mobil Jeremy dipacu meninggalkan halaman rumah Nena, Jeremy mengangguk hormat kepada Nena. Jeremy sangat menghormati sepupu istrinya itu. Karena dialah orang yang ikut sibuk membantu mereka berdua ketika mereka akan menikah.
Alka dan Jeremy menikmati liburan mereka di pegunungan Dieng. Pasangan itu berkeliling berbagai tempat dan saling melemparkan canda tawa. Tak lupa, Jeremy dan Alka mengambil beberapa foto untuk dokumentasi mereka.
Daerah yang memiliki hawa dingin itu, menjadi saksi tempat bertemunya Alka dan Jeremy. Saat ini mereka tengah berada di taman. Alka sedang asyik mengirimkan foto-foto mereka berdua dari ponsel Jeremy ke ponselnya.
"Kemarin aku dengar, Silvi menawarkan pekerjaan untuk kamu." Jeremy membuka pembicaraan.
Alka terdiam sejenak. "Aku belum kepikiran untuk mencari pekerjaan, Mas. Karena aku lihat, dari banyaknya teman-teman yang di Jakarta, mereka mencari pekerjaan sangat sulit. Walaupun mereka sudah memiliki dokumen, dan itu sesuai dengan persyaratan, banyak yang tidak lolos wawancara. Aku masih ingin mengembangkan kebun milik orang tua yang ada di Jogja. Sambil aku juga mau mengambil kuliah."
"Kamu mau mengambil kuliah, Sayang?" tanya Jeremy.
Alka tersenyum mendengar pertanyaan Jeremy. Ia tahu suaminya itu khawatir. Pasti Jeremy takut jika Alka kuliah nanti, itu akan membuat Alka lupa tanggung jawabnya sebagai seorang istri.
"Mas jangan khawatir. Semisal kita memiliki anak, aku tidak akan meninggalkan tugasku sebagai seorang ibu dan juga istri. Tapi aku tetap ingin mengejar cita-citaku. Karena, menjadi ibu dan menjadi istri juga harus pintar dan juga berpendidikan tinggi. Selain menambah ilmu pengetahuan untuk membimbing anak-anak kita di masa depan, kita juga tidak diinjak-injak oleh orang."
Jeremy mengangguk. "Kamu itu sangat ambisius ya. Tidak apa-apa. Aku juga akan tetap mendukung kamu."
Setelah Alka lulus sekolah, Alka sempat kuliah sebentar. Namun Alka harus berhenti di tengah jalan karena tak memiliki biaya. Meskipun kuliahnya mendapat beasiswa, Alka memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya.
"Apa karena ucapan menyakitkan dari kedua orang tuaku yang menghina kamu ketika kamu ke sana? Sehingga kamu termotivasi untuk melanjutkan pendidikanmu?"
Alka tersenyum. "Salah satunya karena itu juga."
"Lakukanlah apa yang membuat kamu bahagia. Aku sebagai suamimu akan mendukungmu sepenuh hati. Raihlah kesuksesanmu."
"Makasih, Mas."
Jeremy tersenyum menatap sang istri. "Bukankah seharusnya memang kita saling mendukung?"
"Aku bahagia memiliki suami yang pengertian seperti Mas," tutur Alka.
"Aku juga bahagia memiliki istri seperti kamu. Kamu mau menerima aku apa adanya. Dan kamu tidak pernah menuntut apapun dari aku selama hampir dua tahun pernikahan kita ini."
"Hampir dua tahun pernikahan itu sebentar, Mas. Nanti sampai tahun-tahun ke depan, kita bisa seperti ini terus tidak? Banyak orang yang tidak sabar dengan cobaan rumah tangganya."
Alka memiliki kekhawatiran yang ia pendam, jika suatu hari Jeremy akan berubah tidak mencintainya lagi. Itu sebabnya ia ingin tetap meneruskan kuliahnya dan mencari pekerjaan yang bagus. Berjaga-jaga jika nanti ia dicampakkan oleh Jeremy. Karena tidak ada yang tahu jika nanti suatu ketika Jeremy berubah tidak mencintai Alka lagi.
"Aku akan selalu berada di sisi kamu sampai kapanpun. Aku pun berharap kamu juga seperti itu." Jeremy meraih tangan Alka, dan menggenggamnya dengan lembut.
"Aku tidak akan meninggalkan Mas di dalam kemiskinan. Nyatanya, Mas datang kepadaku tanpa membawa apa-apa, aku terima. Tapi tidak dengan penghianatan. Mas harus ingat itu!" tegas Alka.
"Jika kamu takut aku mengkhianati kamu, ingatlah pengorbananku. Aku rela meninggalkan orang tuaku demi kamu. Tidak mungkin aku akan berkhianat."
Jeremy meraih bahu sang istri dan menatap dalam netra pekat itu. Alka balas menatap sang suami dan dapat melihat ketulusan dari dua pasang mata Jeremy. Alka percaya, Jeremy tidak akan mungkin menghianatinya setelah melihat perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh Jeremy.
Setelah sesi liburan di Yogyakarta selesai, sepasang suami istri itu segera pulang ke Jakarta. Jeremy ingin segera kembali ke Jakarta untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertinggal. Jeremy mengendarai mobil dan melewati tol untuk segera tiba di Jakarta.
Awalnya, perjalanan mereka mulus tanpa hambatan. Meskipun Jeremy mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, namun Jeremy sangat berhati-hati. Naas, dari arah belakang sebuah mobil box melaju cukup kencang dan menabrak mobil yang dikendarai Jeremy, hingga Alka dan Jeremy terbentur dasbor.
Mobil box kemudian menabrak kendaraan lain dan terjadi kecelakaan beruntun di tol Jagorawi. Mobil yang dikendarai oleh Jeremy, terbalik dengan posisi roda menjadi di atas. Alka dan Jeremy tidak sadarkan diri di dalam mobil yang ringsek tersebut.
Tak ada yang menyadari, bahwa setelah kecelakaan itu, ada salah satu dari mereka berdua yang akan merasakan kehilangan. Dan kehilangan itu, mampu menjadi titik terendah dalam hidup. Siapa yang akan merasakan kehilangan? Alka, atau Jeremy?
"Maaf! kondisi pasien bernama Jeremy sedang mengalami koma," terang Dokter Herman, dokter yang menangani Jeremy. Wilda, sang ibu yang mendengarkan merasa syok. Hampir saja tubuhnya limbung jika tidak ditahan oleh sang suami. Airmata seketika berderai membasahi wajah wanita paruh baya yang masih cantik itu. "Kami menemukan cedera otak pada pasien akibat benturan keras yang terjadi. Sehingga menimbulkan pergeseran dan rotasi otak didalam tengkorak," jelas Dokter Herman. "Lalu, kapan anak saya akan bangun dokter?" tanya Hasan. Dokter Herman menggeleng pelan. "Kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan bangun. Berdoa saja. Semoga diberikan keajaiban." Hasan mengangguk mendengarkan dokter Herman. Sedangkan Wilda, hanya menangis sambil mengelus dadanya yang terasa sakit dan sesak. Wilda sangat takut bila seandainya tidak ada keajaiban dan Jeremy tidak selamat. "Saya permisi terlebih dahulu. Ada pasien lain yang menunggu saya." "Terima kasih, Do
Seorang wanita berulangkali mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Hal pertama yang ia lihat saat pertama kali membuka mata, adalah langit-langit berwarna putih. Dibersamai dengan aroma obat yang menyerbak mengusik indra penciuman, ia tahu bahwa saat ini dirinya tengah berada di rumah sakit. Sebuah perban melingkar di kepalanya. Merasakan punggung yang terasa ngilu, ia berpikir bahwa dirinya telah lama berbaring. Ia mencoba bangun dari berbaring, namun kepalanya terasa sakit. "Jangan terlalu banyak bergerak dulu, Mbak. Mbaknya baru sadar," tegur Suster yang baru saja masuk ke ruangan rawat. Wanita itu mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya bisa berada di rumah sakit saat ini. Kemudian ia melebarkan matanya terkejut ketika mengingat ia mengalami kecelakaan tidak sendirian. "Di mana suami saya?" tanya wanita itu
Hujan deras dan suara petir menggelegar menandai berakhirnya musim kemarau. Di malam pertama turun hujan, aroma petrichor tercium menguap ke udara. Aroma antara tanah kering dan air hujan yang menyatu memang sangat menyenangkan. Sekaligus ucapan rasa syukur atas rahmat Tuhan karena diberikan keberkahan atas turunnya hujan setelah musim kemarau yang panjang. Di rumah Nena, tepatnya di Yogyakarta, wanita yang merupakan kakak sepupu Alka itu tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, tanaman bunga dan sayuran yang mulai akan mati, kini setidaknya ikut tersenyum bahagia karena diguyur hujan. "Alhamdulillah! Sudah turun hujan. Kamu akan tumbuh subur lagi," ucap Nena dengan penuh rasa syukur sambil melihat tanaman-tanamannya. Nena mencoba membuka tirai di jendela rumahnya untuk memandang hujan turun. Namun, bukannya melihat aliran air yang turun dari sudut genting, Nena malah terpaku dengan seseorang yang berdiri di depan rumahnya. Nena penasaran dengan sosok i
Jeremy berulangkali menggerakkan jari-jari tangannya secara perlahan. mata yang masih tertutup itu, bergerak-gerak ke kanan dan kiri. Beberapa hari terakhir, setelah 2 bulan mengalami koma, hasil pemeriksaan dari dokter menunjukkan bahwa Jeremy semakin menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Hal itu disambut dengan lega oleh Wilda maupun Hasan. Tak lama kemudian, Jeremy membuka matanya, dan menatap sekeliling ruangan. Langit-langit putih yang pertama kali ia tatap, dan aroma obat-obatan yang menusuk indra penciuman, menyadarkan dirinya tengah berada di rumah sakit. Jeremy merasakan pusing di kepalanya. Jeremy mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya terbaring di rumah sakit seperti sekarang ini. Sontak, Jeremy melebarkan matanya ketika mengingat sesuatu. Raut wajah yang semula lemah, seketika berubah menjadi khawatir. "Di mana istriku? Apa dia baik-baik saja?" gumamnya.
"Mas! Apa sebaiknya kita tunda saja pertemuan dengan kedua orang tua Mas. Aku belum siap," ucap Alka ketika tengah berdiri tepat di depan rumah Jeremy."Tapi kita sudah terlanjur sampai di sini. Kemarin kamu bilang sanggup bertemu dengan kedua orang tua Mas. Kenapa sekarang berubah pikiran?" Jeremy bingung dengan sikap wanitanya. Jeremy sudah berada di Yogyakarta selama 3 hari sebelum mengajak Alka menemui kedua orang tuanya. Jeremy mengutarakan niatnya ingin mempersunting Alka setelah mereka menjalin hubungan selama 2 tahun lamanya. Maka dari itu, Jeremy ingin mengajak Alka untuk terbang ke Makassar.Awalnya Alka menolak berulang kali karena takut bila orang tua Jeremy tidak merestui. Namun Jeremy tak mau menyerah membujuk wanitanya. Dan akhirnya, Alka menuruti ajakan Jeremy."Buang pikiran negatifmu jauh-jauh. Percayalah kepadaku. Mereka tidak seperti yang kamu pikirkan."Alka mengangguk mendengar ucapan Jeremy. Dalam hati ia berharap, semoga apa yang ia duga tidak terjadi. Jeremy
Jeremy mengemasi barang-barang beserta pakaiannya ke dalam koper. Ia marah kepada kedua orang tuanya mengenai hubungan bersama Alka tidak direstui. Kemarin, Jeremy diberikan pilihan oleh sang ayah. Tetap memilih menikah dengan Alka tapi putus hubungan antara orang tua dan anak, atau merelakan Alka tapi mendapatkan kepercayaan mengelola perusahaan keluarga. Ia memilih untuk pergi dari rumah itu demi memperjuangkan cinta Alka."Mau ke mana kamu Jeremy?" tanya sang ibu saat memasuki kamar."Aku mau pergi, Ma," jawab Jeremy."Pergi ke mana?" tanya Wilda panik."Aku ingin menemui Alka. Walaupun Mama dan Papa tidak mau merestui kami, aku akan tetap memperjuangkanmu cintaku untuk Alka.""Nak! tolong jangan pergi ...," mohon Wilda."Apa jika aku tidak pergi, Mama dan Papa akan merestuiku dengan Alka? Aku rasa tidak."Wilda menangis melihat sang putra yang akan pergi meninggalkannya. Bagaimana tidak. Seorang anak semata wayang yang ia besarkan memilih pergi hanya untuk memperjuangkan cinta kep
Setelah Alka dan Jeremy resmi menikah, keduanya lalu pindah ke Jakarta. Mereka menyewa sebuah kontrakan yang lumayan kecil. Sebelum mereka berangkat ke Jakarta, Alka dan Jeremy terlebih dahulu bekerja ikut panen cabai selama satu minggu. Sebelum memutuskan untuk pindah ke Jakarta, Jeremy dan Alka terlibat pertengkaran kecil terlebih dahulu. Sebabnya, Alka tidak mau diajak pindah ke Jakarta. Biaya hidup di Jakarta sangatlah mahal. Tidak seperti di Yogyakarta terutama tinggal di pedesaan.Menurut data statistik pemerintah, biaya hidup di Yogyakarta adalah yang paling termurah sekitar 2,9 juta per bulan. Biaya sebesar itu, untuk mahasiswa dan pekerja yang menyewa tempat tinggal. Jika tinggal di desa, pengeluaran keuangan akan lebih murah lagi. Keputusan untuk pindah ke Jakarta, bukanlah perkara yang mudah bagi Alka. Ia sendiri tidak tahu apakah bisa mengatur keuangan di Jakarta. Terlebih lagi Jeremy saat ini belum mendapatkan pekerjaan."Maaf ya, Sayang. Kita hanya bisa menyewa rumah s
"Lantas, jika kamu wanita pilihan kedua orang tua Jeremy, kenapa? Toh saat ini aku yang menjadi istri Jeremy." Alka berbicara santai namun menusuk hati Diana.Diana tersenyum getir dan menahan kesal. "Aku pikir kamu tidak bisa berbicara.""Kamu pikir aku patung tidak bisa bicara?""Percaya diri sekali kamu dengan statusmu sebagai istri seorang Jeremy," cibir Diana, "tanpa kamu sadari siapa dirimu.""Kenapa aku tidak boleh percaya diri? Aku menikah dengannya sah menurut hukum dan agama. Bukan menikah siri apalagi sebagai simpanan. Seperti kamu," ucap Alka dengan lantang.Alka tahu sedikit mengenai Diana Rosita, wanita pilihan kedua orang tua Jeremy yang akan dijodohkan kepada pria yang saat ini sudah menjadi suami Alka. Diana adalah anak seorang pengusaha dan pejabat, namun kerap menjadi simpanan pria beristri. Itulah sebabnya Jeremy tidak mau dijodohkan dengan Diana. Sindiran yang dilemparkan oleh Alka tadi, membuat Diana naik pitam."Berani kamu menghina aku seperti itu!" hardik Dian
Jeremy berulangkali menggerakkan jari-jari tangannya secara perlahan. mata yang masih tertutup itu, bergerak-gerak ke kanan dan kiri. Beberapa hari terakhir, setelah 2 bulan mengalami koma, hasil pemeriksaan dari dokter menunjukkan bahwa Jeremy semakin menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Hal itu disambut dengan lega oleh Wilda maupun Hasan. Tak lama kemudian, Jeremy membuka matanya, dan menatap sekeliling ruangan. Langit-langit putih yang pertama kali ia tatap, dan aroma obat-obatan yang menusuk indra penciuman, menyadarkan dirinya tengah berada di rumah sakit. Jeremy merasakan pusing di kepalanya. Jeremy mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya terbaring di rumah sakit seperti sekarang ini. Sontak, Jeremy melebarkan matanya ketika mengingat sesuatu. Raut wajah yang semula lemah, seketika berubah menjadi khawatir. "Di mana istriku? Apa dia baik-baik saja?" gumamnya.
Hujan deras dan suara petir menggelegar menandai berakhirnya musim kemarau. Di malam pertama turun hujan, aroma petrichor tercium menguap ke udara. Aroma antara tanah kering dan air hujan yang menyatu memang sangat menyenangkan. Sekaligus ucapan rasa syukur atas rahmat Tuhan karena diberikan keberkahan atas turunnya hujan setelah musim kemarau yang panjang. Di rumah Nena, tepatnya di Yogyakarta, wanita yang merupakan kakak sepupu Alka itu tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, tanaman bunga dan sayuran yang mulai akan mati, kini setidaknya ikut tersenyum bahagia karena diguyur hujan. "Alhamdulillah! Sudah turun hujan. Kamu akan tumbuh subur lagi," ucap Nena dengan penuh rasa syukur sambil melihat tanaman-tanamannya. Nena mencoba membuka tirai di jendela rumahnya untuk memandang hujan turun. Namun, bukannya melihat aliran air yang turun dari sudut genting, Nena malah terpaku dengan seseorang yang berdiri di depan rumahnya. Nena penasaran dengan sosok i
Seorang wanita berulangkali mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Hal pertama yang ia lihat saat pertama kali membuka mata, adalah langit-langit berwarna putih. Dibersamai dengan aroma obat yang menyerbak mengusik indra penciuman, ia tahu bahwa saat ini dirinya tengah berada di rumah sakit. Sebuah perban melingkar di kepalanya. Merasakan punggung yang terasa ngilu, ia berpikir bahwa dirinya telah lama berbaring. Ia mencoba bangun dari berbaring, namun kepalanya terasa sakit. "Jangan terlalu banyak bergerak dulu, Mbak. Mbaknya baru sadar," tegur Suster yang baru saja masuk ke ruangan rawat. Wanita itu mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya bisa berada di rumah sakit saat ini. Kemudian ia melebarkan matanya terkejut ketika mengingat ia mengalami kecelakaan tidak sendirian. "Di mana suami saya?" tanya wanita itu
"Maaf! kondisi pasien bernama Jeremy sedang mengalami koma," terang Dokter Herman, dokter yang menangani Jeremy. Wilda, sang ibu yang mendengarkan merasa syok. Hampir saja tubuhnya limbung jika tidak ditahan oleh sang suami. Airmata seketika berderai membasahi wajah wanita paruh baya yang masih cantik itu. "Kami menemukan cedera otak pada pasien akibat benturan keras yang terjadi. Sehingga menimbulkan pergeseran dan rotasi otak didalam tengkorak," jelas Dokter Herman. "Lalu, kapan anak saya akan bangun dokter?" tanya Hasan. Dokter Herman menggeleng pelan. "Kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan bangun. Berdoa saja. Semoga diberikan keajaiban." Hasan mengangguk mendengarkan dokter Herman. Sedangkan Wilda, hanya menangis sambil mengelus dadanya yang terasa sakit dan sesak. Wilda sangat takut bila seandainya tidak ada keajaiban dan Jeremy tidak selamat. "Saya permisi terlebih dahulu. Ada pasien lain yang menunggu saya." "Terima kasih, Do
Jeremy pulang ke rumah dengan wajah yang berbinar cerah. Ia tidak sabar segera memberikan kejutan untuk sang istri. Sebuah hadiah yang telah ia siapkan beberapa hari lalu, kini saatnya ia persembahkan kepada wanita belahan jiwanya."Sayang!" seru Jeremy."Iya, Mas. Sudah pulang?" Alka meletakkan selang dan mematikan kran air. Istri kesayangan Jeremy itu sedang menyiram tanaman bunga dan sayurannya."Aku punya hadiah untuk kamu," beritahu Jeremy sambil tersenyum lebar."Hadiah apa, Mas?" Alka penasaran."Coba tutup dulu matanya!" interupsi Jeremy.Alka mengerutkan kening. "Kenapa harus tutup mata segala, sih? Nggak usah aneh-aneh deh.""Bukan aneh-aneh kok, Sayang.""Benar?" tanya Alka tidak percaya.Jeremy mencubit gemas pipi Alka. "Iya. Coba tutup mata dulu. Kalau nggak tutup mata, nggak surprise dong."Akhirnya Alka menuruti Jeremy yang memintanya untuk menutupi mata. Alka merasa penasaran sekaligus cemas dengan kejutan yang akan diberikan oleh Jeremy. Disaat mata Alka tertutup, Jer
"Lantas, jika kamu wanita pilihan kedua orang tua Jeremy, kenapa? Toh saat ini aku yang menjadi istri Jeremy." Alka berbicara santai namun menusuk hati Diana.Diana tersenyum getir dan menahan kesal. "Aku pikir kamu tidak bisa berbicara.""Kamu pikir aku patung tidak bisa bicara?""Percaya diri sekali kamu dengan statusmu sebagai istri seorang Jeremy," cibir Diana, "tanpa kamu sadari siapa dirimu.""Kenapa aku tidak boleh percaya diri? Aku menikah dengannya sah menurut hukum dan agama. Bukan menikah siri apalagi sebagai simpanan. Seperti kamu," ucap Alka dengan lantang.Alka tahu sedikit mengenai Diana Rosita, wanita pilihan kedua orang tua Jeremy yang akan dijodohkan kepada pria yang saat ini sudah menjadi suami Alka. Diana adalah anak seorang pengusaha dan pejabat, namun kerap menjadi simpanan pria beristri. Itulah sebabnya Jeremy tidak mau dijodohkan dengan Diana. Sindiran yang dilemparkan oleh Alka tadi, membuat Diana naik pitam."Berani kamu menghina aku seperti itu!" hardik Dian
Setelah Alka dan Jeremy resmi menikah, keduanya lalu pindah ke Jakarta. Mereka menyewa sebuah kontrakan yang lumayan kecil. Sebelum mereka berangkat ke Jakarta, Alka dan Jeremy terlebih dahulu bekerja ikut panen cabai selama satu minggu. Sebelum memutuskan untuk pindah ke Jakarta, Jeremy dan Alka terlibat pertengkaran kecil terlebih dahulu. Sebabnya, Alka tidak mau diajak pindah ke Jakarta. Biaya hidup di Jakarta sangatlah mahal. Tidak seperti di Yogyakarta terutama tinggal di pedesaan.Menurut data statistik pemerintah, biaya hidup di Yogyakarta adalah yang paling termurah sekitar 2,9 juta per bulan. Biaya sebesar itu, untuk mahasiswa dan pekerja yang menyewa tempat tinggal. Jika tinggal di desa, pengeluaran keuangan akan lebih murah lagi. Keputusan untuk pindah ke Jakarta, bukanlah perkara yang mudah bagi Alka. Ia sendiri tidak tahu apakah bisa mengatur keuangan di Jakarta. Terlebih lagi Jeremy saat ini belum mendapatkan pekerjaan."Maaf ya, Sayang. Kita hanya bisa menyewa rumah s
Jeremy mengemasi barang-barang beserta pakaiannya ke dalam koper. Ia marah kepada kedua orang tuanya mengenai hubungan bersama Alka tidak direstui. Kemarin, Jeremy diberikan pilihan oleh sang ayah. Tetap memilih menikah dengan Alka tapi putus hubungan antara orang tua dan anak, atau merelakan Alka tapi mendapatkan kepercayaan mengelola perusahaan keluarga. Ia memilih untuk pergi dari rumah itu demi memperjuangkan cinta Alka."Mau ke mana kamu Jeremy?" tanya sang ibu saat memasuki kamar."Aku mau pergi, Ma," jawab Jeremy."Pergi ke mana?" tanya Wilda panik."Aku ingin menemui Alka. Walaupun Mama dan Papa tidak mau merestui kami, aku akan tetap memperjuangkanmu cintaku untuk Alka.""Nak! tolong jangan pergi ...," mohon Wilda."Apa jika aku tidak pergi, Mama dan Papa akan merestuiku dengan Alka? Aku rasa tidak."Wilda menangis melihat sang putra yang akan pergi meninggalkannya. Bagaimana tidak. Seorang anak semata wayang yang ia besarkan memilih pergi hanya untuk memperjuangkan cinta kep
"Mas! Apa sebaiknya kita tunda saja pertemuan dengan kedua orang tua Mas. Aku belum siap," ucap Alka ketika tengah berdiri tepat di depan rumah Jeremy."Tapi kita sudah terlanjur sampai di sini. Kemarin kamu bilang sanggup bertemu dengan kedua orang tua Mas. Kenapa sekarang berubah pikiran?" Jeremy bingung dengan sikap wanitanya. Jeremy sudah berada di Yogyakarta selama 3 hari sebelum mengajak Alka menemui kedua orang tuanya. Jeremy mengutarakan niatnya ingin mempersunting Alka setelah mereka menjalin hubungan selama 2 tahun lamanya. Maka dari itu, Jeremy ingin mengajak Alka untuk terbang ke Makassar.Awalnya Alka menolak berulang kali karena takut bila orang tua Jeremy tidak merestui. Namun Jeremy tak mau menyerah membujuk wanitanya. Dan akhirnya, Alka menuruti ajakan Jeremy."Buang pikiran negatifmu jauh-jauh. Percayalah kepadaku. Mereka tidak seperti yang kamu pikirkan."Alka mengangguk mendengar ucapan Jeremy. Dalam hati ia berharap, semoga apa yang ia duga tidak terjadi. Jeremy