Share

Pulang

Bayu pov.

Hari berganti bulan, kesibukan ku tidak hanya bekerja di kantor. Tapi juga mengurus Nana dan Hafiz. Tapi hatiku sangat senang dengan adanya mereka, mereka meredam rasa rindu dan bersalah ku pada Nia, bahkan aku sengaja membawa semua berkas kantor ke rumah agar bisa memantau langsung tumbuh kembang mereka, aku tidak ingin kehilangan momen ini, karena hanya terjadi sekali dalam seumur hidupku, aku tidak ingin menyia nyiakan nya.

Meski terkadang aku kewalahan menjaga mereka, karena selama Hafiz pulang, bayi mungil itu selalu rewel meski seorang babysitter selalu menjaga dan bersamanya, Hafiz terkadang rewel dan tidak mau bersama pengasuhnya, terkadang aku heran dengan bayi kecil itu, ia dengan cepat tenang dan terlelap jika bersamaku dan berada di pelukan ku. Meski ini sangat merepotkan tapi aku sangat bersyukur dan sangat bahagia, bahkan aku tidak memiliki waktu untuk diriku sendiri, karena hanya mereka yang aku miliki dan hanya mereka semangat hidup ku, jika tidak ada mereka aku tidak tahu seperti apa hancurnya diri ini setelah kepergian Nia dan setelah mengetahui kegilaan yang Mona lakukan selama menikah dengan ku.

Dan selama itu pula keadaan ku berubah, aku tidak terurus karena malas untuk merawat diri, setelah selesai dengan pekerjaan kantor aku mengambil alih Hafiz dari babysitter yang menjaganya karena dia maupun bi Ijah selalu kewalahan menghadapi kerewelan si kecil menggemaskan itu. Yah … akibatnya tubuhku semakin kurus, karena selalu begadang di malam hari. Hafiz selalu terjaga setiap jam 1 malam sampai subuh bahkan sampai pagi, keadaan ku memang sangat kusut, cambang dan kumis tumbuh begitu lebat, aku memotongnya dengan asal karena selalu berkejaran dengan waktu bersama anak dan berkas kantor. Tapi aku bahagia mengerjakan semua ini, aku semakin mengerti dan bersyukur karena Allah masih memberikan satu kesempatan untuk ku menebus kesalahan pada kedua malaikat kecil ku.

Seperti siang ini, aku menina bobokan Hafiz dengan kasih sayang, agar bayi tiga bulan itu terlelap, karena selama aku di ruang kerja sejak pagi Hafiz selalu rewel dan menangis bersama babysitter nya hingga bi Ijah turun tangan, tapi tetap saja kenakalan yang dilakukan si kecil itu tidak berujung, sampai akhirnya aku menyerah lalu menenangkannya dan kini ia terlelap di dalam pelukan ku sambil menghisap susu favoritnya dari botol dot khusus bayi.

"Wahh… nak Hafiz memang pintar Tuan, dia hanya tenang saat bersama tuan tapi selalu rewel jika bersama kami, " ujar bi Ijah, karena Hafiz dengan manisnya tertidur di pelukan ku, padahal tadi ia menangis sejadi jadinya jika bersama mereka.

"Entahlah bi, aku tidak mengerti kenapa dia begitu rewel seperti itu. " Aku memandangi wajah polos Hafiz, karena ia begitu tenang di dalam pelukan ku.

"Mungkin dia m rindukan mendiang non Nia, Tuan. Maaf saya tidak bermaksud mengingatkan. Tapi bisa saja kan. "

Aku terdiam saat mendengar ucapan bi Ijah, semua itu masuk akal.

"Pa ... Nana juga bosan di rumah terus."

Aku beralih menatap Nana yang sejak tadi diam duduk di pinggiran ranjang sambil memperhatikan aku menidurkan Hafiz.

"Bosan, kenapa Nana tidak bermain saja di taman belakang sayang. Di sana banyak kupu-kupu dan ada prosotan, nama bisa bermain di sana. " Saran ku. Bi Ijah mengangguk membenarkan, karena Nana sejak tadi hanya diam tidak ingin bermain.

Nana menggeleng kecil lalu mengalihkan perhatiannya ke dinding dimana pigura sang ibu terpanjang, hatiku seketika mencelos nyeri melihatnya.

"Kenapa sayang? Apa Nana sudah bosan dengan mainan yang ada? "tanyaku kembali, dan lagi Nana menggeleng.

Aku duduk disampingnya sambil memangku Hafiz yang sudah tertidur nyenyak.

" Ada apa nak? Katakan pada papa. "Bujuku lembut, tidak biasanya Nana murung seperti ini, dia selalu setia menghibur dan selalu membuat ku tertawa.

" Nana ingin pulang, Nana rindu Mama. "

Aku termenggu, ini untuk pertama Nana mengungkapkan rasanya padaku semenjak Nia meninggalkan kami, justru dialah yang selalu menguatkanku diriku saat aku terpuruk.

Aku mencoba tersenyum, meski di dalam hati ini ingin menangis dan berteriak.

'KENAPA HARUS ANAK-ANAK KU YANG MENGALAMI HAL INI'

ingin rasanya aku melontarkan semua itu dengan sekencang kencangnya, Tapi aku sadar, semuanya percuma, waktu tidak akan berputar kembali dan aku sadar tidak akan ada satu kesempatan untukku bersamanya.

"Bi Ijah benar, mungkin anak-anak rindu. Kita pulang sekarang, tolong siapkan keperluan anak-anak, ya. "

Bi Ijah dan babysitter yang ada di sana dengan cepat mengangguk lalu menyiapkan semua perlengkapan seperti yang aku minta, aku tidak ingin menunda-nunda waktu, karena semua ini untuk kebaikan anak-anak ku. Aku akan melakukan apapun untuk mereka. Dan kebetulan besok adalah akhir pekan, aku ingin menghabiskan waktu berlibur sepuasnya dengan mereka di rumah kami.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status