Jeremy mendatangi sebuah rumah tingkat dua bergaya modern minimalis di kota Jakarta. Pria bermata sipit itu membuka pintu rumah dengan lebar, dan melangkah masuk ke dalamnya dengan raut wajah yang sendu. Setelah banyaknya pekerjaan yang membuat penat, ditambah lagi masalah perusahaan yang membuat pusing, ia memilih pergi ke rumah yang ia tempati dulu bersama Alka.
Ada seorang asisten rumah tangga berusia sekitar 45 tahun di sana. Ia diminta oleh Jeremy khusus menempati dan merawat rumah itu. Mira, yang melihat kedatangan Jeremy menyambut kedatangan Jeremy dengan ramah. Jeremy sebelumnya telah memberitahukan kepada Mira bawa ia akan datang untuk istirahat. "Selamat siang, pak," sapa Mira. "Hm." Jeremy menjawab dengan deheman. "Saya siapkan minuman terlebih dahulu?" tawar Mira. "Tidak perlu," tolak Jeremy, "saya datang ke sini untuk istirahat dan menenangkan diri sejenak. Saya ingin tidur di kamar. Apa kamar utama sudah kamu bersihkan?Hari ini, Diana Rosita melakukan launching perhiasan berlian dengan model terbaru. Seperti biasa, model terbaru perhiasan berlian yang diluncurkan oleh Diana mendapat sambutan yang luar biasa dari para penggemar fashion. Desain yang inovatif dan elegan membuat perhiasan tersebut menjadi sorotan dalam dunia mode. Kualitas berlian yang digunakan juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan peluncuran ini. Diana sebagai desainer terkemuka berhasil menciptakan karya yang memukau dan memikat hati banyak orang. "Terima kasih untuk semua yang telah hadir di acara peluncuran model baru perhiasan berlian karya saya," ucap Diana kepada para hadirin yang hadir di acara itu. "Kepada semua tim dan teman-teman yang turut andil dalam terciptanya sebuah mahakarya yang indah ini." Suara riuh tepuk tangan mengiringi sambutan yang diberikan oleh Diana. Dalam setiap acara peluncuran, Diana selalu menyampaikan rasa terima kasih kepada semua yang terlibat, baik
Jeremy melangkahkan kaki memasuki sebuah gudang kumuh ditemani oleh Kelvin sahabatnya. Sorot matanya begitu tajam dan menakutkan bagi siapa saja yang menatapnya. Aura tegas yang diperlihatkan oleh Jeremy, seolah akan membawa bencana bagi siapa yang telah mencari masalah dengannya. Kelvin membawa Jeremy ke ruangan paling belakang gudang itu. Dua pria berbadan tegap tengah menjaga pintu yang di dalamnya terdapat seseorang yang akan ditemui oleh Jeremy. "Apa dia sudah kamu beri makan?" tanya Kelvin kepada salah satu penjaga. "Sudah, Pak. Dia bahkan hampir berhasil kabur. Untungnya kami mengetahui sebelum terlambat," ujar penjaga itu. Netra Jeremy seketika membelikan marah mendengar pria yang dijaga akan kabur. Ia tak ingin lagi berlama-lama untuk bertemu dengan pria itu. "Cepat buka pintunya!" perintah Jeremy. Penjaga kemudian dengan cepat membuka gembok, dan m
"Prang!" ... "Ya Alloh!" pekik Alka. Alka sedang meminum air putih setelah selesai melakukan makan malam. Ia kembali menuangkan air untuk minum, gelas yang ia pegang tiba-tiba jatuh ke lantai dan pecah. Alka terduduk di lantai sembari memandang pecahan gelas yang berserakan. Entah mengapa tiba-tiba hatinya berdesir rasa tidak nyaman. Seolah-olah ada firasat buruk yang sedang terjadi. Alka menurunkan tangannya untuk memunguti pecahan beling tersebut. Wanita itu merasa gemetar saat mencoba membersihkan pecahan gelas yang tersebar di lantai. Rasa takut dan kekhawatiran mulai menyelinap ke dalam pikirannya. Apakah ini pertanda dari sesuatu yang buruk akan terjadi dalam hidupnya? Alka mencoba untuk menenangkan diri namun rasa gelisah tetap menghantuinya. "Ya Alloh! Ada apa ini? Kenapa aku jadi gelisah dan cemas seperti ini?" lirihnya. Alka me
"Gadis belia ini, adalah calon istri baru kamu," kata Wilda sambil tersenyum. Jeremy terkejut mendengar penuturan sang ibu. Ia sungguh tidak menyangka. Pertemuan yang diminta oleh Wilda, karena ingin memperkenalkan Jeremy dengan gadis belia yang disebut akan menjadi istri ketiganya. "Nikahi lah Riska agar kamu bisa memperoleh anak!" saran Wilda. Jeremy melonggarkan dasi di lehernya yang terasa mencekik. Pria itu menampilkan ekspresi wajah yang tak terbaca. "Apa Mama sebegitu inginnya memiliki cucu? Sampai aku harus menikahi seorang gadis belia untuk memperoleh keturunan," desis Jeremy. "Tidak ada cara untuk kamu mendapatkan keturunan selain menikah lagi. Mama sudah mendengar sendiri dari Diana kalau wanita itu tak mau memiliki anak dengan kamu." Tangan Jeremy mengepal erat di bawah meja. Ini kedua kalinya Wilda memohon kepada putranya untuk menikah dengan calon istri pilihannya. Dulu setelah Jeremy kehilangan Alk
Netra Diana memanas ketika melihat sebuah foto yang dikirimkan oleh seseorang lewat chat pribadinya. Tangan wanita berambut pendek itu, bergetar menahan emosi. Dalam foto tersebut, ada Jeremy yang sedang duduk berhadapan bersama seorang gadis muda di sebuah restoran. Namun yang membuat hatinya terasa panas, bukanlah gestur dari foto tersebut. Melainkan sebuah pesan singkat yang ditulis di bagian bawah foto. [Karena kamu tetap kukuh dengan pendirianmu, jangan salahkan jika aku akan memisahkanmu dengan Jeremy. Perlu kamu tahu, aku bisa melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang aku inginkan.] Begitu lah isi pesan tersebut. "Wanita tua gila!" umpat Diana. Diana meremas kuat ponselnya. Dadanya kembang kempis dengan emosi yang hampir meledak dengan kuat. Sang pengirim pesan dan foto tersebut, adalah Wilda, Ibu mertuanya. "Beraninya dia mempermainkan dan mengancamku seperti ini," geramnya. Tak ingin berdiam diri, Diana menggulir
"Maksud kedatangan saya ke sini, karena ingin membicarakan mengenai pernikahan kita," beritahu Jeremy. Riska yang duduk berseberangan dengan Jeremy, menampilkan raut wajah bingung. "Bagaimana, Pak?" Jeremy menatap tajam kearah Riska. "Batalkan saja pernikahan kita! Saya tidak mau menikahi kamu." Riska terkejut. "Tapi ... Kenapa, Pak?" "Saya lihat, kamu juga tidak mengharapkan pernikahan ini terjadi," jawab Jeremy dengan tenang namun menusuk. "Kenapa harus dibatalkan secara tiba-tiba begini? Apakah saya membuat kesalahan?" tanya Riska dengan wajah ketakutan. Jeremy tersenyum miring. "Sebelum saya menjawab apa alasan saya membatalkan pernikahan kita, bolehkah kamu jawab jujur? Apa hal yang membuatmu mau menikah dengan pria yang telah memiliki istri seperti saya?" "Saya ... Saya ...," Riska menjawab dengan terbata "Apakah kamu memiliki sebuah perjanjian bersa
[Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku masih berhubungan dengan Rangga? Apa dari Ibumu?] Jeremy tersenyum miring membaca pesan dari Diana. Ia tak membalas pesan dari istrinya dan memilih untuk mengabaikannya. Mobil yang dikendarai olehnya, berhenti tepat di depan sebuah villa mewah dikawasan puncak. Jeremy segera keluar untuk menemui seseorang dan dengan cepat kembali ke rumah Alka. Sebelum, Jeremy menemui Riska, Hasan telah mengirimkan pesan kepada Jeremy untuk melakukan pertemuan di suatu tempat. Yaitu di villa mewah ini. Jeremy dengan langkah tenang namun pasti memasuki bangunan villa tersebut. Ketika ia telah melewati pintu utama, seorang lelaki paruh baya, pekerja yang khusus menjaga dan merawat villa itu, menyambut kedatangan Jeremy. "Selamat sore, Pak Jeremy!" Sapanya dengan ramah. Jeremy mengangguk. "Sore. Dimana Papa saya?" "Bapak ada di taman belakang villa," beritahunya. "Terima kasih."
Siang hari waktu di Polandia, Alka sedang berada di taman wisata Saxon Garden. Wanita berambut panjang itu sedang menyentuh lembut kelopak bunga berwarna merah yang tertanam di sana. Sebelum berangkat ke coffeeshop tempatnya bekerja, ia menyempatkan diri untuk mencuci mata melihat bunga-bunga bermekaran di taman Saxon Garden. Sambil berjalan menyusuri taman tersebut Alka berbincang dengan seseorang lewat telepon. Orang itu adalah Nena, kakak sepupu Alka. Nena menanyakan kabar adiknya yang telah lama tidak saling berkomunikasi dengannya. [Gimana kabar kamu, dek?] tanya Nena dengan penuh perhatian. [Aku baik, Mbak. Mbak Nena gimana kabarnya di Pekanbaru?] [Alhamdulillah. Aku baik.] Nena saat ini tinggal di Pekanbaru mengikuti suaminya yang merantau. Ia memutuskan untuk ikut sang suami, setelah Alka pergi merantau ke Bandung bersama Nur. [Kamu sudah lebih 4 tahun di luar negeri. Kamu mau memperpanjang kontrak kerja kamu, atau
"Segera lakukan apa yang saya perintahkan sekarang juga!" Jeremy memerintahkan seseorang lewat ponsel terkait dengan misi yang dia laksanakan. "Kamu atur bagaimana caranya dengan rapi dan tidak ketahuan. Setelah selesai laporkan kepada saya!" Tut.Jeremy mengakhiri panggilan tersebut diiringi dengan senyuman menyeringai. Ia menatap ke luar jendela dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Di saat yang bersamaan, pintu ruangan terbuka. Hasan, sang ayah, menghampiri Jeremy dan melayangkan sebuah tinju kepada putranya hingga tersungkur ke sofa. "Dasar anak durhaka!" maki Hasan."Kamu tega mengkhianati ku seperti ini? Apa salahku padamu? tidakkah cukup aku memberi kamu pendidikan dan juga kehidupan yang layak? Bahkan aku dan ibumu melewati jalan yang terjal untuk menjadikanmu pewaris satu-satunya." Hasan mencaci maki sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Jeremy. Setelah ia melayangkan sebuah pukulan kepada putranya, dadanya terlihat kembang kempis naik turun dibarengi dengan
Alka tengah belajar di ruang tamu. Aktivitasnya terus sih ketika mendengar seorang pria masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan berteriak-teriak memanggil suaminya. Ketika menyadari siapa yang datang, ternyata itu adalah ayah mertua."Dimana Jeremy?" tanya Hasan dengan marah.Alka menutup laptop dan bangkit dari duduknya. "Suamiku sedang pergi ke Surabaya. Ada apa?"Alka melihat sorot mata, dan raut wajah Ayah mertuanya dipenuhi kemarahan. Kemungkinan ada sesuatu hal yang tidak beres membuat pria itu murka. Dan maksud kedatangannya mencari Jeremy, pasti ada hubungannya dengan sang suami. "Beritahu kepada suamimu untuk membersihkan namaku." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Alka."Apakah dia sudah gila ingin menjerumuskan ayahnya sendiri? Atau mungkin, karena kamu dendam kepada kami jadi kamu meminta suamimu melakukan itu padaku?" Hasan memberondong pertanyaan tak masuk akal kepada Alka yang mengarah ke sebuah tuduhan. "Atas dasar Papa menuduhku?" Alka bertanya sambil mengeru
"Jadi, adanya kamu membiarkan Diana tetap bisa berkeliaran dari kasus pembunuhannya yang direkayasa, dan dilemparkan ke orang lain, karena kamu tahu ini akan terjadi?" tanya Kelvin pada Jeremy. Jeremy sedang menyandarkan punggung di kursi kerja nya. Mata pria itu menatap langit-langit ruangannya. Hembusan napas lelah ia keluarkan dari sela-sela bibirnya. "Iya benar," jawab Jeremy sambil memejamkan mata, "aku tidak semata-mata membiarkannya tanpa satu alasan yang jelas. Dan inilah alasannya sekarang. Kamu tahu sendiri."Kelvin mematikan cerutu nya dengan meletakkan nya di asbak. "Dari mana kamu tahu kalau, mereka akan menyerang ayahmu hingga ke dalam kesulitan seperti saat ini?"Jeremy memajukan badan nya, dan mengambil cangkir berisi kopi. "Jaksa yang ikut dalam penyidikan bersamaku, memberitahuku jauh hari sebelum Diana membunuh istri Rangga."Saat ini, berita mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Hasan Arthur, menghiasi layar televisi, dan dunia maya setiap harinya. Bahkan beb
"Apa kamu mencurigai saya?" tanya Hermin kepada Alka.Alka menghela nafas sejenak, kemudian menggeleng pelan. "Saya hanya merasa aneh saja. Jeremy, adalah putra dari wanita yang telah merebut suami Anda. Dan anda sangat membenci ibu mertua saya." "Itu benar. Lalu?" Hermin tersenyum manis "Dengan kebencian besar yang tertanam dalam diri anda kepada Nyonya Wilda, Anda mendekati Jeremy. Anda tidak berniat untuk menjerumuskan Jeremy ke jalan yang salah bukan?" tanya Alka dengan hati-hati.Hermin menunduk dalam, dan kemudian mengangkat kepalanya kembali lalu tersenyum. "Saya bukan orang yang seperti itu."Alka menggigit bibirnya. "Mohon anda jangan menyeret suami saya ke dalam kesulitan. Dan anda, sebaiknya tidak perlu melakukan pendekatan atas nama keluarga kepada suamiku. Jika hendak melakukan pendekatan dan ingin menganggap suamiku sebagai putra anda juga, harusnya anda lakukan itu sejak dulu."Semenjak Jeremy mengatakan kepadanya bahwa Hermin sering menemui pria itu, serta berkomunik
Alka tengah berjalan menuju ruangan suaminya dengan senyuman yang mengembang. Jeremy memintanya untuk segera datang dan membawakan makan siang. Namun, ketika Alka berada tepat di depan ruangan Jeremy, terdengar dari dalam suara seorang wanita sepantaran dengan ibu mertuanya. khawatir membicarakan masalah penting, Alka memilih untuk diam sejenak sebelum masuk ke dalam."Wilda tentu saja tidak mau mengaku. Karena dia berusaha membersihkan namanya." Alka menaikkan kedua alisnya. Ia pernah mendengar suara itu. Dan sepertinya itu adalah ibu tiri Jeremy. Sebab, wanita tersebut juga menyinggung nama Wilda."Dan lagi, seseorang yang tidak diketahui identitasnya yang menyuruh Alda itu, bersembunyi di belakang layar. Dan tidak ingin ketahuan dan melemparkan kesalahan dengan mengkambing hitamkan orang lain. Menurutku dia adalah ibu kamu. Bukankah istri kamu pernah bilang saat bersaksi di pengadilan bahwa ia pernah diancam oleh Wilda mengenai keselamatan anak kalian?""Nyonya Hermin! Wanita ya
["Bagaimana hasilnya? Apa kamu bisa membujuk menantumu?"] tanya Hasan menelpon istrinya. Wilda mengeram kesal mendengar pertanyaan dari Hasan yang menyebut Alka sebagai 'menantunya'. Walaupun, pada kenyataannya memang wanita itu adalah istri putranya. Namun ia masih belum bisa menerima wanita itu menjadi bagian dari keluarganya. "Aku tidak berhasil," jawab Wilda dengan kesal. ["Bagaimana bisa kamu tidak berhasil? Apakah dia wanita yang sepintar itu bisa menolak permintaanmu?"]Wilda menghembuskan napas dalam-dalam. "Jeremy mengikuti istrinya pergi dengan ku. Aku juga tidak tahu bagaimana Jeremy bisa mendengarkan pembicaraan kami berdua."Hasan di seberang telepon terdengar mendesah kesal. Bahkan, Wilda sampai memejamkan matanya karena mendengar suara seperti piring atau barang berbahan kaca dibanting. Sepertinya, pria itu tengah melampiaskan amarahnya.["Bagaimana bisa? Masa kamu tidak bisa mempengaruhi wanita itu? Apakah kamu rela melihat suamimu ini dipenjara?"] cerca Hasan. Wil
Wilda dan Alka sama-sama terkejut melihat kedatangan Jeremy yang entah kapan berdiri di dekat mereka. Jeremy menatap lekat wajah sang istri."Jangan kamu turuti apa kata ibuku, Alka!""Mas Jeremy sejak kapan di sini?" tanya Alka heran."Bahkan sejak kamu masuk ke tempat ini, aku sudah tahu. Jadi, aku mendengar semua apa yang kalian bicarakan," ucap Jeremy dengan datar.Alka terdiam mendengar jawaban suaminya. Sedangkan Wilda menghela napas sembari memejamkan mata. Wanita paruh baya itu, mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Orang tuamu sedang mengalami kesulitan," ujar Wilda menggertakkan giginya, "mengapa kamu tidak mau membantu ayahmu? Kamu bahkan dengan sengaja menyebutkan nama ayahmu di depan jaksa.""Papa memang pantas mendapatkan itu. Karena Papa memang bersalah," jawab Jeremy dengan santai.Entah apa dan bagaimana tujuan Hasan mengkorupsi sebagian dana pembangunan smelter, dan hingga terseret saat ini, Jeremy memang sudah menyelidikinya sebelum kasus ini tercium oleh media
"Ada salah satu mahasiswi yang magang di perusahaan mu. Dia dari salah satu mahasiswi berbakat dari Universitas ternama di negeri ini, " beritahu Kelvin pada Jeremy sambil menyerah kan map berisi dokumen. Jeremy segera membuka map tersebut, dan mengerutkan kening ketika membaca nama yang tak asing baginya. "Riska Anastasya?" "Iya." kelvin mengangguk. "Kalau kamu tidak lupa, dia hampir saja menjadi istri ketigamu waktu dulu masih bersama Diana. "Jeremy menatap lekat wajah sahabatnya. Pria itu kembali beralih menatap lembaran dokumen berisi data-data pribadi atas nama Riska Anastasya. Gadis muda belia yang dulu hampir saja menjadi istri ketiganya jika Jeremy tidak dengan cepat bertindak. Ingatan Jeremy tertarik ke masa lalu sebelum akhirnya sang ibu menyerahkan sepenuhnya apa yang menjadi impian kebahagiaan Jeremy. Dan Jeremy bersyukur bisa melakukan itu sendiri. Membatalkan pernikahan ketiganya diam-diam di belakang wilda. "Dia kuliah jurusan ekonomi," sambung Kelvin. "Berikan
"Mas Jeremy ke mana ya, tiga hari tidak pulang?" gumam Alka dengan tatapan yang sendu.Alka berdiri di samping jendela sambil menatap ke arah jalanan. Sesekali matanya, melirik ke arah jam dinding yang tergantung. Semenjak pertengkarannya dengan Jeremy di rumah sakit 3 hari yang lalu, Jeremy meninggalkan Alka tanpa meninggalkan kabar. Bahkan, pria itu tidak juga pulang ke rumah.Ponsel Jeremy pun tidak bisa dihubungi. Saat Alka menanyakan keberadaan suaminya kepada Kelvin, Kelvin pun menjawab tidak tahu. Alka merasakan kekhawatiran yang luar biasa terhadap sang suami yang entah dimana keberadaannya.Apakah Jeremy marah karena ucapannya beberapa lalu? Alka sedikit pun tak bermaksud untuk membuat suaminya marah. Itu semua karena ia merasa frustasi dengan sakitnya yang semakin parah.Tak ingin menyerah, Alka mencoba menghubungi kembali sang suami. Namun, yang terdengar di seberang hanyalah suara operator. "Mas Jeremy di mana? Aku kangen. Apa Mas Jeremy marah sama aku?"Merasa lelah ka