[Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku masih berhubungan dengan Rangga? Apa dari Ibumu?]
Jeremy tersenyum miring membaca pesan dari Diana. Ia tak membalas pesan dari istrinya dan memilih untuk mengabaikannya. Mobil yang dikendarai olehnya, berhenti tepat di depan sebuah villa mewah dikawasan puncak. Jeremy segera keluar untuk menemui seseorang dan dengan cepat kembali ke rumah Alka. Sebelum, Jeremy menemui Riska, Hasan telah mengirimkan pesan kepada Jeremy untuk melakukan pertemuan di suatu tempat. Yaitu di villa mewah ini. Jeremy dengan langkah tenang namun pasti memasuki bangunan villa tersebut. Ketika ia telah melewati pintu utama, seorang lelaki paruh baya, pekerja yang khusus menjaga dan merawat villa itu, menyambut kedatangan Jeremy. "Selamat sore, Pak Jeremy!" Sapanya dengan ramah. Jeremy mengangguk. "Sore. Dimana Papa saya?" "Bapak ada di taman belakang villa," beritahunya. "Terima kasih."<Siang hari waktu di Polandia, Alka sedang berada di taman wisata Saxon Garden. Wanita berambut panjang itu sedang menyentuh lembut kelopak bunga berwarna merah yang tertanam di sana. Sebelum berangkat ke coffeeshop tempatnya bekerja, ia menyempatkan diri untuk mencuci mata melihat bunga-bunga bermekaran di taman Saxon Garden. Sambil berjalan menyusuri taman tersebut Alka berbincang dengan seseorang lewat telepon. Orang itu adalah Nena, kakak sepupu Alka. Nena menanyakan kabar adiknya yang telah lama tidak saling berkomunikasi dengannya. [Gimana kabar kamu, dek?] tanya Nena dengan penuh perhatian. [Aku baik, Mbak. Mbak Nena gimana kabarnya di Pekanbaru?] [Alhamdulillah. Aku baik.] Nena saat ini tinggal di Pekanbaru mengikuti suaminya yang merantau. Ia memutuskan untuk ikut sang suami, setelah Alka pergi merantau ke Bandung bersama Nur. [Kamu sudah lebih 4 tahun di luar negeri. Kamu mau memperpanjang kontrak kerja kamu, atau
[Selamat ulang tahun anak ibu tersayang.] Alka dan Nur bersama-sama mengucapkan selamat ulang tahun untuk Naufal lewat sambungan video call. [Terimakasih, ibu. Terima kasih, tante Nur.] Naufal menampilkan senyuman manis di layar ponsel. Hari ini, tepat 5 tahun usia Naufal. Putra hasil pernikahan Jeremy dan Alka. Naufal merayakan hari jadi bersama teman-temannya yang ada di panti asuhan. Pria kecil yang wajahnya sangat mirip dengan Jeremy itu, terlihat sangat bahagia. Setelah menyanyikan lagu selamat ulang tahun, dan melakukan tiup lilin, Naufal memotong kue ulang tahun pemberian sang ibu. Tempo hari, Alka menghubungi toko kue yang letaknya tidak jauh dari panti asuhan untuk mengantarkan kue di hari perayaan ulang tahun Naufal. Alka mengirimkan uang dari Polandia, dan mengirim berbagai hadiah untuk putranya. [Kuenya dibagi sama teman-temannya ya, Nak.] Alka tersenyum bahagia melihat sang putra yang semakin besar tanpa ad
Jeremy membawa langkah kakinya memasuki rumah yang ia tempati bersama Diana, di Surabaya. Kilatan amarah terpancar dari netra pekat miliknya. Ia baru saja pulang dari Banda Aceh setelah mengurus masalah yang terjadi di kilang minyak milik ayahnya. Jeremy menaiki tangga menuju lantai dua kamar Diana. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Jeremy membuka kasar pintu kamar Diana. Kosong. Diana tidak ada di kamarnya. Jeremy mencoba memeriksa ke kamar mandi siapa tahu Diana ada di sana. Tetapi kamar mandi juga kosong tidak ada istrinya. Pria itu dari kamar istrinya, dan menuruni tangga dengan cepat untuk mencari keberadaan sang istri di tempat lain. Ini sudah malam. Tidak mungkin Diana belum pulang karena kemarin sudah dua hari menghabiskan waktu bersama Rangga, dan tidur bersama. Setelah puas menghabiskan waktu bersama Rangga berarti saatnya sekarang, ia ada di rumah. Jeremy pergi menuju dapur untuk mengambil air minum kare
Drrt ... Drrt Jeremy yang sedang berkutat dengan laptopnya, mengalihkan pandangan ke ponsel miliknya yang bergetar. Ia melihat nama ayah mertua menelponnya. Jeremy melepaskan kacamatanya, dan menerima panggilan telepon tersebut.[Halo, Pa.][Jeremy! maafkan papa mengganggu waktumu sebentar. Papa membutuhkan bantuan kamu.] kata Iqbal dari seberang telepon.Jeremy mengerutkan kening. [Aku harus membantu apa memangnya, Pa?][Papa ingin mencalonkan diri sebagai gubernur di Jawa Timur. Supaya Papa mendapatkan suara terbanyak, papa ingin kamu membagikan sembako, dan beberapa uang tunai kepada orang-orang agar memberikan hak suaranya kepada Papa. Kamu bisa melakukannya untuk 30 desa.]Jeremy memutar bola matanya jengah. [Jadi Papa ingin melakukan kampanye uang?][Ya begitulah. Papa harus melakukan banyak hal supaya bisa menang. Selain itu, papamu juga ingin maju menjadi anggota DPR.][Yang benar saja kalian melakukan hal itu?] Jeremy mencubit pangkal hidungnya. Ia merasa kesal karena sang
Jeremy menerima sebuah amplop coklat yang diberikan oleh Nita, sekretarisnya. Jeremy membuka amplop dari lembaga kepolisian yang akan melakukan pemanggilan pemeriksaan kepadanya. Kelvin yang penasaran, beringsut ke belakang Jeremy untuk ikut membaca isi terkait laporan yang membuat Jeremy harus melakukan BAP. "Pelaporan kasus KDRT? Akhirnya Diana melaporkan kamu ke polisi?" tanya Jeremy.Nita, yang masih belum beranjak, terkejut mendengar bosnya melakukan KDRT terhadap istrinya, dan dilaporkan ke pihak kepolisian. Jeremy memang dikenal sebagai sosok pemimpin yang tegas, dingin, dan terkadang kejam. Namun, Nita tak menyangka bahwa Jeremy bisa sampai tega melakukan tindakan KDRT.Jeremy bersikap tenang dan tersenyum. "Akan aku hadapi. Kamu tenang saja."Saat bersamaan, seorang wanita paruh baya memasuki ruangan Jeremy. Terlihat gurat kecemasan di wajah wanita itu."Jeremy!""Mama?" Jeremy mengerutkan kening. "Ada apa Mama tiba-tiba kesini?" Wilda, datang ke kantor Jeremy. Dia sengaja
Surabaya ... Saat ini, Jeremy dan Diana duduk berhadapan didampingi kedua orang tuanya masing-masing. Orang tua Diana melemparkan berbagai makian kepada Jeremy yang telah membuat Diana terluka. Malam itu, setelah Jeremy baru saja selesai menyiksa Diana, Diana menghubungi ibunya melalui telepon kabel. Wanita itu mengadukan secara rinci perbuatan Jeremy kepadanya. Nana yang murka, beranjak ke rumah sang putri, mengajak putrinya melakukan visum, dan membuat laporan di kepolisian. Setelah selesai melakukan visum terhadap putrinya dan membuat laporan di kepolisian, Nana menelpon suaminya untuk segera pulang serta mengadukan perbuatan Jeremy yang telah dilakukan kepada Diana. Iqbal marah kepada istrinya karena telah mengambil keputusan dengan cepat tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengannya. Iqbal marah bukan karena Nana mengambil keputusan untuk memenjarakan menantunya tanpa berdiskusi dengannya sebagai suami dan kepala rumah tangga. Jika ia tidak sedang mencalonkan diri sebagai gubernu
Alka baru saja keluar dari Universitas Ekonomi Krakow, salah satu universitas terkemuka yang ada di negara Polandia. Bersama dengan sahabatnya, Alka menimba ilmu di universitas ini. Tak terasa satu tahun lagi, Alka dan Nur akan menjalani skripsi dan melaksanakan wisuda.Alka ingin berangkat bekerja namun dia terlebih dahulu menunggu sahabatnya. Alka sesekali menengok ke arah pintu utama masuk universitas tersebut namun belum terlihat sosok Nur yang keluar. Kemungkinan besar, Nur masih menyelesaikan pelajarannya.Alka memilih duduk di bangku panjang yang ada di bawah pohon Magnolia. Ia memilih menunda untuk berangkat kerja karena ingin berangkat bersama Nur.Untuk menghilangkan rasa penatnya, ia mengambil ponsel dari dalam tasnya, menjelajahi internet, dan melihat akun media sosial milik Jeremy. Alka tersenyum bahagia melihat wajah pria yang merupakan ayah anaknya. Terdapat foto Jeremy, yang berdiri di pinggir pantai dengan menggunakan jas formal. Jeremy terlihat tampan dengan cambang
"Tunggu!! Berhenti!" Seorang wanita menghadang laju mobil yang di tumpangi oleh Kelvin dan Jeremy dengan berdiri didepan mobil tersebut sambil merentangkan kedua tangannya. Jeremy malam ini hendak menemui Rangga. Namun istrinya datang menghalangi. Diana takut bahwa Jeremy akan melakukan hal bahaya kepada Rangga setelah suaminya mengirim pesan ancaman."Tabrak dia!" Perintah Jeremy.Kelvin menggenggam erat setir kemudi, dan perlahan menginjak pedal gas. Ia bersiap untuk menabrak Diana sesuai arahan dari Jeremy. Diana yang merentangkan tangan di tengah jalan memejamkan matanya sejenak. Ia benar-benar takut bila Kelvin tetap menabrak nya. Ciit ...Kelvin melakukan pengereman secara mendadak. Meskipun bosnya memerintahkan dirinya untuk menabrak Diana, ia mengurungkan hal itu. Jeremy menoleh ke arah Kelvin dan mendengus kesal.Diana yang mengetahui bahwa mobil yang dikendarai oleh Kelvin berhenti tepat di depannya, kemudian membuka mata. Diana segera berlari ke samping mobil dan memukul
"Segera lakukan apa yang saya perintahkan sekarang juga!" Jeremy memerintahkan seseorang lewat ponsel terkait dengan misi yang dia laksanakan. "Kamu atur bagaimana caranya dengan rapi dan tidak ketahuan. Setelah selesai laporkan kepada saya!" Tut.Jeremy mengakhiri panggilan tersebut diiringi dengan senyuman menyeringai. Ia menatap ke luar jendela dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Di saat yang bersamaan, pintu ruangan terbuka. Hasan, sang ayah, menghampiri Jeremy dan melayangkan sebuah tinju kepada putranya hingga tersungkur ke sofa. "Dasar anak durhaka!" maki Hasan."Kamu tega mengkhianati ku seperti ini? Apa salahku padamu? tidakkah cukup aku memberi kamu pendidikan dan juga kehidupan yang layak? Bahkan aku dan ibumu melewati jalan yang terjal untuk menjadikanmu pewaris satu-satunya." Hasan mencaci maki sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Jeremy. Setelah ia melayangkan sebuah pukulan kepada putranya, dadanya terlihat kembang kempis naik turun dibarengi dengan
Alka tengah belajar di ruang tamu. Aktivitasnya terus sih ketika mendengar seorang pria masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan berteriak-teriak memanggil suaminya. Ketika menyadari siapa yang datang, ternyata itu adalah ayah mertua."Dimana Jeremy?" tanya Hasan dengan marah.Alka menutup laptop dan bangkit dari duduknya. "Suamiku sedang pergi ke Surabaya. Ada apa?"Alka melihat sorot mata, dan raut wajah Ayah mertuanya dipenuhi kemarahan. Kemungkinan ada sesuatu hal yang tidak beres membuat pria itu murka. Dan maksud kedatangannya mencari Jeremy, pasti ada hubungannya dengan sang suami. "Beritahu kepada suamimu untuk membersihkan namaku." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Alka."Apakah dia sudah gila ingin menjerumuskan ayahnya sendiri? Atau mungkin, karena kamu dendam kepada kami jadi kamu meminta suamimu melakukan itu padaku?" Hasan memberondong pertanyaan tak masuk akal kepada Alka yang mengarah ke sebuah tuduhan. "Atas dasar Papa menuduhku?" Alka bertanya sambil mengeru
"Jadi, adanya kamu membiarkan Diana tetap bisa berkeliaran dari kasus pembunuhannya yang direkayasa, dan dilemparkan ke orang lain, karena kamu tahu ini akan terjadi?" tanya Kelvin pada Jeremy. Jeremy sedang menyandarkan punggung di kursi kerja nya. Mata pria itu menatap langit-langit ruangannya. Hembusan napas lelah ia keluarkan dari sela-sela bibirnya. "Iya benar," jawab Jeremy sambil memejamkan mata, "aku tidak semata-mata membiarkannya tanpa satu alasan yang jelas. Dan inilah alasannya sekarang. Kamu tahu sendiri."Kelvin mematikan cerutu nya dengan meletakkan nya di asbak. "Dari mana kamu tahu kalau, mereka akan menyerang ayahmu hingga ke dalam kesulitan seperti saat ini?"Jeremy memajukan badan nya, dan mengambil cangkir berisi kopi. "Jaksa yang ikut dalam penyidikan bersamaku, memberitahuku jauh hari sebelum Diana membunuh istri Rangga."Saat ini, berita mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Hasan Arthur, menghiasi layar televisi, dan dunia maya setiap harinya. Bahkan beb
"Apa kamu mencurigai saya?" tanya Hermin kepada Alka.Alka menghela nafas sejenak, kemudian menggeleng pelan. "Saya hanya merasa aneh saja. Jeremy, adalah putra dari wanita yang telah merebut suami Anda. Dan anda sangat membenci ibu mertua saya." "Itu benar. Lalu?" Hermin tersenyum manis "Dengan kebencian besar yang tertanam dalam diri anda kepada Nyonya Wilda, Anda mendekati Jeremy. Anda tidak berniat untuk menjerumuskan Jeremy ke jalan yang salah bukan?" tanya Alka dengan hati-hati.Hermin menunduk dalam, dan kemudian mengangkat kepalanya kembali lalu tersenyum. "Saya bukan orang yang seperti itu."Alka menggigit bibirnya. "Mohon anda jangan menyeret suami saya ke dalam kesulitan. Dan anda, sebaiknya tidak perlu melakukan pendekatan atas nama keluarga kepada suamiku. Jika hendak melakukan pendekatan dan ingin menganggap suamiku sebagai putra anda juga, harusnya anda lakukan itu sejak dulu."Semenjak Jeremy mengatakan kepadanya bahwa Hermin sering menemui pria itu, serta berkomunik
Alka tengah berjalan menuju ruangan suaminya dengan senyuman yang mengembang. Jeremy memintanya untuk segera datang dan membawakan makan siang. Namun, ketika Alka berada tepat di depan ruangan Jeremy, terdengar dari dalam suara seorang wanita sepantaran dengan ibu mertuanya. khawatir membicarakan masalah penting, Alka memilih untuk diam sejenak sebelum masuk ke dalam."Wilda tentu saja tidak mau mengaku. Karena dia berusaha membersihkan namanya." Alka menaikkan kedua alisnya. Ia pernah mendengar suara itu. Dan sepertinya itu adalah ibu tiri Jeremy. Sebab, wanita tersebut juga menyinggung nama Wilda."Dan lagi, seseorang yang tidak diketahui identitasnya yang menyuruh Alda itu, bersembunyi di belakang layar. Dan tidak ingin ketahuan dan melemparkan kesalahan dengan mengkambing hitamkan orang lain. Menurutku dia adalah ibu kamu. Bukankah istri kamu pernah bilang saat bersaksi di pengadilan bahwa ia pernah diancam oleh Wilda mengenai keselamatan anak kalian?""Nyonya Hermin! Wanita ya
["Bagaimana hasilnya? Apa kamu bisa membujuk menantumu?"] tanya Hasan menelpon istrinya. Wilda mengeram kesal mendengar pertanyaan dari Hasan yang menyebut Alka sebagai 'menantunya'. Walaupun, pada kenyataannya memang wanita itu adalah istri putranya. Namun ia masih belum bisa menerima wanita itu menjadi bagian dari keluarganya. "Aku tidak berhasil," jawab Wilda dengan kesal. ["Bagaimana bisa kamu tidak berhasil? Apakah dia wanita yang sepintar itu bisa menolak permintaanmu?"]Wilda menghembuskan napas dalam-dalam. "Jeremy mengikuti istrinya pergi dengan ku. Aku juga tidak tahu bagaimana Jeremy bisa mendengarkan pembicaraan kami berdua."Hasan di seberang telepon terdengar mendesah kesal. Bahkan, Wilda sampai memejamkan matanya karena mendengar suara seperti piring atau barang berbahan kaca dibanting. Sepertinya, pria itu tengah melampiaskan amarahnya.["Bagaimana bisa? Masa kamu tidak bisa mempengaruhi wanita itu? Apakah kamu rela melihat suamimu ini dipenjara?"] cerca Hasan. Wil
Wilda dan Alka sama-sama terkejut melihat kedatangan Jeremy yang entah kapan berdiri di dekat mereka. Jeremy menatap lekat wajah sang istri."Jangan kamu turuti apa kata ibuku, Alka!""Mas Jeremy sejak kapan di sini?" tanya Alka heran."Bahkan sejak kamu masuk ke tempat ini, aku sudah tahu. Jadi, aku mendengar semua apa yang kalian bicarakan," ucap Jeremy dengan datar.Alka terdiam mendengar jawaban suaminya. Sedangkan Wilda menghela napas sembari memejamkan mata. Wanita paruh baya itu, mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Orang tuamu sedang mengalami kesulitan," ujar Wilda menggertakkan giginya, "mengapa kamu tidak mau membantu ayahmu? Kamu bahkan dengan sengaja menyebutkan nama ayahmu di depan jaksa.""Papa memang pantas mendapatkan itu. Karena Papa memang bersalah," jawab Jeremy dengan santai.Entah apa dan bagaimana tujuan Hasan mengkorupsi sebagian dana pembangunan smelter, dan hingga terseret saat ini, Jeremy memang sudah menyelidikinya sebelum kasus ini tercium oleh media
"Ada salah satu mahasiswi yang magang di perusahaan mu. Dia dari salah satu mahasiswi berbakat dari Universitas ternama di negeri ini, " beritahu Kelvin pada Jeremy sambil menyerah kan map berisi dokumen. Jeremy segera membuka map tersebut, dan mengerutkan kening ketika membaca nama yang tak asing baginya. "Riska Anastasya?" "Iya." kelvin mengangguk. "Kalau kamu tidak lupa, dia hampir saja menjadi istri ketigamu waktu dulu masih bersama Diana. "Jeremy menatap lekat wajah sahabatnya. Pria itu kembali beralih menatap lembaran dokumen berisi data-data pribadi atas nama Riska Anastasya. Gadis muda belia yang dulu hampir saja menjadi istri ketiganya jika Jeremy tidak dengan cepat bertindak. Ingatan Jeremy tertarik ke masa lalu sebelum akhirnya sang ibu menyerahkan sepenuhnya apa yang menjadi impian kebahagiaan Jeremy. Dan Jeremy bersyukur bisa melakukan itu sendiri. Membatalkan pernikahan ketiganya diam-diam di belakang wilda. "Dia kuliah jurusan ekonomi," sambung Kelvin. "Berikan
"Mas Jeremy ke mana ya, tiga hari tidak pulang?" gumam Alka dengan tatapan yang sendu.Alka berdiri di samping jendela sambil menatap ke arah jalanan. Sesekali matanya, melirik ke arah jam dinding yang tergantung. Semenjak pertengkarannya dengan Jeremy di rumah sakit 3 hari yang lalu, Jeremy meninggalkan Alka tanpa meninggalkan kabar. Bahkan, pria itu tidak juga pulang ke rumah.Ponsel Jeremy pun tidak bisa dihubungi. Saat Alka menanyakan keberadaan suaminya kepada Kelvin, Kelvin pun menjawab tidak tahu. Alka merasakan kekhawatiran yang luar biasa terhadap sang suami yang entah dimana keberadaannya.Apakah Jeremy marah karena ucapannya beberapa lalu? Alka sedikit pun tak bermaksud untuk membuat suaminya marah. Itu semua karena ia merasa frustasi dengan sakitnya yang semakin parah.Tak ingin menyerah, Alka mencoba menghubungi kembali sang suami. Namun, yang terdengar di seberang hanyalah suara operator. "Mas Jeremy di mana? Aku kangen. Apa Mas Jeremy marah sama aku?"Merasa lelah ka