Share

Bab 26

Penulis: Isha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-23 13:06:02
Meskipun Keluarga Kurnia bukan dari kalangan pejabat atau pedagang kaya, mereka selalu dihormati di Jintara berkat warisan budaya literatur mereka yang sudah turun-temurun.

Hingga generasi Zita, Keluarga Kurnia hanya memiliki satu anak perempuan, sehingga mereka membesarkannya dengan penuh perhatian, mencurahkan banyak sumber daya sejak kecil untuk memastikan masa depan cerah yang dapat mendukung keluarga.

Untuk itu, Keluarga Kurnia secara khusus mengundang seorang maestro seni lukis tradisional yang paling terkenal di negeri ini untuk mendidik Zita sejak kecil. Dengan reputasi sebagai murid langsung dari Pak Jayadi, Zita berhasil menciptakan nama besar di dunia seni lukis meski usianya masih muda.

Melalui Pak Jayadi pula Zita bisa mengenal Sandi.

Ketika berita pertunangan mereka menyebar, Keluarga Kurnia sangat gembira, mengira inilah kesempatan untuk mencapai puncak kesuksesan.

Namun, tidak sampai satu bulan kemudian, berita bahwa Zita diusir dari vila Keluarga Buwono menyebar luas d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mencintai dalam Diam   Bab 1

    "Tante, aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku bersedia meninggalkan Keluarga Buwono dan pergi ke luar negeri untuk tinggal bersamamu."Di ujung telepon, suara Tante terdengar sangat gembira, memberikan nasihat dengan tulus."Baiklah, Kania, aku akan segera mengurus visamu. Mungkin butuh waktu sekitar satu bulan. Manfaatkan waktu ini untuk berkumpul dengan teman-teman dan rekan-rekanmu, karena setelah menetap di Zelandia, kalian mungkin akan sulit bertemu. Jadi, gunakan kesempatan ini untuk mengobrol dan berpamitan dengan baik.""Terutama dengan om kamu. Dia telah membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Kebaikan dan pengorbanannya nggak akan pernah bisa dilupakan. Kamu harus benar-benar berterima kasih padanya."Kania mengangguk pelan beberapa kali.Setelah menutup telepon, dia bangkit dan berjalan dari balkon kembali ke ruang tamu, tanpa sadar menatap foto yang terpajang di atas meja.Dalam foto itu, langit sore berwarna merah, memberikan cahaya hangat pada wajah kedua orang ters

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Mencintai dalam Diam   Bab 2

    Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar, yang memutuskan lamunan Kania.Dia mendongak mendengar suara itu, dan tepat bertemu pandang dengan mata Sandi.Melihat Kania duduk sendiri di meja makan, Sandi langsung melihat jam di dinding, sudah pukul sebelas.Dia mengernyit sedikit, nyaris tidak terlihat, tapi tidak mengucapkan sepatah kata pun dan langsung melangkah menuju lantai atas.Tak ada sepatah pun kata sapaan dari awal hingga akhir, sikapnya dingin seperti orang asing.Hati Kania terasa pedih, tapi dia tetap tidak tahan untuk memanggilnya."Om, makan malam ...."Sandi tidak berhenti melangkah, suaranya sangat dingin."Sudah makan dengan Zita. Aku sudah bilang berkali-kali, kamu nggak perlu menungguku."Kata-katanya tertelan oleh bunyi pintu yang tertutup keras.Hati Kania ikut bergetar, matanya terasa pedih.Dulu, Sandi tidak pernah bicara padanya dengan nada seperti itu.Sandi tahu betul bahwa setelah kehilangan keluarganya, dia sangat takut sendiri, tidak suka makan send

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Mencintai dalam Diam   Bab 3

    Kania jarang keluar rumah, sebagian besar waktunya dihabiskan di studio lukis.Namun, di tengah hujan deras ini, dia tetap mau keluar, itu membuat Zita penasaran."Kania, kamu 'kan nggak punya pacar, mau ke mana di cuaca buruk begini?"Kania tidak tahu bagaimana menjelaskan rencananya untuk pergi, jadi dia hanya asal menjawab, "Aku … ada keperluan yang harus diurus."Lagi pula, begitu mobil tiba di kantor visa, mereka pasti akan tahu juga.Tanpa bertanya lagi, Zita berbalik dan mengobrol dengan Sandi tentang rencana hari ini.Keduanya mengobrol dengan begitu akrab, seakan lupa kalau ada orang lain di kursi belakang.Di sela lampu merah, Zita mengeluarkan lipstiknya dan meminta Sandi membantunya merapikan riasan.Sandi tidak menolak, dia memegang wajah Zita dengan lembut dan membantunya dengan hati-hati.Melihat keduanya hampir saling menempel, Kania memalingkan wajah, menatap hujan badai di luar jendela.Saat mereka hampir sampai di tujuan, tiba-tiba Zita berkata ingin kembali ke rumah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Mencintai dalam Diam   Bab 4

    Lima hari kemudian, Sandi pulang bersama Zita.Begitu masuk, pandangan Kania langsung tertarik pada kalung mencolok di leher Zita.Dia hanya melirik sebentar, lalu menurunkan pandangannya lagi.Ternyata tebakannya tidak salah, kalung itu memang untuk Zita.Lalu, apa yang ingin dikatakan Sandi waktu itu, yang akhirnya terpotong?Di depan Sandi, Zita selalu bersikap akrab pada Kania, bahkan langsung meraih tangannya."Kania, pasti kamu bosan sendirian di rumah, ya? Aku beli banyak barang. Lihat, ada nggak yang kamu suka?"Sambil berbicara, dia melepas mantelnya dan menarik Kania menuju tumpukan kotak-kotak itu.Kania menggeleng dan menolak berkali-kali, Zita menatapnya dengan kesal. Nada suaranya mengandung makna yang tidak jelas."Kenapa kamu bersikap begitu? Anggap saja ini hadiah dari calon tante untukmu, oke?"Mendengar kata "calon tante", Kania langsung menatap ke atas dan langsung melihat tanda ciuman besar di leher Zita, hatinya bergetar sedikit.Dalam foto yang dikirim Zita, ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Mencintai dalam Diam   Bab 5

    Kania tidak bisa tidur dengan lelap, jadi dia segera terbangun karena suara gaduh itu.Aroma parfum yang familier dari kerah pria itu membuatnya langsung mengenali siapa dia."Om Sandi?"Kenapa Om Sandi tiba-tiba masuk dan menciumnya?Seluruh tubuhnya gemetar. Belum sempat dia bereaksi, terdengar suara serak Sandi yang bercampur dengan napas panasnya, "Zita ...."Saat itu, seluruh tubuh Kania membeku.Dan bau alkohol yang menyengat langsung membuatnya sadar akan situasi saat ini.Om Sandi mabuk dan mengira dia adalah Zita.Saat kehilangan konsentrasi sejenak, kedua tangan Sandi perlahan mulai bergerak turun.Kania langsung panik, satu tangannya menahan tangan Sandi yang bergerak di pinggangnya, sementara tangan lainnya mencoba mendorong pria itu. Suaranya terdengar cemas."Om, kamu salah orang! Aku Kania!"Sandi mungkin terlalu mabuk hingga tidak bisa memahami kata-kata itu, atau mungkin perlawanan dari Kania justru membangkitkan keinginannya untuk menguasai.Ciumannya makin ganas, bib

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Mencintai dalam Diam   Bab 6

    Seseorang mengungkapkan sebuah kasus plagiarisme di internet.Dan pelaku utama kasus ini adalah dua orang yang sedang mengadakan pameran seni hari ini, yaitu Kania dan Zita.Melihat palet warna yang dibuat oleh warganet di ponselnya, dua lukisan tersebut benar-benar mirip dari konten gambar hingga komposisi warnanya.Tak lama kemudian, topik #Artis Pemula Kania Diduga Plagiat# muncul di trending topic, memicu perdebatan luas.Beberapa teman berkumpul di sekelilingnya, gelisah seperti semut di atas wajan panas, bergerak kesana kemari."Bagaimana mungkin Kania menjiplak? Seragam di lukisan itu seragam sekolah kita, apa mereka buta?""Betul, betul, gadis itu memang Kania sendiri, kami semua bisa jadi saksi!""Jelas sekali Zita yang menyontek, dan dia masih nggak merasa malu."Kania tetap berusaha tenang, dia berlari pulang untuk mengambil sketsanya dan membuktikan kebenaran.Di sepanjang perjalanan, pikirannya kacau, mengingat kembali kejadian saat dia membuat lukisan itu.Tahun itu, dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Mencintai dalam Diam   Bab 7

    Panggilan pertama, Sandi tidak mengangkat.Panggilan kedua, dia tetap tidak mengangkat.Kania terus menelepon, hingga panggilan kesembilan, baru akhirnya telepon diangkat.Mendengar napas Sandi yang tenang dari ujung telepon, Kania teringat waktu SMA dulu, ketika dia difitnah menjiplak dan merasa begitu sendirian, dia juga pernah menelepon Sandi berkali-kali seperti ini.Waktu itu, Sandi hanya mengatakan satu kalimat: "Jangan takut, ada Om di sini."Namun kini, dengan tubuh gemetar, Kania bertanya, "Apakah kamu yang berikan draft lukisan itu padanya?"Tanpa ragu sedikit pun, Sandi mengakui perbuatannya."Ya, aku yang memberikannya."Dari telepon terdengar tarikan napas panjang, suaranya jelas bergetar."Kenapa kamu melakukan ini?"Setelah beberapa detik terdiam, akhirnya Sandi menjawab."Lukisan itu seharusnya nggak dipamerkan di depan umum, apalagi mengatasnamakan kamu. Apa kamu nggak tahu itu?"Ternyata dia masih takut diketahui orang.Ternyata dia masih khawatir kalau dia punya pera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Mencintai dalam Diam   Bab 8

    Selesai bekerja, Kania pulang dengan tubuh yang lelah.Sandi sudah sampai di rumah lebih dulu, duduk di sofa ruang tamu. Melihat Kania kembali, dia langsung memanggilnya."Berhenti!""Kenapa kamu kerja di tempat seperti itu? Apa aku nggak memberimu uang?"Kania bersandar di pintu sambil mengganti sepatu, suaranya datar."Aku bosan di rumah, nggak ada kerjaan. Sekadar menambah pengalaman hidup saja."Kekesalan di wajah Sandi agak mereda, tetapi suaranya tetap dingin."Mulai sekarang, jangan pergi ke tempat seperti itu lagi."Kania memang tidak perlu pergi ke tempat itu lagi.Dia mengangguk sebagai tanda setuju, lalu menundukkan kepala, dan naik ke atas.Selama beberapa hari berikutnya, Sandi hampir tidak pulang.Namun, setiap hari Zita mengirim banyak foto padanya.Cincin, foto pra-nikah, tempat pernikahan, buket bunga, semuanya memperlihatkan kebahagiaan dan sukacita pernikahan.Kania tidak membalasnya, dia sibuk berkemas.Tiga hari menuju kepergiannya, Kania bertemu dengan Sandi yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23

Bab terbaru

  • Mencintai dalam Diam   Bab 26

    Meskipun Keluarga Kurnia bukan dari kalangan pejabat atau pedagang kaya, mereka selalu dihormati di Jintara berkat warisan budaya literatur mereka yang sudah turun-temurun.Hingga generasi Zita, Keluarga Kurnia hanya memiliki satu anak perempuan, sehingga mereka membesarkannya dengan penuh perhatian, mencurahkan banyak sumber daya sejak kecil untuk memastikan masa depan cerah yang dapat mendukung keluarga.Untuk itu, Keluarga Kurnia secara khusus mengundang seorang maestro seni lukis tradisional yang paling terkenal di negeri ini untuk mendidik Zita sejak kecil. Dengan reputasi sebagai murid langsung dari Pak Jayadi, Zita berhasil menciptakan nama besar di dunia seni lukis meski usianya masih muda.Melalui Pak Jayadi pula Zita bisa mengenal Sandi.Ketika berita pertunangan mereka menyebar, Keluarga Kurnia sangat gembira, mengira inilah kesempatan untuk mencapai puncak kesuksesan.Namun, tidak sampai satu bulan kemudian, berita bahwa Zita diusir dari vila Keluarga Buwono menyebar luas d

  • Mencintai dalam Diam   Bab 25

    Setelah upacara pembukaan selesai, Kania mengantar keluarga tantenya keluar dari kampus, lalu berbalik menuju fakultasnya.Baru saja sampai di gerbang, dia mendongak dan langsung bertemu dengan sepasang mata yang sangat tidak asing.Entah kenapa, setelah sepenuhnya melepaskan perasaan itu, setiap kali bertemu Sandi, dia selalu merasa seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah oleh orang tuanya.Rasanya persis seperti saat dia diam-diam memberikan kalung ibunya kepada temannya dan ketahuan.Apakah ini yang disebut wibawa dari seorang senior?Bertemu langsung seperti ini, dia tidak mungkin berpura-pura tidak melihatnya. Dengan gugup, dia maju untuk menyapa Sandi."Om, kenapa Om ke sini?"Melihat matanya yang menghindar, hati Sandi terasa sakit.Namun, dia menekan gejolak emosinya dan berpura-pura tenang."Aku datang untuk melihat upacara pembukaan."Kania mengangguk pelan tanpa berkata apa-apa lagi.Keduanya berjalan dalam diam, perlahan memasuki fakultas.Keheningan ini membuat Sand

  • Mencintai dalam Diam   Bab 24

    Sejak mengetahui bahwa Nona Kania bukan kabur dari rumah melainkan pindah ke luar negeri, dahi pengurus rumah selalu berkerut.Dulu, saat Nona Kania masih di sini, jika mereka melakukan kesalahan, masih ada yang membela mereka.Selama Nona Kania yang bicara, kesalahan sebesar apa pun, Sandi pasti akan memaafkannya.Karena sekarang dia tidak ada, yang menderita adalah para pelayan di bawah Sandi.Entah kenapa, Sandi belakangan ini tidak hanya murung, tetapi juga gemar mencari kesalahan.Juru masak tidak memasak bubur pagi, Sandi langsung marah besar. Juru masak yang panik hanya bisa buru-buru memasak sambil menggerutu. "Nona Kania nggak ada, Pak Sandi sendiri juga nggak suka bubur. Wajar dong, kalau nggak dimasak?"Tukang kebun memangkas dua pohon di halaman, gajinya langsung dipotong dua bulan. Tukang kebun itu berpikir keras, tetapi tidak mengerti. Bukankah dua pohon itu ditanam oleh Nona Kania, yang sebelum pergi terus berpesan agar sering dipangkas supaya bisa tumbuh tinggi? Apa yan

  • Mencintai dalam Diam   Bab 23

    Setelah tiba di Jintara, asisten yang pengunduran dirinya ditolak langsung datang menjemput Sandi dengan mobil.Setelah melewati peristiwa ini, asisten itu melihat banyak hal dengan lebih jelas. Sekarang dia bekerja dengan sungguh-sungguh, pikirannya hanya tertuju pada atasannya dan Nona yang pernah menyelamatkan nyawanya.Selama dua hari ini, ponselnya hampir tidak berhenti berdering karena masalah pernikahan yang dibatalkan. Namun, dia tetap tutup mulut, tidak mengungkapkan sepatah kata pun.Kini bosnya sudah kembali, beban dan tekanan yang dia pikul akhirnya bisa dilepaskan, membuat suasana hatinya jauh lebih baik.Satu-satunya masalah adalah suasana hati bosnya tampaknya tidak terlalu baik, sehingga dia menyampaikan laporan dengan nada yang sangat hati-hati."Pak Sandi, meskipun pernikahan telah dibatalkan, Nona Zita terus membuat keributan. Kemarin dia bahkan membawa barang-barangnya dan pindah ke vila, tinggal di kamar yang dulu dihuni oleh Nona Kania."Mendengar hal ini, Sandi l

  • Mencintai dalam Diam   Bab 22

    Kemala tidak bicara, hanya memandanginya dengan tatapan tajam.Malam musim panas yang terik membuat Sandi berkeringat dingin di bawah tatapan itu.Sandi mengira Kemala tidak mendengarnya dengan jelas, dan saat hendak bertanya lagi, Kemala akhirnya berbicara."Kania bilang hari ini hari pernikahanmu. Kenapa kamu ada di Zelandia? Pengantin pria nggak perlu menghadiri pernikahan sendiri, ya?"Nada suaranya terdengar sangat tenang, tetapi kata-katanya mengguncang hati Sandi seperti badai besar.Di bawah tekanan dan aura kuatnya, akal sehat Sandi yang sempat hilang akhirnya kembali."Pernikahan dibatalkan.""Kenapa dibatalkan? Apa karena mau menemui Kania? Apa Om Buwono tahu soal ini?"Kemala tidak memberinya kesempatan untuk bernapas sama sekali. Rentetan pertanyaan itu seperti butiran mutiara yang jatuh ke piring keramik, menimbulkan suara gemerincing.Setelah beberapa menit hening, Sandi akhirnya memaksa dirinya memberikan jawaban."Dibatalkan sebelum aku datang. Ini nggak ada hubunganny

  • Mencintai dalam Diam   Bab 21

    Setelah Kania membawa Liana pergi, Sandi duduk sendirian di ruang pribadi hingga langit gelap.Baru setelah pelayan masuk untuk membereskan meja dan dengan hormat mengatakan bahwa restoran akan tutup, dia membayar ganti rugi atas barang-barang yang rusak, lalu meninggalkan restoran itu dengan linglung.Dalam gelapnya malam, lampu jalan mulai menyala di mana-mana.Saat dia membuka ponselnya, ada lebih dari seratus panggilan tak terjawab dan 99+ pesan yang belum dibaca.Ada dari Zita, dari orang tuanya, dari teman-temannya, dan dari pembawa acara.Pembawa acara?Oh, benar. Hari ini adalah hari pernikahannya. Dia hampir lupa.Namun, ingat atau tidak, apa bedanya?Pernikahan ini pada dasarnya hanya pura-pura. Sebuah sandiwara yang diatur olehnya dan Zita untuk menghancurkan delusi Kania terhadap dirinya.Apa yang dia inginkan sudah didapatkan tanpa usaha berarti, jadi pernikahan ini tidak lagi diperlukan.Mengingat bagaimana selama dua bulan ini dia menahan rasa tidak nyaman, berpura-pura

  • Mencintai dalam Diam   Bab 20

    Apakah kakak beradik itu bertemu dengan Sandi saat keluar hari ini? Pantas saja pulangnya sampai siang begini.Tatapan Kemala tampak agak terkejut, tak bisa menahan diri untuk bertanya lebih lanjut.Liana dengan penuh semangat menceritakan semua yang terjadi pagi itu.Awalnya, saat mendengar tentang insiden jatuh ke air, Kemala merasa ngeri dan takut, penuh dengan rasa was-was.Kemudian, saat berbicara tentang makan siang, Liana tidak ingat semua detailnya, hanya memilih satu dua kalimat yang dia ingat, menekankan ekspresi Sandi saat berbicara."Waktu Om Sandi bertanya pada Kakak apa dia nggak mau bertemu dengannya lagi, Om Sandi seperti mau menangis. Lalu, dia bicara tentang beda usia sepuluh tahun, nggak ada hubungan darah, dan semacamnya. Terakhir Kakak bilang semoga Om Sandi bahagia di pernikahannya, lalu Om Sandi langsung membalikkan meja. Seram banget!"Meski ini hanya ucapan polos seorang anak, kata-kata Liana sepenuhnya menyadarkan Kemala.Sebelumnya, dia selalu merasa ada yang

  • Mencintai dalam Diam   Bab 19

    "Tapi, rasa saling benci ini sebenarnya nggak terlalu penting lagi. Lagi pula, kamu yang akan menghabiskan sisa hidup dengannya. Aku dan dia seumur hidup nggak akan pernah bertemu lagi."Setiap kata terasa seperti pisau tumpul yang mengiris di hati Sandi, membuatnya merasakan sakit hingga napasnya terasa berat.Matanya dipenuhi kesedihan yang tak berujung, suaranya mengandung rasa tidak rela yang samar-samar."Lalu aku? Apa kamu juga nggak mau bertemu lagi sama aku?""Mana mungkin?"Kalimat pertama seperti suntikan pereda nyeri, tetapi kalimat berikutnya langsung menyuntikkan racun ke dalamnya."Bagaimanapun, kamu sudah membesarkan aku. Saat tahun baru atau hari raya, ucapan hormat untuk orang yang dituakan nggak akan aku lupakan, Om."Saat mengucapkan ini, wajah Kania penuh rasa hormat.Tak peduli bagaimana Sandi mengamati atau menatapnya, dia tidak bisa lagi melihat rasa peduli ataupun suka di mata Kania.Kania telah sepenuhnya menganggap Sandi sebagai seorang sesepuh yang dihormati.

  • Mencintai dalam Diam   Bab 18

    Setelah mengganti pakaian basahnya, Kania sedang mencari alasan untuk pergi ketika tiba-tiba Liana berkata dia lapar.Sandi menggendongnya dan tanpa berkata apa-apa langsung menuju restoran.Kania hanya bisa mengikutinya dengan langkah kecil.Begitu mereka bertiga duduk, telepon Sandi langsung berdering.Dia mengambilnya, melihat sekilas, lalu langsung memutus panggilan.Dari sudut matanya, Kania melihat nama yang muncul di layar: Zita Kurnia.Saat itulah dia teringat sesuatu yang penting dan hendak bertanya, tetapi dering telepon itu kembali terdengar.Sandi langsung mengaktifkan mode pesawat.Rentetan aksinya yang begitu cepat membuat Kania terpaku melihatnya.Dua menit kemudian, ponsel Kania juga berdering, kali ini menunjukkan nomor internasional.Saat dia menekan tombol jawab, terdengar suara penuh kemarahan dan histeris dari seberang."Kania! Dasar perempuan licik dan murahan! Kamu bawa Sandi ke mana?""Dari mana kamu tahu nomor ini?"Karena duduk cukup dekat, Sandi mendengar set

DMCA.com Protection Status