Author pov Nana dengan girangnya turun dari mobil setelah Bayu memarkirkan di halaman rumah yang selama ini menjadi saksi tumbuh kembang Nana semenjak dilahirkan. Bi Ijah menuntun Nana, sedangkan babysitter dengan hati-hati menggendong Hafiz yang masih terlelap sejak di rumah. "Hore… akhirnya Nana pulang, ayo bibi, nek. " Seru Nana dengan senang lalu mengajak bi Ijah dan babysitter Hafiz mengiringinya ke teras rumah yang menyimpan banyak kenangan manis sebelum Bayu pergi dan kembali membuat kehancuran. Bayu benar-benar terpukul mengingat semua itu, karena semua adalah asal dari kesalahannya. "Hayy… sayang, apa kabar. " Ema dengan rindu memeluk Nana, karena selama ini ia lah yang merawat dan memelihara rumah mendiang Nia setelah Nana tinggal bersama Bayu. Ema sengaja meluangkan waktu datang, karena memang rumah mereka tidak jauh dari sana dan cukup dengan berjalan kaki. "Kyaa… . Bibi! " Girang Nana membalas pelukan Ema, ia tidak menyangka jika Ema akan datang dan menjadi kejutan
Bayu pov Setelah cukup puas bercengkrama bersama Ema dan Anton, akhirnya mereka memutuskan pulang, karena mereka memiliki sedikit urusan yang harus diselesaikan. Ku langkahkan kaki ini menapaki setiap jengkal rumah hingga akhirnya aku berada di dalam kamar begitu penuh dengan kenangan yang telah aku tinggalkan 4 tahun silam demi ambisi yang akhirnya menghancurkan semuanya, menghancurkan hati orang yang aku cintai, menghancurkan hati anakku dan memisahkan bayi kecil yang tidak berdosa dengan ibunya karena keegoisan ku. Aku bisa membayangkan semua di kala itu, di mana sosok cantik yang selalu menggetarkan hati ini menemani ku dalam suka maupun duka, dia menemani dari nol kehidupan kami. Tidak ada kata-kata kasar yang pernah terlontar dari bibir mungilnya, dia selalu tulus melayani dan merawat ku, di sini kami selalu bercanda gurau, mencurahkan rasa sedih dan bahagia bersama di kamar ini. Hatiku mencelos nyeri ketika mengingat semuanya, aku benar-benar ingin mengulang jika sang Pencip
Air mataku rasanya ingin merembes, saat mengingat kenangan itu, di mana kami sama-sama belia melangkah ke jenjang pernikahan bermodalkan kepercayaan dan keyakinan. Padahal saat itu aku masih kuliah. Aku tidak berani berkomentar karena lidah ini rasanya berat untuk sekedar melontarkan kata singkat. Nana kembali membuka lembaran demi lembaran berikutnya, dan di lembaran tersebut Nana tertawa melihat foto kenangan tersebut. "Kyaaa ... Nana lucu sekali saat masih bayi, lihat pa." Nana menunjuk satu foto dirinya, di mana Nia mengambil foto selfie mereka berdua saat Nana masih bayi. Ku pandangi foto Nia dan Nana karena kenangan itu sangat bahagia, lembaran lembaran foto terlewati, Nana begitu senang melihat foto-foto dirinya di masa kecil bersama sang ibu, sampai pada album foto di bagian akhir terbuka, aku tertegun saat melihat satu foto letaknya terbalik dan di sana terdapat sebuah tulisan. Kuraih foto itu dengan dada bergemuruh menahan sesak saat mulai membaca setiap bait demi bait t
Pov authorNana mendengus sebaliknya, karena Ayahnya tidak mau ke kedai ice cream favoritnya dengan berjalan kaki, tapi Ayahnya justru memilih naik mobil, padahal jarak kedai dari rumah mereka sangatlah dekat, jika di tempuh berjalan kaki hanya memerlukan waktu 15 menit. Akan tetapi Bayu menolak, ia beralasan kakinya pegal jika berjalan terlalu lama, hingga membuat Nana sedikit mengomeli ayahnya.Tapi bagi Bayu, omelan Nana seperti candaan, bahkan justru membuat dirinya tertawa mendengarnya, omelan Nana seperti hiburan yang lucu hingga mereka berdua sampai di depan kedai ice cream sederhana favorit Nana. "Ayo … Papa … Nana sudah tidak sabar." Seru Nana dengan girang lalu masuk ke dalam kedai tersebut diiringi Bayu di belakangnya. "Hati-hati sayang, jangan buru-buru. Papa khawatir kau tersandung. " Bayu mengingatkan Nana, karena gadis cantik itu dengan girang berlari-lari. "Maaf, pa. " Malu Nana. "Haii … manis mau pesan ice cream rasa apa? " Sapa seorang pelayan wanita yang bekerja
Nila mendengus kesal, karena pekerjaan dirinya selalu dipandang rendah oleh banyak orang. "Aku tahu tua bangka, kau tidak perlu mengingatkan nya, dan satu lagi meski aku pernah bekerja di clup malam tapi aku bukan seperti yang kau katakan, " balas Nila dengan kesal. "Jangan banyak bicara, sekarang keluar! " Titah pemilik kedai itu. Nila dengan lembut menggendong Nana keluar dari kedai lalu duduk di kursi panjang tidak jauh dari kedai. "Sssst, jangan menangis lagi. " Bujuk Nila agar Nana tenang. " Hiks ... Hik s... tapi mama harus berjanji. Momma jangan tinggalkan Nana lagi hiks."Nila masih bingung kenapa gadis kecil ini memanggilnya Mama sejak tadi. Terlebih lagi pria tampan yang datang bersama Nana menatapnya tanpa berkedip begitu jelas ia menyimpan banyak pertanyaan padanya. Setelah Nana lebih tenang, dengan manis ia berpangku pada Nila, bahkan Nana sama sekali tidak ingin turun dari gendongan Nila saat Bayu ingin menenangkannya. "Maaf atas sikap Nana anak saya, Oya nama saya
Pov Bayu"Maaf atas kejadian ini." Ku keluarkan beberapa lembar uang lalu memberikan pada pria gemuk pemilik kedai icecream yang sejak tadi mengoceh dan merendahkan Nila.Aku benar-benar geram mendengarnya merendahkan orang lain tanpa berpikir imbasnya, entah kenapa aku begitu kesal saat ia mengatai Nila dengan sebutan ja*ang, kata itu benar-benar tidak pantas untuk di ucapan, apa lagi di depan banyak orang. "Ini untuk ganti rugi waktu kerja Nila yang tertunda karena anak saya. "Terlihat pria gemuk itu tersenyum sinis padaku dan memandangku dari kepala sampai ujung kaki"katakan saja, pada ja*ang itu, jika besok aku tidak membutuhkan karyawan yang bisanya melayani tamu di ranjang. "Hatiku semakin panas saat mendengar pria itu kian berucap tidak sepantasnya pada Nila. "Bisakah anda berkata sedikit bersopan santun Paman, anda sadar diri anda ini sudah dewasa, sudah sepatutnya anda memberikan contoh yang baik dan berlaku sopan. " Kecam ku memberi peringatan pada pemilik kedai itu. "
(Pov author) Bayu di dalam kamar tamu, hanya mampu menangis dalam ketidak percayaannya, setelah kejadian ini dan pertemuannya dengan Nila. "Hiks … apa lagi sayang ... Ini apa lagi. Hiks ... Kenapa kau memberikan kebahagiaan seperti ini, tapi dia bukan dirimu, hiks.. Hiks... " Isak Bayu mengandu dalam pilu sembari m tangis tergugu. "Aku hanya ingin kau ... Bukan orang lain yang mirip dengan mu. Hiks … aku ingin kau sayang hanya kau. Hiks .... " Isak Bayu menangisi keadaan yang tidak ia mengerti dan keadaan yang tidak ia pahami. Bagaimana dirinya bisa bertemu dengan wanita yang benar-benar memiliki kemiripan seperti mendiang istrinya, bahkan dari sifat dan kasih sayang mereka terlihat begitu sama. "Tuhan … tolong aku, aku hanya ingin istriku. " Gumam Bayu dalam rasa resah hati dan kegundahan yang kini meliputi dirinya, setelah pertemuannya dengan Nila. *********Di tempat lain, Nila memandangi jejeran foto-foto yang tertata rapi di dinding kamar saat ia memenangkan dan menemani Nan
(Pov Bayu) Saat makan makan Nila masih berada di rumah ini, terpaksa karena Nana dan Hafiz hanya tenang bersamanya, bahkan saat Nila makan malam Hafiz meraung menangis saat di jaga boleh babysitter nya. Nana tidak ubahnya seperti Hafiz, ia selalu rewel dan sangat mudah merajuk jika tidak bersama Nila, bahkan bi Ijah yang selalu bersamanya saja, ia tolak demi bersama Nila. Aku benar-benar bingung dengan kejadian ini, kenapa anak-anakku begitu nyaman bersama Nila, meski ku akui ketelatenan Nila menjaga mereka cukup baik selain kemiripannya dengan mendiang istriku. Saat ini aku masih dilanda rasa tidak percaya, kenapa didunia ini ada wajah yang begitu sama, bahkan mereka sangat mirip dan sulit dibedakan, padahal aku tahu Nia tidak memiliki keluarga, ia dibesarkan di sebuah panti asuhan sejak kecil. "Tidak mau, Nana mau sama Mama. Titik. " Tolak Nana dengan kencang. Aku semakin pusing melihatnya karena sejak tadi Nana sangat sulit di atur dan sangat susah di tenangkan jika tidak ber