"Mas! Apa sebaiknya kita tunda saja pertemuan dengan kedua orang tua Mas. Aku belum siap," ucap Alka ketika tengah berdiri tepat di depan rumah Jeremy.
"Tapi kita sudah terlanjur sampai di sini. Kemarin kamu bilang sanggup bertemu dengan kedua orang tua Mas. Kenapa sekarang berubah pikiran?" Jeremy bingung dengan sikap wanitanya.
Jeremy sudah berada di Yogyakarta selama 3 hari sebelum mengajak Alka menemui kedua orang tuanya. Jeremy mengutarakan niatnya ingin mempersunting Alka setelah mereka menjalin hubungan selama 2 tahun lamanya. Maka dari itu, Jeremy ingin mengajak Alka untuk terbang ke Makassar.
Awalnya Alka menolak berulang kali karena takut bila orang tua Jeremy tidak merestui. Namun Jeremy tak mau menyerah membujuk wanitanya. Dan akhirnya, Alka menuruti ajakan Jeremy.
"Buang pikiran negatifmu jauh-jauh. Percayalah kepadaku. Mereka tidak seperti yang kamu pikirkan."
Alka mengangguk mendengar ucapan Jeremy. Dalam hati ia berharap, semoga apa yang ia duga tidak terjadi. Jeremy kemudian mengajak Alka masuk ke dalam rumah setelah asisten rumah tangga membukakan pintu untuk mereka.
Tanpa mereka berdua sadari, Hasan, Ayah Jeremy memperhatikan dari balik tirai lantai dua rumah itu. Beberapa menit yang lalu, pria paruh baya itu mendengar laporan dari anak buahnya, bahwa Jeremy membawa kekasihnya ke rumah. Hasan menatap tidak suka kepada Alka.
Jeremy merahasiakan dari kedua orang tuanya bahwa ia menjalin hubungan bersama seorang wanita. Namun, Hasan yang selalu meminta orang untuk mengawasi putranya mengetahui itu sejak awal mereka berhubungan. Hasan pun tahu bagaimana latar belakang Alka dan ia tidak suka dengan kekasih putranya tersebut.
"Mau apa Jeremy membawa gadis itu kemari?" desis Hasan.
***
"Duduk sini, Sayang!" Jeremy meminta Alka untuk duduk di sampingnya.
"Kenapa rumahnya sepi?" tanya Alka heran.
"Mama dan Papa ada di lantai atas. Sebentar lagi mereka akan turun. Bibi sudah memanggil mereka," jawab Jeremy.
Tak lama kemudian, dua orang pria dan wanita paruh baya, yaitu Mama dan Papa Jeremy berjalan menuruni tangga. Mama Jeremy terlihat tidak sabar untuk segera bertemu dengan sang putra setelah beberapa hari tidak pulang. Namun, ia terkejut karena melihat sang putra pulang membawa seorang gadis.
"Jeremy!" panggil Wilda, Mama Jeremy.
"Mama!" Jeremy dan Alka bangkit dari duduknya untuk mendekati Wilda dan Hasan dan menyalami mereka.
Nyonya Wilda memandang Alka dari atas ke bawah dengan heran. "Siapa gadis ini?"
Alka seketika merasakan jantungnya berdebar ketika melihat tatapan tak suka dari Ibu dari pria yang ia cintai. Alka pun sudah menebak seperti apa reaksinya semenjak berada di dalam pesawat. Jeremy mengajak kedua orang tuanya untuk duduk.
Tempo hari, Jeremy memberitahu kedua orang tuanya bahwa ia ingin memperkenalkan gadis pujaannya. Nyonya Wilda dan Tuan Hasan meminta Jeremy untuk membawa gadis itu dan ingin bertemu.
"Ini namanya Alka, Ma. Dia gadis yang ingin aku kenalkan ke Mama dan Papa." Jeremy memperkenalkan Alka kepada orang tuanya.
Alka mengangguk hormat kepada Wilda dan Hasan. "Selamat Siang, Pak, Bu. Saya Alka."
Wilda memberi tatapan sinis kepada Alka. Ia lalu mengalihkan pandangan kepada putranya. Jeremy mengerti arti tatapan dari ibunya yang seolah menanyakan siapa gadis itu.
"Dia pacarku, Ma." Jeremy memberitahu.
"Gadis seperti ini kamu pacari?" Nyonya Wilda menatap tak percaya.
"Apa pekerjaan kamu saat ini?" Wilda bertanya kepada Alka dengan nada dingin.
"Saya bekerja sebagai pegawai minimarket, Bu," jawab Alka sopan.
"Pekerjaan orang tuamu apa?"
"Kedua orang tua saya sudah meninggal. Dulu pekerjaan orang tua saya petani."
"Jeremy, Jeremy! Kamu menolak untuk dijodohkan dengan gadis pilihan kami. Mama berpikir kamu itu berpacaran dengan wanita yang hebat. Ternyata hanya gadis desa biasa dan pegawai minimarket?"
Sedari tadi Nyonya Wilda yang bicara. Sedangkan Ayah Jeremy, hanya diam tanpa bersuara. Ia biarkan 3 orang itu saling berbicara.
"Mama. Walaupun dia hanya gadis desa, tapi dia memiliki kepribadian yang baik. Dan Jeremy sangat mencintai Alka, Ma, Pa." Jeremy tak suka dengan sikap ibunya yang seperti merendahkan Alka.
Tuan Hasan akhirnya berbicara, "Bukankah Papa sudah mengatakan kepada kamu agar kamu mengakhiri hubungan kamu dengan gadis miskin ini? Mengapa masih kamu lanjutkan dan sekarang kamu bawa dia ke rumah kami?"
"Jadi kamu tahu tentang anak kita yang berpacaran dengan gadis ini, Pa?" tanya Wilda dengan ekspresi terkejut.
"Ya."
"Kenapa Papa nggak beritahu Mama?"
"Karena Papa pikir, Jeremy mau mendengarkan apa kata Papa untuk mengakhiri hubungannya dengan gadis ini. Tetapi sekarang ... Untuk apa Jeremy membawa gadis ini ke rumah?"
"Alasan Jeremy mengajak dia ke rumah ini, dan bertemu dengan Mama dan Papa, karena Jeremy ingin meminta izin untuk menikahi Alka."
"Apa?!" Kedua orang tua Jeremy terkejut dengan maksud dari Jeremy membawa Alka ke rumah mereka.
"Jeremy! Mama dan Papa membesarkan serta menyekolahkan kamu untuk menjadi orang yang berpikiran luas, orang yang berpendidikan tinggi, dan menjadi sukses. Bukan untuk menikahi wanita rendahan seperti dia." Wilda mengangkat jari telunjuknya kepada Alka.
Ucapan dari kedua orang tua Jeremy, benar-benar menyakiti hati Alka. Orang tua Alka semasa hidup, pernah mengatakan kepada putrinya, agar jangan pernah menjalin hubungan dengan pria dari keluarga kaya raya, apalagi dari keluarga terpandang. Karena Alka gadis yang berasal dari desa dan hidup dengan sederhana, itu bisa membuat Alka di injak-injak harga dirinya. Dan Alka baru mempercayai itu sekarang.
"Mama dan Papa tidak menyetujui aku menikahi Alka?" tanya Jeremy.
"Tentu saja kami tidak setuju. Kami tidak mau memiliki menantu miskin. Itu hanya akan membuat malu kami sebagai pengusaha dan pejabat yang dihormati oleh banyak orang," jawab Hasan.
Keluarga Jeremy, memiliki standar yang tinggi mengenai wanita yang akan menjadi pendamping putranya. Wanita yang ingin menjadi istri Jeremy, harus berasal dari keluarga kaya raya dan berkelas. Dan Jeremy telah dipilihkan calon istri dari putri rekan Hasan sesama pengusaha. Diana Rosita namanya.
"Mama dan Papa itu sudah hidup enak dan bergelimang harta dari kecil. Serta kalian berdua itu tidak pernah mau memandang orang yang kesusahan. Kalian terlalu angkuh dengan apa yang kalian miliki. Karena kalian tidak pernah mengetahui bagaimana hidup susah. Tetapi seharusnya kalian jangan seenaknya menghina orang yang memiliki keterbatasan ekonomi."
Hasan mengepalkan tangan mendengar ucapan Jeremy yang berusaha membela Alka.
"Sejak kapan kamu bisa berbicara panjang lebar seperti itu terhadap Mama dan Papamu?" Tuan Hasan menatap tajam Alka, "rupanya gadis miskin ini telah banyak membawa pengaruh buruk terhadap kamu."
"Pak! Saya tidak seperti yang anda pikirkan. Saya tidak pernah ada niatan untuk membuat Kak Jeremy menjadi buruk. Saya bukan orang yang seperti itu." Alka membela diri.
"Diam!" bentak Wilda, "tidak ada yang meminta kamu untuk berbicara!"
Alka diam dan tertunduk. Sungguh apa yang ia hadapi sekarang lebih parah dari apa yang dia bayangkan. Alka menyesali keputusannya menuruti ajakan Jeremy pergi ke kota ini. Seharusnya ia tetap dengan pendiriannya untuk tidak mau menuruti pria itu.
Hasan menghela nafas sejenak kemudian menatap Alka. "Alka! Mulai sekarang, tolong kamu jauhi anak saya dan akhiri hubungan kalian. Saya telah menjodohkan anak saya dengan wanita yang kastanya lebih tinggi. Jadi saya mohon, akhiri hubungan kalian."
Butiran bening mengalir di pipi Alka. Gadis itu berusaha mati-matian menahan air matanya sejak tadi. Namun tanpa terasa, kristal bening itu mengalir dengan sendirinya. Alka mencoba menekan rasa sakit dihati.
"Baiklah! Saya akan meninggalkan Mas Jeremy," putus Alka dengan suara bergetar.
Jeremy terkejut dan menoleh ke samping di mana Alka duduk. Ia tak menyangka bahwa Alka dengan begitu mudah mengatakan akan meninggalkan dirinya. Tidak ingatkah Alka dengan apa yang telah mereka jalani selama 2 tahun ini? Begitu pikir Jeremy.
"Kenapa kamu mau mengakhiri hubungan ini? Semudah itukah kamu berucap?" tanya Jeremy tak percaya.
Alka hanya diam tak menjawab pertanyaan dari Jeremy. Air matanya semakin mengalir deras. Ada rasa sesak ketika Jeremy terlihat seperti orang bingung mendengar keputusan Alka.
Sedangkan Wilda yang menatap Alka menangis, berdecih pelan. Ia menganggap bahwa Alka hanya bersandiwara untuk menarik simpati putranya.
"Tidak perlu menjual air mata di depan kami," ucap Wilda dengan sinis.
Hasan menatap Alka dan berbicara, "Sekarang silakan keluar! Rumah saya tidak menerima tamu orang miskin dalam durasi yang lama."
Ayah Jeremy secara terang-terangan mengusir Alka. Mereka seolah-olah memandang Alka ibarat sampah. Tanpa ingin berlama-lama di rumah itu, Alka bangkit dari duduknya dan menunduk hormat kepada orang tua Jeremy.
"Saya permisi. Maaf telah mengganggu waktu kalian."
Alka melangkahkan kaki keluar dari rumah Jeremy dengan perasaan tersayat pedih. Semenjak berangkat dari Yogyakarta, Alka sudah bisa menduga bagaimana reaksi orang tua Jeremy. Tidak mungkin bagi konglomerat seperti keluarga Jeremy menerimanya sebagai menantu dengan latar belakang yang sederhana.
"Alka!" teriak Jeremy yang berlari keluar mengejar Alka. "Alka tunggu!"
Jeremy menarik tangan Alka dan menahan wanitanya agar jangan pergi. Ia membingkai wajah Alka yang tidak mau menatap wajahnya. "Tolong jangan pergi! Mari kita tetap lanjutkan hubungan ini tanpa restu kedua orang tuaku."
Alka menatap mata Jeremy dengan sedih. "Mas! Lebih baik akhiri saja hubungan kita. Aku tidak pantas untukmu."
"Tidak, Alka. Tidak." Jeremy menggenggam tangan Alka, "Aku mencintaimu tulus. Tidak peduli dengan latar belakangmu."
"Tapi kamu dengar sendiri bagaimana orang tuamu. Aku tidak ingin hubunganmu dengan mereka menjadi renggang karena aku. Maka dari itu, relakan hubungan kita kandas. Terima kasih untuk semuanya, Mas."
Alka melepaskan tangan Jeremy yang menggenggam tangannya. Ia pamit kepada Jeremy untuk segera pulang ke Yogyakarta. Menurut Alka lebih baik berakhir hubungan mereka daripada ia tetap bersama dengan Jeremy, tetapi selalu dihina oleh keluarga Jeremy. Jeremy menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Alka segera pulang ke kampung halamannya di Gunung Kidul, Yogyakarta. Didalam pesawat, ia menangis terisak mengingat ucapan menyakitkan dari kedua orang tua Jeremy yang menghina dan mencacinya. Terlahir sebagai anak seorang petani dan miskin, membuat ia menjadi bahan cacian para manusia bertabiat arogan. Meskipun ia sangat mencintai Jeremy, ia rela melepaskan pria itu karena orang tua Jeremy tidak mau menerima Alka.
Alka memandang gumpalan awan yang dilewati oleh pesawat. Ia tumpahkan semua kesedihan dan segera melupakan semuanya meski sakit.
"Memang lebih baik hubungan kita berakhir, Mas. Aku rela dan ikhlas, demi kebaikan kita bersama."
Sementara itu, Hasan menatap tajam putranya yang berdiri berhadapan dengannya.
"Papa berikan dua pilihan kepadamu. Kamu akhiri hubunganmu dengan Alka, atau pergi dari rumah ini, dan jangan panggil kami kedua orangtuamu lagi?"
Jeremy mengemasi barang-barang beserta pakaiannya ke dalam koper. Ia marah kepada kedua orang tuanya mengenai hubungan bersama Alka tidak direstui. Kemarin, Jeremy diberikan pilihan oleh sang ayah. Tetap memilih menikah dengan Alka tapi putus hubungan antara orang tua dan anak, atau merelakan Alka tapi mendapatkan kepercayaan mengelola perusahaan keluarga. Ia memilih untuk pergi dari rumah itu demi memperjuangkan cinta Alka."Mau ke mana kamu Jeremy?" tanya sang ibu saat memasuki kamar."Aku mau pergi, Ma," jawab Jeremy."Pergi ke mana?" tanya Wilda panik."Aku ingin menemui Alka. Walaupun Mama dan Papa tidak mau merestui kami, aku akan tetap memperjuangkanmu cintaku untuk Alka.""Nak! tolong jangan pergi ...," mohon Wilda."Apa jika aku tidak pergi, Mama dan Papa akan merestuiku dengan Alka? Aku rasa tidak."Wilda menangis melihat sang putra yang akan pergi meninggalkannya. Bagaimana tidak. Seorang anak semata wayang yang ia besarkan memilih pergi hanya untuk memperjuangkan cinta kep
Setelah Alka dan Jeremy resmi menikah, keduanya lalu pindah ke Jakarta. Mereka menyewa sebuah kontrakan yang lumayan kecil. Sebelum mereka berangkat ke Jakarta, Alka dan Jeremy terlebih dahulu bekerja ikut panen cabai selama satu minggu. Sebelum memutuskan untuk pindah ke Jakarta, Jeremy dan Alka terlibat pertengkaran kecil terlebih dahulu. Sebabnya, Alka tidak mau diajak pindah ke Jakarta. Biaya hidup di Jakarta sangatlah mahal. Tidak seperti di Yogyakarta terutama tinggal di pedesaan.Menurut data statistik pemerintah, biaya hidup di Yogyakarta adalah yang paling termurah sekitar 2,9 juta per bulan. Biaya sebesar itu, untuk mahasiswa dan pekerja yang menyewa tempat tinggal. Jika tinggal di desa, pengeluaran keuangan akan lebih murah lagi. Keputusan untuk pindah ke Jakarta, bukanlah perkara yang mudah bagi Alka. Ia sendiri tidak tahu apakah bisa mengatur keuangan di Jakarta. Terlebih lagi Jeremy saat ini belum mendapatkan pekerjaan."Maaf ya, Sayang. Kita hanya bisa menyewa rumah s
"Lantas, jika kamu wanita pilihan kedua orang tua Jeremy, kenapa? Toh saat ini aku yang menjadi istri Jeremy." Alka berbicara santai namun menusuk hati Diana.Diana tersenyum getir dan menahan kesal. "Aku pikir kamu tidak bisa berbicara.""Kamu pikir aku patung tidak bisa bicara?""Percaya diri sekali kamu dengan statusmu sebagai istri seorang Jeremy," cibir Diana, "tanpa kamu sadari siapa dirimu.""Kenapa aku tidak boleh percaya diri? Aku menikah dengannya sah menurut hukum dan agama. Bukan menikah siri apalagi sebagai simpanan. Seperti kamu," ucap Alka dengan lantang.Alka tahu sedikit mengenai Diana Rosita, wanita pilihan kedua orang tua Jeremy yang akan dijodohkan kepada pria yang saat ini sudah menjadi suami Alka. Diana adalah anak seorang pengusaha dan pejabat, namun kerap menjadi simpanan pria beristri. Itulah sebabnya Jeremy tidak mau dijodohkan dengan Diana. Sindiran yang dilemparkan oleh Alka tadi, membuat Diana naik pitam."Berani kamu menghina aku seperti itu!" hardik Dian
Jeremy pulang ke rumah dengan wajah yang berbinar cerah. Ia tidak sabar segera memberikan kejutan untuk sang istri. Sebuah hadiah yang telah ia siapkan beberapa hari lalu, kini saatnya ia persembahkan kepada wanita belahan jiwanya."Sayang!" seru Jeremy."Iya, Mas. Sudah pulang?" Alka meletakkan selang dan mematikan kran air. Istri kesayangan Jeremy itu sedang menyiram tanaman bunga dan sayurannya."Aku punya hadiah untuk kamu," beritahu Jeremy sambil tersenyum lebar."Hadiah apa, Mas?" Alka penasaran."Coba tutup dulu matanya!" interupsi Jeremy.Alka mengerutkan kening. "Kenapa harus tutup mata segala, sih? Nggak usah aneh-aneh deh.""Bukan aneh-aneh kok, Sayang.""Benar?" tanya Alka tidak percaya.Jeremy mencubit gemas pipi Alka. "Iya. Coba tutup mata dulu. Kalau nggak tutup mata, nggak surprise dong."Akhirnya Alka menuruti Jeremy yang memintanya untuk menutupi mata. Alka merasa penasaran sekaligus cemas dengan kejutan yang akan diberikan oleh Jeremy. Disaat mata Alka tertutup, Jer
"Maaf! kondisi pasien bernama Jeremy sedang mengalami koma," terang Dokter Herman, dokter yang menangani Jeremy. Wilda, sang ibu yang mendengarkan merasa syok. Hampir saja tubuhnya limbung jika tidak ditahan oleh sang suami. Airmata seketika berderai membasahi wajah wanita paruh baya yang masih cantik itu. "Kami menemukan cedera otak pada pasien akibat benturan keras yang terjadi. Sehingga menimbulkan pergeseran dan rotasi otak didalam tengkorak," jelas Dokter Herman. "Lalu, kapan anak saya akan bangun dokter?" tanya Hasan. Dokter Herman menggeleng pelan. "Kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan bangun. Berdoa saja. Semoga diberikan keajaiban." Hasan mengangguk mendengarkan dokter Herman. Sedangkan Wilda, hanya menangis sambil mengelus dadanya yang terasa sakit dan sesak. Wilda sangat takut bila seandainya tidak ada keajaiban dan Jeremy tidak selamat. "Saya permisi terlebih dahulu. Ada pasien lain yang menunggu saya." "Terima kasih, Do
Seorang wanita berulangkali mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Hal pertama yang ia lihat saat pertama kali membuka mata, adalah langit-langit berwarna putih. Dibersamai dengan aroma obat yang menyerbak mengusik indra penciuman, ia tahu bahwa saat ini dirinya tengah berada di rumah sakit. Sebuah perban melingkar di kepalanya. Merasakan punggung yang terasa ngilu, ia berpikir bahwa dirinya telah lama berbaring. Ia mencoba bangun dari berbaring, namun kepalanya terasa sakit. "Jangan terlalu banyak bergerak dulu, Mbak. Mbaknya baru sadar," tegur Suster yang baru saja masuk ke ruangan rawat. Wanita itu mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya bisa berada di rumah sakit saat ini. Kemudian ia melebarkan matanya terkejut ketika mengingat ia mengalami kecelakaan tidak sendirian. "Di mana suami saya?" tanya wanita itu
Hujan deras dan suara petir menggelegar menandai berakhirnya musim kemarau. Di malam pertama turun hujan, aroma petrichor tercium menguap ke udara. Aroma antara tanah kering dan air hujan yang menyatu memang sangat menyenangkan. Sekaligus ucapan rasa syukur atas rahmat Tuhan karena diberikan keberkahan atas turunnya hujan setelah musim kemarau yang panjang. Di rumah Nena, tepatnya di Yogyakarta, wanita yang merupakan kakak sepupu Alka itu tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, tanaman bunga dan sayuran yang mulai akan mati, kini setidaknya ikut tersenyum bahagia karena diguyur hujan. "Alhamdulillah! Sudah turun hujan. Kamu akan tumbuh subur lagi," ucap Nena dengan penuh rasa syukur sambil melihat tanaman-tanamannya. Nena mencoba membuka tirai di jendela rumahnya untuk memandang hujan turun. Namun, bukannya melihat aliran air yang turun dari sudut genting, Nena malah terpaku dengan seseorang yang berdiri di depan rumahnya. Nena penasaran dengan sosok i
Jeremy berulangkali menggerakkan jari-jari tangannya secara perlahan. mata yang masih tertutup itu, bergerak-gerak ke kanan dan kiri. Beberapa hari terakhir, setelah 2 bulan mengalami koma, hasil pemeriksaan dari dokter menunjukkan bahwa Jeremy semakin menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Hal itu disambut dengan lega oleh Wilda maupun Hasan. Tak lama kemudian, Jeremy membuka matanya, dan menatap sekeliling ruangan. Langit-langit putih yang pertama kali ia tatap, dan aroma obat-obatan yang menusuk indra penciuman, menyadarkan dirinya tengah berada di rumah sakit. Jeremy merasakan pusing di kepalanya. Jeremy mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya terbaring di rumah sakit seperti sekarang ini. Sontak, Jeremy melebarkan matanya ketika mengingat sesuatu. Raut wajah yang semula lemah, seketika berubah menjadi khawatir. "Di mana istriku? Apa dia baik-baik saja?" gumamnya.
Jeremy berulangkali menggerakkan jari-jari tangannya secara perlahan. mata yang masih tertutup itu, bergerak-gerak ke kanan dan kiri. Beberapa hari terakhir, setelah 2 bulan mengalami koma, hasil pemeriksaan dari dokter menunjukkan bahwa Jeremy semakin menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Hal itu disambut dengan lega oleh Wilda maupun Hasan. Tak lama kemudian, Jeremy membuka matanya, dan menatap sekeliling ruangan. Langit-langit putih yang pertama kali ia tatap, dan aroma obat-obatan yang menusuk indra penciuman, menyadarkan dirinya tengah berada di rumah sakit. Jeremy merasakan pusing di kepalanya. Jeremy mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya terbaring di rumah sakit seperti sekarang ini. Sontak, Jeremy melebarkan matanya ketika mengingat sesuatu. Raut wajah yang semula lemah, seketika berubah menjadi khawatir. "Di mana istriku? Apa dia baik-baik saja?" gumamnya.
Hujan deras dan suara petir menggelegar menandai berakhirnya musim kemarau. Di malam pertama turun hujan, aroma petrichor tercium menguap ke udara. Aroma antara tanah kering dan air hujan yang menyatu memang sangat menyenangkan. Sekaligus ucapan rasa syukur atas rahmat Tuhan karena diberikan keberkahan atas turunnya hujan setelah musim kemarau yang panjang. Di rumah Nena, tepatnya di Yogyakarta, wanita yang merupakan kakak sepupu Alka itu tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, tanaman bunga dan sayuran yang mulai akan mati, kini setidaknya ikut tersenyum bahagia karena diguyur hujan. "Alhamdulillah! Sudah turun hujan. Kamu akan tumbuh subur lagi," ucap Nena dengan penuh rasa syukur sambil melihat tanaman-tanamannya. Nena mencoba membuka tirai di jendela rumahnya untuk memandang hujan turun. Namun, bukannya melihat aliran air yang turun dari sudut genting, Nena malah terpaku dengan seseorang yang berdiri di depan rumahnya. Nena penasaran dengan sosok i
Seorang wanita berulangkali mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Hal pertama yang ia lihat saat pertama kali membuka mata, adalah langit-langit berwarna putih. Dibersamai dengan aroma obat yang menyerbak mengusik indra penciuman, ia tahu bahwa saat ini dirinya tengah berada di rumah sakit. Sebuah perban melingkar di kepalanya. Merasakan punggung yang terasa ngilu, ia berpikir bahwa dirinya telah lama berbaring. Ia mencoba bangun dari berbaring, namun kepalanya terasa sakit. "Jangan terlalu banyak bergerak dulu, Mbak. Mbaknya baru sadar," tegur Suster yang baru saja masuk ke ruangan rawat. Wanita itu mencoba mengingat kejadian apa yang membuat dirinya bisa berada di rumah sakit saat ini. Kemudian ia melebarkan matanya terkejut ketika mengingat ia mengalami kecelakaan tidak sendirian. "Di mana suami saya?" tanya wanita itu
"Maaf! kondisi pasien bernama Jeremy sedang mengalami koma," terang Dokter Herman, dokter yang menangani Jeremy. Wilda, sang ibu yang mendengarkan merasa syok. Hampir saja tubuhnya limbung jika tidak ditahan oleh sang suami. Airmata seketika berderai membasahi wajah wanita paruh baya yang masih cantik itu. "Kami menemukan cedera otak pada pasien akibat benturan keras yang terjadi. Sehingga menimbulkan pergeseran dan rotasi otak didalam tengkorak," jelas Dokter Herman. "Lalu, kapan anak saya akan bangun dokter?" tanya Hasan. Dokter Herman menggeleng pelan. "Kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan bangun. Berdoa saja. Semoga diberikan keajaiban." Hasan mengangguk mendengarkan dokter Herman. Sedangkan Wilda, hanya menangis sambil mengelus dadanya yang terasa sakit dan sesak. Wilda sangat takut bila seandainya tidak ada keajaiban dan Jeremy tidak selamat. "Saya permisi terlebih dahulu. Ada pasien lain yang menunggu saya." "Terima kasih, Do
Jeremy pulang ke rumah dengan wajah yang berbinar cerah. Ia tidak sabar segera memberikan kejutan untuk sang istri. Sebuah hadiah yang telah ia siapkan beberapa hari lalu, kini saatnya ia persembahkan kepada wanita belahan jiwanya."Sayang!" seru Jeremy."Iya, Mas. Sudah pulang?" Alka meletakkan selang dan mematikan kran air. Istri kesayangan Jeremy itu sedang menyiram tanaman bunga dan sayurannya."Aku punya hadiah untuk kamu," beritahu Jeremy sambil tersenyum lebar."Hadiah apa, Mas?" Alka penasaran."Coba tutup dulu matanya!" interupsi Jeremy.Alka mengerutkan kening. "Kenapa harus tutup mata segala, sih? Nggak usah aneh-aneh deh.""Bukan aneh-aneh kok, Sayang.""Benar?" tanya Alka tidak percaya.Jeremy mencubit gemas pipi Alka. "Iya. Coba tutup mata dulu. Kalau nggak tutup mata, nggak surprise dong."Akhirnya Alka menuruti Jeremy yang memintanya untuk menutupi mata. Alka merasa penasaran sekaligus cemas dengan kejutan yang akan diberikan oleh Jeremy. Disaat mata Alka tertutup, Jer
"Lantas, jika kamu wanita pilihan kedua orang tua Jeremy, kenapa? Toh saat ini aku yang menjadi istri Jeremy." Alka berbicara santai namun menusuk hati Diana.Diana tersenyum getir dan menahan kesal. "Aku pikir kamu tidak bisa berbicara.""Kamu pikir aku patung tidak bisa bicara?""Percaya diri sekali kamu dengan statusmu sebagai istri seorang Jeremy," cibir Diana, "tanpa kamu sadari siapa dirimu.""Kenapa aku tidak boleh percaya diri? Aku menikah dengannya sah menurut hukum dan agama. Bukan menikah siri apalagi sebagai simpanan. Seperti kamu," ucap Alka dengan lantang.Alka tahu sedikit mengenai Diana Rosita, wanita pilihan kedua orang tua Jeremy yang akan dijodohkan kepada pria yang saat ini sudah menjadi suami Alka. Diana adalah anak seorang pengusaha dan pejabat, namun kerap menjadi simpanan pria beristri. Itulah sebabnya Jeremy tidak mau dijodohkan dengan Diana. Sindiran yang dilemparkan oleh Alka tadi, membuat Diana naik pitam."Berani kamu menghina aku seperti itu!" hardik Dian
Setelah Alka dan Jeremy resmi menikah, keduanya lalu pindah ke Jakarta. Mereka menyewa sebuah kontrakan yang lumayan kecil. Sebelum mereka berangkat ke Jakarta, Alka dan Jeremy terlebih dahulu bekerja ikut panen cabai selama satu minggu. Sebelum memutuskan untuk pindah ke Jakarta, Jeremy dan Alka terlibat pertengkaran kecil terlebih dahulu. Sebabnya, Alka tidak mau diajak pindah ke Jakarta. Biaya hidup di Jakarta sangatlah mahal. Tidak seperti di Yogyakarta terutama tinggal di pedesaan.Menurut data statistik pemerintah, biaya hidup di Yogyakarta adalah yang paling termurah sekitar 2,9 juta per bulan. Biaya sebesar itu, untuk mahasiswa dan pekerja yang menyewa tempat tinggal. Jika tinggal di desa, pengeluaran keuangan akan lebih murah lagi. Keputusan untuk pindah ke Jakarta, bukanlah perkara yang mudah bagi Alka. Ia sendiri tidak tahu apakah bisa mengatur keuangan di Jakarta. Terlebih lagi Jeremy saat ini belum mendapatkan pekerjaan."Maaf ya, Sayang. Kita hanya bisa menyewa rumah s
Jeremy mengemasi barang-barang beserta pakaiannya ke dalam koper. Ia marah kepada kedua orang tuanya mengenai hubungan bersama Alka tidak direstui. Kemarin, Jeremy diberikan pilihan oleh sang ayah. Tetap memilih menikah dengan Alka tapi putus hubungan antara orang tua dan anak, atau merelakan Alka tapi mendapatkan kepercayaan mengelola perusahaan keluarga. Ia memilih untuk pergi dari rumah itu demi memperjuangkan cinta Alka."Mau ke mana kamu Jeremy?" tanya sang ibu saat memasuki kamar."Aku mau pergi, Ma," jawab Jeremy."Pergi ke mana?" tanya Wilda panik."Aku ingin menemui Alka. Walaupun Mama dan Papa tidak mau merestui kami, aku akan tetap memperjuangkanmu cintaku untuk Alka.""Nak! tolong jangan pergi ...," mohon Wilda."Apa jika aku tidak pergi, Mama dan Papa akan merestuiku dengan Alka? Aku rasa tidak."Wilda menangis melihat sang putra yang akan pergi meninggalkannya. Bagaimana tidak. Seorang anak semata wayang yang ia besarkan memilih pergi hanya untuk memperjuangkan cinta kep
"Mas! Apa sebaiknya kita tunda saja pertemuan dengan kedua orang tua Mas. Aku belum siap," ucap Alka ketika tengah berdiri tepat di depan rumah Jeremy."Tapi kita sudah terlanjur sampai di sini. Kemarin kamu bilang sanggup bertemu dengan kedua orang tua Mas. Kenapa sekarang berubah pikiran?" Jeremy bingung dengan sikap wanitanya. Jeremy sudah berada di Yogyakarta selama 3 hari sebelum mengajak Alka menemui kedua orang tuanya. Jeremy mengutarakan niatnya ingin mempersunting Alka setelah mereka menjalin hubungan selama 2 tahun lamanya. Maka dari itu, Jeremy ingin mengajak Alka untuk terbang ke Makassar.Awalnya Alka menolak berulang kali karena takut bila orang tua Jeremy tidak merestui. Namun Jeremy tak mau menyerah membujuk wanitanya. Dan akhirnya, Alka menuruti ajakan Jeremy."Buang pikiran negatifmu jauh-jauh. Percayalah kepadaku. Mereka tidak seperti yang kamu pikirkan."Alka mengangguk mendengar ucapan Jeremy. Dalam hati ia berharap, semoga apa yang ia duga tidak terjadi. Jeremy