Mencintai dalam Diam

Mencintai dalam Diam

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Oleh:   Isha  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
26Bab
5Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Tante, aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku bersedia meninggalkan Keluarga Buwono dan pergi ke luar negeri untuk tinggal bersamamu." Di ujung telepon, suara Tante terdengar sangat gembira, memberikan nasihat dengan tulus. "Baiklah, Kania, aku akan segera mengurus visamu. Mungkin butuh makan waktu sekitar satu bulan. Manfaatkan waktu ini untuk berkumpul dengan teman-teman dan rekan-rekanmu, karena setelah menetap di Zelandia, kalian mungkin akan sulit bertemu. Jadi, gunakan kesempatan ini untuk mengobrol dan berpamitan dengan baik." "Terutama dengan om kamu. Dia telah membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Kebaikan dan pengorbanannya nggak akan pernah bisa dilupakan. Kamu harus benar-benar berterima kasih padanya." Kania mengangguk pelan beberapa kali. Setelah menutup telepon, dia bangkit dan berjalan dari balkon kembali ke ruang tamu, tanpa sadar menatap foto yang terpajang di atas meja.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1

"Tante, aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku bersedia meninggalkan Keluarga Buwono dan pergi ke luar negeri untuk tinggal bersamamu."Di ujung telepon, suara Tante terdengar sangat gembira, memberikan nasihat dengan tulus."Baiklah, Kania, aku akan segera mengurus visamu. Mungkin butuh waktu sekitar satu bulan. Manfaatkan waktu ini untuk berkumpul dengan teman-teman dan rekan-rekanmu, karena setelah menetap di Zelandia, kalian mungkin akan sulit bertemu. Jadi, gunakan kesempatan ini untuk mengobrol dan berpamitan dengan baik.""Terutama dengan om kamu. Dia telah membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Kebaikan dan pengorbanannya nggak akan pernah bisa dilupakan. Kamu harus benar-benar berterima kasih padanya."Kania mengangguk pelan beberapa kali.Setelah menutup telepon, dia bangkit dan berjalan dari balkon kembali ke ruang tamu, tanpa sadar menatap foto yang terpajang di atas meja.Dalam foto itu, langit sore berwarna merah, memberikan cahaya hangat pada wajah kedua orang ters...

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
26 Bab
Bab 1
"Tante, aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku bersedia meninggalkan Keluarga Buwono dan pergi ke luar negeri untuk tinggal bersamamu."Di ujung telepon, suara Tante terdengar sangat gembira, memberikan nasihat dengan tulus."Baiklah, Kania, aku akan segera mengurus visamu. Mungkin butuh waktu sekitar satu bulan. Manfaatkan waktu ini untuk berkumpul dengan teman-teman dan rekan-rekanmu, karena setelah menetap di Zelandia, kalian mungkin akan sulit bertemu. Jadi, gunakan kesempatan ini untuk mengobrol dan berpamitan dengan baik.""Terutama dengan om kamu. Dia telah membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Kebaikan dan pengorbanannya nggak akan pernah bisa dilupakan. Kamu harus benar-benar berterima kasih padanya."Kania mengangguk pelan beberapa kali.Setelah menutup telepon, dia bangkit dan berjalan dari balkon kembali ke ruang tamu, tanpa sadar menatap foto yang terpajang di atas meja.Dalam foto itu, langit sore berwarna merah, memberikan cahaya hangat pada wajah kedua orang ters
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Bab 2
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar, yang memutuskan lamunan Kania.Dia mendongak mendengar suara itu, dan tepat bertemu pandang dengan mata Sandi.Melihat Kania duduk sendiri di meja makan, Sandi langsung melihat jam di dinding, sudah pukul sebelas.Dia mengernyit sedikit, nyaris tidak terlihat, tapi tidak mengucapkan sepatah kata pun dan langsung melangkah menuju lantai atas.Tak ada sepatah pun kata sapaan dari awal hingga akhir, sikapnya dingin seperti orang asing.Hati Kania terasa pedih, tapi dia tetap tidak tahan untuk memanggilnya."Om, makan malam ...."Sandi tidak berhenti melangkah, suaranya sangat dingin."Sudah makan dengan Zita. Aku sudah bilang berkali-kali, kamu nggak perlu menungguku."Kata-katanya tertelan oleh bunyi pintu yang tertutup keras.Hati Kania ikut bergetar, matanya terasa pedih.Dulu, Sandi tidak pernah bicara padanya dengan nada seperti itu.Sandi tahu betul bahwa setelah kehilangan keluarganya, dia sangat takut sendiri, tidak suka makan send
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Bab 3
Kania jarang keluar rumah, sebagian besar waktunya dihabiskan di studio lukis.Namun, di tengah hujan deras ini, dia tetap mau keluar, itu membuat Zita penasaran."Kania, kamu 'kan nggak punya pacar, mau ke mana di cuaca buruk begini?"Kania tidak tahu bagaimana menjelaskan rencananya untuk pergi, jadi dia hanya asal menjawab, "Aku … ada keperluan yang harus diurus."Lagi pula, begitu mobil tiba di kantor visa, mereka pasti akan tahu juga.Tanpa bertanya lagi, Zita berbalik dan mengobrol dengan Sandi tentang rencana hari ini.Keduanya mengobrol dengan begitu akrab, seakan lupa kalau ada orang lain di kursi belakang.Di sela lampu merah, Zita mengeluarkan lipstiknya dan meminta Sandi membantunya merapikan riasan.Sandi tidak menolak, dia memegang wajah Zita dengan lembut dan membantunya dengan hati-hati.Melihat keduanya hampir saling menempel, Kania memalingkan wajah, menatap hujan badai di luar jendela.Saat mereka hampir sampai di tujuan, tiba-tiba Zita berkata ingin kembali ke rumah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Bab 4
Lima hari kemudian, Sandi pulang bersama Zita.Begitu masuk, pandangan Kania langsung tertarik pada kalung mencolok di leher Zita.Dia hanya melirik sebentar, lalu menurunkan pandangannya lagi.Ternyata tebakannya tidak salah, kalung itu memang untuk Zita.Lalu, apa yang ingin dikatakan Sandi waktu itu, yang akhirnya terpotong?Di depan Sandi, Zita selalu bersikap akrab pada Kania, bahkan langsung meraih tangannya."Kania, pasti kamu bosan sendirian di rumah, ya? Aku beli banyak barang. Lihat, ada nggak yang kamu suka?"Sambil berbicara, dia melepas mantelnya dan menarik Kania menuju tumpukan kotak-kotak itu.Kania menggeleng dan menolak berkali-kali, Zita menatapnya dengan kesal. Nada suaranya mengandung makna yang tidak jelas."Kenapa kamu bersikap begitu? Anggap saja ini hadiah dari calon tante untukmu, oke?"Mendengar kata "calon tante", Kania langsung menatap ke atas dan langsung melihat tanda ciuman besar di leher Zita, hatinya bergetar sedikit.Dalam foto yang dikirim Zita, ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Bab 5
Kania tidak bisa tidur dengan lelap, jadi dia segera terbangun karena suara gaduh itu.Aroma parfum yang familier dari kerah pria itu membuatnya langsung mengenali siapa dia."Om Sandi?"Kenapa Om Sandi tiba-tiba masuk dan menciumnya?Seluruh tubuhnya gemetar. Belum sempat dia bereaksi, terdengar suara serak Sandi yang bercampur dengan napas panasnya, "Zita ...."Saat itu, seluruh tubuh Kania membeku.Dan bau alkohol yang menyengat langsung membuatnya sadar akan situasi saat ini.Om Sandi mabuk dan mengira dia adalah Zita.Saat kehilangan konsentrasi sejenak, kedua tangan Sandi perlahan mulai bergerak turun.Kania langsung panik, satu tangannya menahan tangan Sandi yang bergerak di pinggangnya, sementara tangan lainnya mencoba mendorong pria itu. Suaranya terdengar cemas."Om, kamu salah orang! Aku Kania!"Sandi mungkin terlalu mabuk hingga tidak bisa memahami kata-kata itu, atau mungkin perlawanan dari Kania justru membangkitkan keinginannya untuk menguasai.Ciumannya makin ganas, bib
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Bab 6
Seseorang mengungkapkan sebuah kasus plagiarisme di internet.Dan pelaku utama kasus ini adalah dua orang yang sedang mengadakan pameran seni hari ini, yaitu Kania dan Zita.Melihat palet warna yang dibuat oleh warganet di ponselnya, dua lukisan tersebut benar-benar mirip dari konten gambar hingga komposisi warnanya.Tak lama kemudian, topik #Artis Pemula Kania Diduga Plagiat# muncul di trending topic, memicu perdebatan luas.Beberapa teman berkumpul di sekelilingnya, gelisah seperti semut di atas wajan panas, bergerak kesana kemari."Bagaimana mungkin Kania menjiplak? Seragam di lukisan itu seragam sekolah kita, apa mereka buta?""Betul, betul, gadis itu memang Kania sendiri, kami semua bisa jadi saksi!""Jelas sekali Zita yang menyontek, dan dia masih nggak merasa malu."Kania tetap berusaha tenang, dia berlari pulang untuk mengambil sketsanya dan membuktikan kebenaran.Di sepanjang perjalanan, pikirannya kacau, mengingat kembali kejadian saat dia membuat lukisan itu.Tahun itu, dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Bab 7
Panggilan pertama, Sandi tidak mengangkat.Panggilan kedua, dia tetap tidak mengangkat.Kania terus menelepon, hingga panggilan kesembilan, baru akhirnya telepon diangkat.Mendengar napas Sandi yang tenang dari ujung telepon, Kania teringat waktu SMA dulu, ketika dia difitnah menjiplak dan merasa begitu sendirian, dia juga pernah menelepon Sandi berkali-kali seperti ini.Waktu itu, Sandi hanya mengatakan satu kalimat: "Jangan takut, ada Om di sini."Namun kini, dengan tubuh gemetar, Kania bertanya, "Apakah kamu yang berikan draft lukisan itu padanya?"Tanpa ragu sedikit pun, Sandi mengakui perbuatannya."Ya, aku yang memberikannya."Dari telepon terdengar tarikan napas panjang, suaranya jelas bergetar."Kenapa kamu melakukan ini?"Setelah beberapa detik terdiam, akhirnya Sandi menjawab."Lukisan itu seharusnya nggak dipamerkan di depan umum, apalagi mengatasnamakan kamu. Apa kamu nggak tahu itu?"Ternyata dia masih takut diketahui orang.Ternyata dia masih khawatir kalau dia punya pera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Bab 8
Selesai bekerja, Kania pulang dengan tubuh yang lelah.Sandi sudah sampai di rumah lebih dulu, duduk di sofa ruang tamu. Melihat Kania kembali, dia langsung memanggilnya."Berhenti!""Kenapa kamu kerja di tempat seperti itu? Apa aku nggak memberimu uang?"Kania bersandar di pintu sambil mengganti sepatu, suaranya datar."Aku bosan di rumah, nggak ada kerjaan. Sekadar menambah pengalaman hidup saja."Kekesalan di wajah Sandi agak mereda, tetapi suaranya tetap dingin."Mulai sekarang, jangan pergi ke tempat seperti itu lagi."Kania memang tidak perlu pergi ke tempat itu lagi.Dia mengangguk sebagai tanda setuju, lalu menundukkan kepala, dan naik ke atas.Selama beberapa hari berikutnya, Sandi hampir tidak pulang.Namun, setiap hari Zita mengirim banyak foto padanya.Cincin, foto pra-nikah, tempat pernikahan, buket bunga, semuanya memperlihatkan kebahagiaan dan sukacita pernikahan.Kania tidak membalasnya, dia sibuk berkemas.Tiga hari menuju kepergiannya, Kania bertemu dengan Sandi yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Bab 9
Bandara Oksen menyiarkan informasi mengenai penerbangan yang baru saja tiba.Dari kejauhan, Kania sudah melihat keluarga tantenya yang melambaikan tangan penuh semangat.Dia berlari kecil menghampiri mereka, melihat tiga wajah yang tersenyum cerah, dan semua kesedihannya seketika sirna."Tante, Om! Liana!"Meskipun ini pertama kalinya Liana yang berusia sepuluh tahun bertemu dengan sepupunya, dia sudah sering mendengar ibunya menceritakan betapa baik kakak sepupunya itu. Begitu bertemu, Liana langsung berlari memeluknya."Kakak, capek nggak naik pesawat? Liana pijitin Kakak, ya!"Ayah Liana maju untuk mengambil koper Kania, sementara gadis kecil dengan tangan gemuknya mulai memijat kaki sepupunya.Melihat wajah polos dan imut sepupu kecilnya, hati Kania meleleh, langsung memeluk Liana."Kakak nggak capek, tapi Liana sudah nunggu dua jam di sini, pasti capek ya?""Mana mungkin capek nunggu Kakak! Aku paling suka sama Kakak!"Setelah berkata begitu, Liana mencium pipinya dengan cepat.Ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Bab 10
Dari dalam kamar mandi, Sandi mendengar suara keributan di luar.Begitu keluar, dia mengeringkan rambutnya, sambil bertanya dengan santai."Tadi ada telepon masuk, ya?"Wajah Zita terlihat agak cemas, lalu dia langsung membantah."Telepon penipuan, aku marahi sebentar, lalu langsung aku matikan."Sandi mengangguk dan mengambil pakaian yang ada di sofa untuk berganti pakaian.Melihat tindakannya, Zita merasa agak cemas, lalu memegang tangannya."Lusa sudah hari pernikahan kita, kamu nggak mau tetap di sini saja hari ini?"Sandi mengerutkan alis, matanya menunjukkan ketidaknyamanan, dan berkata dengan nada dingin."Dari awal aku sudah bilang, semua ini hanya akting, apa kamu nggak paham konsep pernikahan kontrak? Lepaskan!"Melihat perubahan ekspresi wajah Sandi, Zita kaget dan langsung menarik tangannya."Aku paham, maaf, S … Pak Sandi."Setelah berganti pakaian, Sandi mengambil ponselnya dan langsung keluar.Dia naik ke mobil dan menyuruh sopir untuk kembali ke rumah.Jam di tangannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status