Wilda duduk di serambi rumah Alka dan berhadapan dengan menantunya itu. Alka menatap dingin wanita paruh baya yang berstatus sebagai ibu dari pria yang ia cintai. Pria yang kini telah menikah dengan wanita lain. "Katanya ingin bicara. Kenapa masih diam?" Alka membuka pembicaraan setelah keduanya saling lama diam. Wilda mendongak menatap mata Alka. Wanita paruh baya itu dapat melihat guratan kemarahan di wajah wanita yang dicintai oleh putranya. Wilda tahu bahwa Alka marah karena telah memisahkan wanita itu dari putranya. "Bagaimana keadaan kamu?" tanya Wilda berbasa-basi. "Apa yang anda harapkan? Apakah anda mengharapkan saya menjadi gila setelah berpisah dengan suamiku?" sarkas Alka. Wilda tersenyum dan menggeleng. "Saya tidak pernah mengharapkan kamu menjadi seperti itu." "Lalu tujuan Anda apa ke sini? Apa Anda ingin melihat betapa menyedihkannya saya setelah apa yang anda lakukan ter
Jeremy baru saja selesai melakukan rapat kerja sama, dengan salah satu pengusaha di kota Batam. Pria itu merencanakan membangun hotelnya di kota industri tersebut. Tak terasa setelah 5 tahun, usaha properti yang dijalankan oleh Jeremy tumbuh dengan pesat dan maju. Kelvin, sang sahabat, selalu setia berada di sisi Jeremy, dan mendampingi pria itu. Kelvin juga menjadi saksi bagaimana hancurnya hidup Jeremy setelah kehilangan istri tercinta. Jeremy melampiaskan rasa sedih dan sakit hatinya akibat kehilangan Alka dengan memperluas bisnis dan usahanya hingga ia menjadi salah satu pengusaha tersukses di Asia. Mereka berdua berada di mobil rencana untuk kembali ke Jakarta. Ketika di perjalanan akan ke bandara, lalu lintas mengalami kemacetan. Kelvin yang menyetir, menggerutu kesal karena perjalanan mereka terhambat. "Sialan! pakai macet segala," umpat Kelvin. Berbeda dengan Kelvin yang menggeretu kesal, Jeremy diam tak berbicara, dan menatap lurus
Keluarga Arthur dan keluarga Wirawan melakukan makan malam bersama di rumah Hasan. Diana dan Jeremy turut serta dalam acara makan malam keluarga tersebut. Mereka menyisihkan waktu sebentar di antara sela-sela kesibukan dari masing-masing. "Kalian sudah 5 tahun menikah." Iqbal, ayah Diana, membuka perbincangan telah telah makan malam. "Kalian belum memiliki anak. Apakah tidak ada tanda-tanda bahwa Diana hamil?" "Diana belum hamil, Ma," jawab Diana tersenyum. "Kapan kalian berencana memiliki momongan?" tanya Wilda. "Iya, Nak. Jangan terus-terusan menunda," sahut Nana, "nanti kalau kamu terus-terusan menunda memiliki momongan, usia kamu semakin tua, kamu tidak bisa melahirkan lagi. Selain itu keluarga Arthur dan keluarga Wirawan hanya memiliki anak tunggal. Keluarga kami membutuhkan cucu sebagai penerus keluarga." Jeremy menghentikan aktivitas makannya sejenak. Pria yang memiliki r
Warsawa, Polandia. Alka melangkahkan kaki keluar dari coffeeshop tempat ia bekerja untuk pulang ke apartemennya. Ia menghembuskan napas kasar melihat salju turun. Wanita itu mengeratkan syal dan jaketnya untuk mengusir rasa dingin. Alka berjalan perlahan menyusuri jalan yang tertutup salju putih. Langkahnya meninggalkan jejak-jejak kecil yang segera tertutup oleh butiran salju baru yang turun. Udara dingin menusuk kulitnya meskipun ia sudah mengeratkan syal dan jaket tebal. Di kejauhan, cahaya lampu-lampu kota mulai menyala, menciptakan suasana yang hangat meskipun di tengah dinginnya musim salju. Sembari melangkah, Alka merenung tentang bagaimana salju bisa begitu indah namun juga menuntut perjuangan ekstra dalam kehidupan sehari-hari. Seperti salju yang turun tanpa henti, rintangan dalam hidup pun terus datang. Namun, Alka yakin bahwa seperti salju yang akhirnya mencair, memberi kesuburan pada tanah, setiap kesulitan yang dihadapinya
[Ibu kapan pulang?] tanya Naufal kepada Alka. Alka terdiam mendapatkan pertanyaan dari putra semata wayangnya. Bibirnya terkatup untuk sekedar menjawab kapan ia pulang. Sebab, ia juga tak tahu kapan akan pulang ke tanah air. [Naufal kangen sama Ibu.] Kristal bening mengalir membasahi pipinya yang putih. Sedih yang ia rasakan karena sang putra merindukannya, namun ia tidak bisa memeluknya walau sejenak. Dengan jarak dan waktu yang memisahkan mereka, di saat rindu tidak bisa bertemu apalagi berpelukan. [Maaf, Nak. Ibu belum bisa cuti. Nanti ... kalau Ibu sudah dapat cuti, pasti Ibu akan pulang.] [Ibu memangnya nggak kangen sama aku?] Deg. Pertanyaan itu bagaikan tamparan bagi Alka. Seorang ibu yang merantau jauh ke negeri orang meninggalkan sebuah hati di tanah air, pasti
Jeremy mendatangi sebuah rumah tingkat dua bergaya modern minimalis di kota Jakarta. Pria bermata sipit itu membuka pintu rumah dengan lebar, dan melangkah masuk ke dalamnya dengan raut wajah yang sendu. Setelah banyaknya pekerjaan yang membuat penat, ditambah lagi masalah perusahaan yang membuat pusing, ia memilih pergi ke rumah yang ia tempati dulu bersama Alka. Ada seorang asisten rumah tangga berusia sekitar 45 tahun di sana. Ia diminta oleh Jeremy khusus menempati dan merawat rumah itu. Mira, yang melihat kedatangan Jeremy menyambut kedatangan Jeremy dengan ramah. Jeremy sebelumnya telah memberitahukan kepada Mira bawa ia akan datang untuk istirahat. "Selamat siang, pak," sapa Mira. "Hm." Jeremy menjawab dengan deheman. "Saya siapkan minuman terlebih dahulu?" tawar Mira. "Tidak perlu," tolak Jeremy, "saya datang ke sini untuk istirahat dan menenangkan diri sejenak. Saya ingin tidur di kamar. Apa kamar utama sudah kamu bersihkan?
Hari ini, Diana Rosita melakukan launching perhiasan berlian dengan model terbaru. Seperti biasa, model terbaru perhiasan berlian yang diluncurkan oleh Diana mendapat sambutan yang luar biasa dari para penggemar fashion. Desain yang inovatif dan elegan membuat perhiasan tersebut menjadi sorotan dalam dunia mode. Kualitas berlian yang digunakan juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan peluncuran ini. Diana sebagai desainer terkemuka berhasil menciptakan karya yang memukau dan memikat hati banyak orang. "Terima kasih untuk semua yang telah hadir di acara peluncuran model baru perhiasan berlian karya saya," ucap Diana kepada para hadirin yang hadir di acara itu. "Kepada semua tim dan teman-teman yang turut andil dalam terciptanya sebuah mahakarya yang indah ini." Suara riuh tepuk tangan mengiringi sambutan yang diberikan oleh Diana. Dalam setiap acara peluncuran, Diana selalu menyampaikan rasa terima kasih kepada semua yang terlibat, baik
Jeremy melangkahkan kaki memasuki sebuah gudang kumuh ditemani oleh Kelvin sahabatnya. Sorot matanya begitu tajam dan menakutkan bagi siapa saja yang menatapnya. Aura tegas yang diperlihatkan oleh Jeremy, seolah akan membawa bencana bagi siapa yang telah mencari masalah dengannya. Kelvin membawa Jeremy ke ruangan paling belakang gudang itu. Dua pria berbadan tegap tengah menjaga pintu yang di dalamnya terdapat seseorang yang akan ditemui oleh Jeremy. "Apa dia sudah kamu beri makan?" tanya Kelvin kepada salah satu penjaga. "Sudah, Pak. Dia bahkan hampir berhasil kabur. Untungnya kami mengetahui sebelum terlambat," ujar penjaga itu. Netra Jeremy seketika membelikan marah mendengar pria yang dijaga akan kabur. Ia tak ingin lagi berlama-lama untuk bertemu dengan pria itu. "Cepat buka pintunya!" perintah Jeremy. Penjaga kemudian dengan cepat membuka gembok, dan m
Alka tengah belajar di ruang tamu. Aktivitasnya terus sih ketika mendengar seorang pria masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan berteriak-teriak memanggil suaminya. Ketika menyadari siapa yang datang, ternyata itu adalah ayah mertua."Dimana Jeremy?" tanya Hasan dengan marah.Alka menutup laptop dan bangkit dari duduknya. "Suamiku sedang pergi ke Surabaya. Ada apa?"Alka melihat sorot mata, dan raut wajah Ayah mertuanya dipenuhi kemarahan. Kemungkinan ada sesuatu hal yang tidak beres membuat pria itu murka. Dan maksud kedatangannya mencari Jeremy, pasti ada hubungannya dengan sang suami. "Beritahu kepada suamimu untuk membersihkan namaku." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Alka."Apakah dia sudah gila ingin menjerumuskan ayahnya sendiri? Atau mungkin, karena kamu dendam kepada kami jadi kamu meminta suamimu melakukan itu padaku?" Hasan memberondong pertanyaan tak masuk akal kepada Alka yang mengarah ke sebuah tuduhan. "Atas dasar Papa menuduhku?" Alka bertanya sambil mengeru
"Jadi, adanya kamu membiarkan Diana tetap bisa berkeliaran dari kasus pembunuhannya yang direkayasa, dan dilemparkan ke orang lain, karena kamu tahu ini akan terjadi?" tanya Kelvin pada Jeremy. Jeremy sedang menyandarkan punggung di kursi kerja nya. Mata pria itu menatap langit-langit ruangannya. Hembusan napas lelah ia keluarkan dari sela-sela bibirnya. "Iya benar," jawab Jeremy sambil memejamkan mata, "aku tidak semata-mata membiarkannya tanpa satu alasan yang jelas. Dan inilah alasannya sekarang. Kamu tahu sendiri."Kelvin mematikan cerutu nya dengan meletakkan nya di asbak. "Dari mana kamu tahu kalau, mereka akan menyerang ayahmu hingga ke dalam kesulitan seperti saat ini?"Jeremy memajukan badan nya, dan mengambil cangkir berisi kopi. "Jaksa yang ikut dalam penyidikan bersamaku, memberitahuku jauh hari sebelum Diana membunuh istri Rangga."Saat ini, berita mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Hasan Arthur, menghiasi layar televisi, dan dunia maya setiap harinya. Bahkan beb
"Apa kamu mencurigai saya?" tanya Hermin kepada Alka.Alka menghela nafas sejenak, kemudian menggeleng pelan. "Saya hanya merasa aneh saja. Jeremy, adalah putra dari wanita yang telah merebut suami Anda. Dan anda sangat membenci ibu mertua saya." "Itu benar. Lalu?" Hermin tersenyum manis "Dengan kebencian besar yang tertanam dalam diri anda kepada Nyonya Wilda, Anda mendekati Jeremy. Anda tidak berniat untuk menjerumuskan Jeremy ke jalan yang salah bukan?" tanya Alka dengan hati-hati.Hermin menunduk dalam, dan kemudian mengangkat kepalanya kembali lalu tersenyum. "Saya bukan orang yang seperti itu."Alka menggigit bibirnya. "Mohon anda jangan menyeret suami saya ke dalam kesulitan. Dan anda, sebaiknya tidak perlu melakukan pendekatan atas nama keluarga kepada suamiku. Jika hendak melakukan pendekatan dan ingin menganggap suamiku sebagai putra anda juga, harusnya anda lakukan itu sejak dulu."Semenjak Jeremy mengatakan kepadanya bahwa Hermin sering menemui pria itu, serta berkomunik
Alka tengah berjalan menuju ruangan suaminya dengan senyuman yang mengembang. Jeremy memintanya untuk segera datang dan membawakan makan siang. Namun, ketika Alka berada tepat di depan ruangan Jeremy, terdengar dari dalam suara seorang wanita sepantaran dengan ibu mertuanya. khawatir membicarakan masalah penting, Alka memilih untuk diam sejenak sebelum masuk ke dalam."Wilda tentu saja tidak mau mengaku. Karena dia berusaha membersihkan namanya." Alka menaikkan kedua alisnya. Ia pernah mendengar suara itu. Dan sepertinya itu adalah ibu tiri Jeremy. Sebab, wanita tersebut juga menyinggung nama Wilda."Dan lagi, seseorang yang tidak diketahui identitasnya yang menyuruh Alda itu, bersembunyi di belakang layar. Dan tidak ingin ketahuan dan melemparkan kesalahan dengan mengkambing hitamkan orang lain. Menurutku dia adalah ibu kamu. Bukankah istri kamu pernah bilang saat bersaksi di pengadilan bahwa ia pernah diancam oleh Wilda mengenai keselamatan anak kalian?""Nyonya Hermin! Wanita ya
["Bagaimana hasilnya? Apa kamu bisa membujuk menantumu?"] tanya Hasan menelpon istrinya. Wilda mengeram kesal mendengar pertanyaan dari Hasan yang menyebut Alka sebagai 'menantunya'. Walaupun, pada kenyataannya memang wanita itu adalah istri putranya. Namun ia masih belum bisa menerima wanita itu menjadi bagian dari keluarganya. "Aku tidak berhasil," jawab Wilda dengan kesal. ["Bagaimana bisa kamu tidak berhasil? Apakah dia wanita yang sepintar itu bisa menolak permintaanmu?"]Wilda menghembuskan napas dalam-dalam. "Jeremy mengikuti istrinya pergi dengan ku. Aku juga tidak tahu bagaimana Jeremy bisa mendengarkan pembicaraan kami berdua."Hasan di seberang telepon terdengar mendesah kesal. Bahkan, Wilda sampai memejamkan matanya karena mendengar suara seperti piring atau barang berbahan kaca dibanting. Sepertinya, pria itu tengah melampiaskan amarahnya.["Bagaimana bisa? Masa kamu tidak bisa mempengaruhi wanita itu? Apakah kamu rela melihat suamimu ini dipenjara?"] cerca Hasan. Wil
Wilda dan Alka sama-sama terkejut melihat kedatangan Jeremy yang entah kapan berdiri di dekat mereka. Jeremy menatap lekat wajah sang istri."Jangan kamu turuti apa kata ibuku, Alka!""Mas Jeremy sejak kapan di sini?" tanya Alka heran."Bahkan sejak kamu masuk ke tempat ini, aku sudah tahu. Jadi, aku mendengar semua apa yang kalian bicarakan," ucap Jeremy dengan datar.Alka terdiam mendengar jawaban suaminya. Sedangkan Wilda menghela napas sembari memejamkan mata. Wanita paruh baya itu, mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Orang tuamu sedang mengalami kesulitan," ujar Wilda menggertakkan giginya, "mengapa kamu tidak mau membantu ayahmu? Kamu bahkan dengan sengaja menyebutkan nama ayahmu di depan jaksa.""Papa memang pantas mendapatkan itu. Karena Papa memang bersalah," jawab Jeremy dengan santai.Entah apa dan bagaimana tujuan Hasan mengkorupsi sebagian dana pembangunan smelter, dan hingga terseret saat ini, Jeremy memang sudah menyelidikinya sebelum kasus ini tercium oleh media
"Ada salah satu mahasiswi yang magang di perusahaan mu. Dia dari salah satu mahasiswi berbakat dari Universitas ternama di negeri ini, " beritahu Kelvin pada Jeremy sambil menyerah kan map berisi dokumen. Jeremy segera membuka map tersebut, dan mengerutkan kening ketika membaca nama yang tak asing baginya. "Riska Anastasya?" "Iya." kelvin mengangguk. "Kalau kamu tidak lupa, dia hampir saja menjadi istri ketigamu waktu dulu masih bersama Diana. "Jeremy menatap lekat wajah sahabatnya. Pria itu kembali beralih menatap lembaran dokumen berisi data-data pribadi atas nama Riska Anastasya. Gadis muda belia yang dulu hampir saja menjadi istri ketiganya jika Jeremy tidak dengan cepat bertindak. Ingatan Jeremy tertarik ke masa lalu sebelum akhirnya sang ibu menyerahkan sepenuhnya apa yang menjadi impian kebahagiaan Jeremy. Dan Jeremy bersyukur bisa melakukan itu sendiri. Membatalkan pernikahan ketiganya diam-diam di belakang wilda. "Dia kuliah jurusan ekonomi," sambung Kelvin. "Berikan
"Mas Jeremy ke mana ya, tiga hari tidak pulang?" gumam Alka dengan tatapan yang sendu.Alka berdiri di samping jendela sambil menatap ke arah jalanan. Sesekali matanya, melirik ke arah jam dinding yang tergantung. Semenjak pertengkarannya dengan Jeremy di rumah sakit 3 hari yang lalu, Jeremy meninggalkan Alka tanpa meninggalkan kabar. Bahkan, pria itu tidak juga pulang ke rumah.Ponsel Jeremy pun tidak bisa dihubungi. Saat Alka menanyakan keberadaan suaminya kepada Kelvin, Kelvin pun menjawab tidak tahu. Alka merasakan kekhawatiran yang luar biasa terhadap sang suami yang entah dimana keberadaannya.Apakah Jeremy marah karena ucapannya beberapa lalu? Alka sedikit pun tak bermaksud untuk membuat suaminya marah. Itu semua karena ia merasa frustasi dengan sakitnya yang semakin parah.Tak ingin menyerah, Alka mencoba menghubungi kembali sang suami. Namun, yang terdengar di seberang hanyalah suara operator. "Mas Jeremy di mana? Aku kangen. Apa Mas Jeremy marah sama aku?"Merasa lelah ka
"Jadi, korupsi mu bersama Iqbal soal pembangunan smelter, sudah tercium oleh jaksa yang merupakan teman Jeremy?" tanya Wilda kepada suaminya dengan dada yang bergejolak. Hasan menautkan kedua tangannya dan ia tumpukan pada meja. "Sekarang aku bingung harus melakukan apa."Wilda mendengus samar. "Biasanya, Papa selalu menghadapi masalah dengan santai dan tenang. Kenapa sekarang bingung? Apa karena akan melawan anakmu?" Beberapa hari terakhir ini, Hasan merasakan pikiran yang kalut. Korupsi pembangunan smelter, dan kasus robohnya panti asuhan, telah dilimpahkan semua berkasnya ke pihak kejaksaan. dan Hasan, turut menjadi tersangka dalam kedua kasus itu. Jeremy ikut andil dalam terseret nya nama Hasan Arthur. Padahal, Hasan sudah serapi mungkin menutupi jejak dirinya ikut terlibat. Dengan membayar seseorang untuk mau dijadikan kambing hitam. Hasan tak tahu bagaimana cara Jeremy bisa mengetahui dirinya mengkambing hitamkan seseorang. Entah karena Jeremy marah kepadanya, atau karena pr