Pada tahun kelima hubungannya dengan Candice, Terry menunda pernikahan mereka. Namun, di sebuah kelab, Candice menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat Terry melamar wanita lain. Seseorang bertanya padanya, "Kamu sudah sama Candice lima tahun, tapi tiba-tiba menikah sama Vivian. Apa kamu nggak takut dia marah?" Terry menjawab dengan santai, "Vivian lagi sakit, ini adalah permintaan terakhirnya! Candice sangat mencintaiku, dia nggak akan meninggalkanku!" Seluruh dunia tahu bahwa Candice mencintai Terry hingga dia merasa tak bisa hidup tanpa Terry. Namun kali ini, Terry salah besar. Pada hari pernikahannya dengan Vivian, dia berkata kepada teman-temannya, "Awasi Candice, jangan sampai dia tahu aku menikah sama orang lain!" Temannya yang terkejut, bertanya, "Candice juga menikah hari ini, kamu nggak tahu?" Pada saat itu, Terry benar-benar hancur!
View MoreSetelah Candice pergi, pria itu perlahan-lahan keluar dari balik tiang. Hati Terry terasa hancur saat melihatnya pergi.Dia benar-benar mencintainya, benar-benar tidak bisa melupakan Candice. Namun, sekarang Candice membencinya dan tidak ingin bertemu dengannya lagi.Terry tidak ingin menyerah dan memutuskan untuk menunggunya kembali. Selama lebih dari sebulan ini, Terry banyak berubah.Pada akhirnya, Candice pulang. Terry segera pergi ke bandara, tetapi tidak menemukan dirinya. Sudah lebih dari sebulan mereka tidak bertemu, dia sangat merindukan Candice.Hal pertama yang dilakukan Candice setelah turun dari pesawat adalah pergi ke rumah sakit. Terry mendapat kabar dan langsung mengemudi ke rumah sakit. Ketika dia sampai, dia melihat Candice dan Gian baru saja keluar dari ruang dokter.Gian menggandeng tangan Candice dengan penuh kasih sayang. Kemudian, dia mengingatkan, "Dokter bilang kamu jangan makan es krim terlalu banyak lagi. Dengar, 'kan?""Sudah tahu! Cuma makan sedikit lebih b
"Aku mau dia keluar dan ketemu aku! Aku mau dia pulang bersamaku!""Nggak mungkin." Gian mengeluarkan ponselnya. "Kalau kamu nggak pergi, aku lapor polisi.""Lapor saja! Lapor! Candice nggak akan biarkan aku masuk kantor polisi! Dia nggak akan tega!""Ya sudah, kita lihat saja."Gian langsung menelepon. Polisi pun menyeret Terry pergi. Terry masih berteriak memanggil nama Candice.Namun, Candice sama sekali tidak mendengarnya. Dia duduk di sofa bersama ibu Gian, menonton televisi. Mereka sedang asyik membahas drama cinta yang penuh konflik.Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Itu panggilan dari kantor polisi. "Bu Candice, apa kamu mengenal Tuan Terry? Dia sedang mabuk dan terus membuat keributan, tolong datang ke sini."Candice menatap Gian. Dia tahu Gian yang menelepon polisi. "Maaf, Pak, aku nggak kenal dia." Dengan ekspresi datar, dia menutup telepon dan melanjutkan obrolannya dengan ibu Gian.Di kantor polisi, Terry tidak percaya Candice bisa mengabaikannya. "Nggak mungkin, dia nggak mu
Namun, Gian menahan dirinya dan berkemudi ke depan apotek. Tidak lama kemudian, dia keluar dari apotek dan kembali ke mobil. Setelah itu, dia melepaskan kaus kaki Candice.Candice menatapnya bingung. "Kamu ngapain?""Aku mau periksa kakimu. Kamu keseleo, 'kan? Kalau sampai bengkak, bisa jadi masalah.""Terima kasih."Melihat sikap lembut Gian, Candice merasa tersentuh. Tanpa pikir panjang, dia menunduk untuk mencium pipi Gian.Ciuman ringan seperti itu membuat wajah dan telinga Gian sontak merah. Dia selalu menggoda Candice, tetapi ketika dia yang dicium, dia malah merasa panik dan bingung.Melihatnya yang lucu seperti itu, Candice tertawa pelan. "Ternyata kamu bisa malu juga?""Siapa yang malu?" Gian mengurut pergelangan kaki Candice.Seketika, Candice merintih pelan. "Ah!"Gian langsung melepaskan tangannya dengan cepat. "Sakit?""Nggak."Candice menggeleng. Tiba-tiba, bayangan Terry muncul di benaknya. Dulu saat dia keseleo, Terry juga akan membeli minyak untuknya dan memijatnya.Sa
Melihat pemandangan ini, Terry hampir meledak karena amarahnya. "Gian, lepaskan dia! Aku nggak akan izinin kamu menyentuhnya!"Terry menyerbu ke depan, berusaha memisahkan keduanya. Gian hanya menghindar sedikit. Terry kehilangan keseimbangan dan langsung terjatuh ke tanah. Dia berguling-guling sebelum akhirnya berhenti, penampilannya sangat memalukan.Orang-orang di sekitar menonton dan menghujat Terry."Mampus, dia sendiri yang melakukan kesalahan. Sekarang menyesal, tapi sudah terlambat.""Cinta yang datang terlambat itu nggak ada artinya! Waktu nggak bisa diputar kembali!"Gian menatapnya sambil tersenyum dingin. "Terry, aku peringatkan sekali lagi, jangan ganggu kami. Sekarang Candice istriku dan akan selalu menjadi istriku! Kamu nggak bisa merebutnya!"Terry berdiri dari tanah dengan susah payah. "Orang yang sudah nikah masih bisa cerai! Gian, jangan puas terlalu cepat! Candice mencintaiku!""Kamu nggak tahu, pernikahan militer itu dilindungi oleh hukum?" Gian berpikir sejenak. "
Udara di arena pacuan kuda sangat segar, pemandangannya indah. Suasana hati Candice menjadi lebih baik."Kemari." Pria di kejauhan melambaikan tangan kepadanya, Candice merasa agak bingung. Setiap gerak-gerik pria tampan itu tampak sangat elegan.Gian mengenakan pakaian berkuda, menarik seekor kuda kecil. Senyuman di bibir membuat para gadis di sekitarnya tergila-gila. Mereka mengeluarkan ponsel dan mulai memotret Gian tanpa henti. Bahkan, ada yang mendekat untuk meminta nomor telepon.Candice mengernyit, ekspresinya langsung berubah menjadi kesal. Dia bergegas menghampiri, lalu mengambil ponsel orang itu dan memasukkan serangkaian angka."Nomornya.""Terima kasih!"Gadis itu senang sekali, seperti mendapat harta karun. Kemudian, dia pergi.Gian bertanya dengan penasaran, "Kamu benaran kasih dia?""Ya, aku kasih nomorku." Candice mengangkat alis. "Kenapa? Kamu mau kasih nomormu?""Hehe, kamu cemburu ya?"Gian tampak puas dengan reaksi Candice. Dia tersenyum penuh kasih sayang padanya,
Saat terbangun, Vivian sudah dibawa ke bangsal biasa. Perutnya terasa kosong, anaknya sudah meninggalkannya. Terry mengutus seseorang untuk memberinya sebuah kartu bank."Di dalam kartu ini ada 10 miliar, Pak Terry yang meminta kami memberikannya kepadamu." Saat melihat kartu itu, hati Vivian terasa sangat dingin.Sepuluh miliar? Sebelumnya hanya 2 miliar. Setelah menggugurkan anak, nilai dirinya langsung melonjak."Pak Terry juga membelikan tiket pesawat, pesawatnya siang ini.""Siang ini?"Vivian tersenyum dingin, tidak menyangka Terry akan begitu membencinya. Dia baru selesai menjalani operasi, sementara Terry sudah ingin dia benar-benar menghilang dari hidupnya."Aku ingin bertemu dengannya.""Maaf, Pak Terry bilang nggak ingin bertemu denganmu." Usai berbicara, pria itu mengunci pintu bangsal. "Kami akan mengantarmu ke bandara nanti."Vivian hanya bisa memegang kartu itu, lalu tiba-tiba tergelak. Pada saat yang sama, air mata juga berlinang di wajahnya. "Aku nggak seharusnya kemba
"Terry, kamu sadar dengan apa yang kamu katakan? Anak dalam perutku ini adalah anakmu! Darah dagingmu sendiri! Kamu malah suruh aku menggugurkannya?"Terry menatap dengan wajah datar dan dingin seperti robot tanpa perasaan. "Dia belum bisa disebut anak. Usianya belum sampai sebulan, cuma sebuah sel." Sungguh kata-kata yang kejam."Sel?" Vivian tidak menyangka dia akan mengucapkan kata-kata sekejam itu. Dia menggeleng, lalu mundur selangkah demi selangkah. "Terry, itu anakmu, gimana bisa kamu bicara begitu?""Anak? Anak apa?"Saat ini, teman-teman Terry datang menemuinya. Begitu masuk dan melihat Vivian menangis sedih, mereka langsung paham situasinya. "Terry, kamu dan Vivian bahkan sudah punya anak?""Kalian tolong bantu aku." Vivian tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa, jadi dia menarik salah satu tangan mereka dan langsung berlutut.Melihatnya seperti itu, semua orang terkejut. "Berdiri dulu, jangan berlutut di hadapanku seperti ini!""Terry ingin aku melakukan aborsi!" Vivi
Setelah Candice pergi, Terry merasa hidupnya lebih buruk daripada kematian. Dia berusaha untuk turun dari tempat tidur, tetapi suster mencegahnya."Pak Terry, kamu belum sembuh. Sebaiknya tetap berbaring di tempat tidur.""Aku harus mencari Candice, aku harus mencari dia. Jangan hentikan aku!""Maksudmu gadis yang menemanimu semalam? Dia sudah pergi bersama suaminya, naik mobil."Kata-kata perawat itu membuat Terry sedikit tersadar. Suami? Suaminya? Candice sudah menikah, dia benar-benar menikah. Dia menikah dengan pria lain!Tidak, selama mereka belum mengambil akta nikah, mereka belum benar-benar menikah! Terry lantas membantah, "Dia bukan suaminya, aku suami Candice! Aku!"Emosinya sangat membara, membuat perawat tidak bisa berbuat banyak. Saat ini, Vivian masuk dengan terburu-buru. "Terry, aku hamil!"Seolah-olah tersambar petir, Terry mematung di tempat tidur. Dia menatap Vivian dengan tidak percaya, "Kamu bilang apa?""Aku hamil, aku hamil anak kita!" Vivian memeluk Terry dengan
Begitu melihat Gian, wajah Terry langsung berubah menjadi suram. "Gian, ngapain kamu kemari?""Kamu nggak bisa lihat?" Gian menyilangkan kedua tangan di dada dan menatap pria di depannya dengan tatapan dingin."Kamu Terry, 'kan? Candice menolak semua lamaran dari Keluarga Jaufar karena kamu?""Candice menolak lamaran Keluarga Jaufar demi aku?"Rasa bersalah Terry semakin dalam. Dia selalu berpikir bahwa selama bertahun-tahun ini, tidak ada pria lain yang mendekati Candice. Dia mengira bahwa selain dirinya, tidak ada yang ingin menikahi Candice.Namun, dia tidak pernah menyadari bahwa Candice punya perjanjian pernikahan, bahkan pria itu lebih unggul darinya, yaitu seorang perwira militer.Saat ini, Terry baru sadar betapa besarnya kesalahan yang telah dia buat. Jika diberi kesempatan lagi, dia pasti tidak akan pernah setuju untuk menikahi Vivian."Sudahlah, karena kamu sudah sadar, aku dan istriku akan pulang untuk istirahat."Gian malas berbicara lebih banyak. Setelah melihat Candice k
"Ayah, bukannya Ayah pernah bilang bahwa aku punya tunangan yang sudah dijodohkan sejak kecil? Bilang sama dia, aku akan menikah pada tanggal satu bulan depan dan masih kurang seorang pengantin pria. Tanyakan sama dia, dia mau dating nggak?" tanya Candice dengan suara tenang.Telepon di seberang hening sejenak. "Bukannya kamu mau nikah sama Terry dan lagi sibuk nyiapin pernikahan? Dia nyakitin kamu ya?""Ayah, tolong tanyakan saja!" seru Candice."Baiklah, asalkan kamu sudah mikirin matang-matang. Ayah cuma berharap kamu bahagia," jawab ayahnya dengan nada lembut.Candice mengusap sudut matanya yang memerah dan menjawab pelan, "Aku pasti akan bahagia!"Candice memang pernah mencintai Terry dengan sepenuh hati. Dia yakin bahwa pria itu adalah pasangan hidupnya yang ditakdirkan. Hari pernikahan mereka sudah ditetapkan dan dia menantikan saat menjadi seorang pengantin dengan penuh sukacita. Namun, semua harapan itu hancur berkeping-keping hanya dalam beberapa jam.Satu jam yang lalu, Cand...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments