Share

Kepergian Nia

Author: Fefe
last update Last Updated: 2022-05-10 08:53:23

Perth pov

Anton menatap wajah kusut ku setelah keluar dari ruang bersalin, aku bergegas pergi ke ruang tunggu karena tidak tahan dengan semua kebohongan serta kegilaan Mona. 

Aku tidak menyangka jika orang yang aku percaya selama ini ternyata tega melakukan itu pada anak-anak kami. 

"Bay, kau baik-baik saja, kan? " Tegur Anton khawatir, sembari memandangi seperti apa wajahku kini. 

Karena memang mata ku bengkak akibat banyak menangis dan keadaan ku sangat shock.

Kududkan diriku dengan kasar di samping Anton sembari membuang nafas dengan kasar. Karena pikiranku selalu tertuju pada Mona setelah semuanya terungkap. 

"Emm, aku baik-baik saja, an, " jawab ku, masih tidak habis pikir. Bagaimana bisa Mona yang selalu aku anggap wanita sempurna kini justru menguak semua kesalahannya sendiri. 

"Tuan Bayu! " reru seorang suster sesaat keluar dari ruang operasi. 

Aku dan Anton sontak berdiri lalu bersama-sama menghampiri suster tersebut. 

"Ya, suster." Aku begitu gugup, karena wajah Suster itu terlihat sangat cemas.

"Tuan diminta Nona Nia menemuinya di dalam. " 

Tanpa berfikir panjang, aku bergegas masuk kedalam ruangan serba putih itu meninggalkan Anton yang tengah menunggu cemas.

Kegelisahan seketika memenuhi relung hatiku, saat melihat aktivitas para dokter di sana, mereka begitu tegang saat menangani Nia, aku mendekat dimana Nia tengah terbaring lemas sembari mendekap bayi kecil di dadanya. 

Kaki ku seketika lemas saat melihat wajah pucat Nia, aku tidak mengerti apa yang terjadi. Yang jelas kini keadaannya benar-benar tidak baik dan aku sangat khawatir. Karena di sana beberapa kantung darah kosong telah teronggok begitu saja, menandakan jika perjuangan para dokter telah semaksimal mungkin melakukan operasi, tapi sayang semuanya tidak membuahkan hasil. Keadaan Nia semakin memburuk. 

"Mas …." Aku bisa mendengar panggilan seraknya, setelah diri ini berdiri di sampingnya dengan derai air mata penyesalan yang tiada henti. 

"Tuhan sayang, kenapa kamu melakukan ini, kenapa? Apa ini caramu menghukum segala perbuatan jahat ku padamu sayang, ini caramu menghukum semua kesalahan yang pernah aku lakukan dengan meninggalkan aku. "Racauku dengan suara gemetar. 

Ku raih tangannya lalu ku genggam dengan erat dalam rasa bersalah ku, Tuhan begitu sesak dada ini. Batinku bermonolog pilu. 

Nia terlihat menggeleng lemah sembari menatap ku dengan lesu. Hatiku benar-benar hancur melihatnya. 

Andai aku bisa mengulang semuanya aku ingin memutar kembali waktu di mana aku akan berangkat ke cinta dan aku akan membatalkan keberangkatan itu lalu memilih tetap bersama Nia dan Nana. 

Sayang semuanya telah terjadi, ibarat kata, nasi telah menjadi bubur. 

Hatiku mencelos pedih saat melihat keadaan Nia kini. 

"Hiks ... Aku mohon sayang, maafkan aku atas segala yang aku lakukan. Maaf … maaf … maaf." Isakku histeris tidak terkendali. Aku tahu semuanya telah terlambat untuk mengungkapkan rasa sesal ini dan aku sangat merasakan sala dan keputusasaan.. 

"Aku tidak pernah menyalahkan mu, mas. Mungkin memang semuanya harus seperti ini dari awal. "

 Rasanya aku ingin mengutuk diriku sendiri saat mengingat semua pengkhianatan yang aku lakukan serta kesalahan yang kuperbuat, terlebih kini keadaan Nia sangat lemah.

melihat Pete semakin lemah. 

Tangannya ada di genggaman tanganku gemetar saat kondisinya semakin parah. 

Tuhan, berikan satu kesempatan saja untukku. Aku berjanji aku tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Batinku menghiba pada sang khaliq. 

"Hiks … hiks ... Aku mohon jangan, jangan seperti ini, jangan tinggalkan aku. Aku mohon sayang. Aku mencintaimu … Aku sangat sangat mencintaimu, hiks ... Aku mohon ... "Racauku ketakutan dalam permohonan, aku tahu semua ini tiada berguna lagi, karena dokter dokter yang ada di sana menghentikan aktivitas mereka setelah menutup luka cesar Nia. 

Nia dengan sekuat tenaga membalas genggaman tangan ini sembari mengulas senyum yang begitu manis.

Ini ketakutan pertama yang aku hadapi di dalam hidup ini saat melihatnya tengah sekarat. 

Nafasnya tersenggal dan sudut matanya meleleh cairan bening seakan-akan ini menandakan akhir dari segalanya. 

Tuhan, tolong aku. Tolong kembalikan dia, buat dia seperti sediakala. Pintaku dalam do'a yang tidak mungkin terjadi. 

"Tolong jaga Nana dan Hafiz."

Aku tidak bisa mengendalikannya diri ini, saat mendengar permintaan terakhir Nia, bahkan suaranya hampir tidak terdengar saat mengutarakan permintaannya. 

Tuhan, sesakit inikah saat kita ditinggalkan orang seseorang yang kita cintai untuk selamanya. 

"Hiks … Aku mohon sayang, hiks … kali ini aku yang meminta satu kesempatan pada mu. Izinkan aku membalas kesalahan ku padamu. Hukumlah aku semaumu asal jangan tinggalkan aku. "

Aku meracau seperti orang gila, saat melihat iris Nia perlahan-lahan kosong, di sana tidak lagi terlihat Adan kehidupan. 

Dokter yang ada di sana hanya bisa menatap lesu, karena Nia tidak lagi bergerak, bahkan ia tidak lagi menarik nafas. 

"Dok, tolong … lakukan sesuatu dok, tolong istriku. " Aku semakin histeris, karena mereka hanya menonton kekalutan ku tanpa melakukan sesuatu. 

"Maaf Tuan, Nyonya Nia telah pergi, kami sudah melakukan pertolongan semaksimalnya mungkin, tapi ternyata Allah memiliki cara lain, Nyonya Nia lebih di sayang itu sebabnya beliau pergi."jelas salah satu dokter menenangkan kegusaran ku, 

" Tapi, seharusnya kalian melakukan sesuatu padanya! "Bentakku kesal, sembari menggenggam tangan Nia dengan erat. 

" Semua prosedur telah kami lakukan, karena semua ini memang keinginan nyonya Nia, mengingat usia kehamilan almarhum baru menginjak usia 8 bulan, itu sebabnya kami tidak bisa berjanji untuk menyelamatkan keduanya. Dan semua ini sudah di setujui serta pilihan nyonya Nia sebelum operasi ini di lakukan. "

Duniaku runtuh, tidak ada harapan dan kesempatan untuk bersamanya. 

Tuhan, aku tidak sanggup menahan kesakitan ini, kenapa aku tidak mengetahuinya sejak awal Tuhan. Batinku berucap dalam sesal yang tidak bertepi. 

Dan kini, aku baru menyadari, cinta yang aku anggap hilang darinya ternyata masih tersimpan rapi di dalam hati ini, bahkan kini cinta itu semakin besar padanya setelah semua ini terjadi. 

Sungguh aku ingin marah pada sang Pencipta, aku ingin berontak, kenapa harus mengambilnya. Akan tetapi semuanya tiada guna karena semua ini adalah suratan takdir yang harus aku jalani. 

"Cukup, bay, Nia sudah tenang. Biarkan dia beristirahat. " Anton mengusap pundakku, karena jenazah Nia telah ditutupi kain putih dan bayi kecil yang sempat berada di dekapannya kini telah berpindah ke dalam tabung inkubator. 

"Hiks … dia meninggalkan aku, dia menghukumku dengan caranya, An. Hiks ... Hiks ... Hiks ... Kenapa dia tidak memberikan satu kesempatan untukku menebus semuanya, hiks ... Hiks ... Kenapa? "Racauku pada Anton. 

Aku benar-benar putus asa dengan semua ini, aku belum sempat meminta maaf, aku belum sempat menebus semua kesalahanku padanya. 

" Kau harus kuat, karena disini tidak hanya dirimu yang kehilangan, Bay. Tapi juga ada Nana dan Hafis yang masih kecil. Sadarlah mereka juga membutuhkanmu. "

Aku terdiam, tangisan yang melandaku seketika mereda saat aku mengingat jika ada dua malaikat yang kini juga ditinggalkan akibat keegoisan ku. 

Tuhan, akankah dosa ku ini bisa terampuni, aku telah merenggut kehidupan istriku dan kasih sayang seorang ibu untuk anak-anakku, hanya demi ego dan syahwat serta gengsi. 

"Tabahkan dirimu, kau harus bisa menghadapi semua ini. " 

Aku hanya diam sembari mengiringi langkah Anton, karena jenazah Nia harus segera di mandikan dan di solatkan. 

Related chapters

  • Menjadi Pembantu Maduku   Keterpurukan Bayu

    Author pov. Nana sangat bahagia selama beberapa hari tinggal bersama sang ayah, karena ini yang Nana inginkan, kasih sayang dan perhatian sang ayah padanya, meski sosok sang ayah tidak bisa menggantikan posisi sang ibu, tapi Nana cukup senang setidaknya ia bisa sedikit melupakan rasa dukanya setelah kepergian ibunya. Seperti hari ini Bayu menghabiskan waktu bersama Nana, karena dengan seperti itu ia bisa menepis sedikit rasa rindunya pada sang istri dengan memandangi wajah nana. "Papa, kenapa menatap Nana seperti itu, Nana malu tahu." Cicit nana menutupi wajahnya saat Perth terus menerus memandangnya. "Kenapa, emm ..., papa sangat suka melihat wajah Nana. Karena sangat mirip seperti Mama. "Ungkap Bayu mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya selama beberapa hari ini bersama Nana. Nana membuka tutupan tangannya dari wajahnya. "Emm, Bibi dan paman juga selalu mengatakan itu. Nana begitu mirip seperti Mama. " Bayu tersenyum, sembari membelai pipi Nana sayang. Karena seti

    Last Updated : 2022-05-11
  • Menjadi Pembantu Maduku   Ketegaran Nana

    Autor pov. Setelah semua selesai, para dokter dan perawat mendorong keluar ranjang di mana jasad Nia terbaring, mereka akan segera memandikan dan mempersiapkan semuanya agar pemakaman segera dilakukan hari ini juga. "Tunggu suster! " Cegat Ema, sembari menggandeng Nana menghampiri ranjang di mana Nia berada. "Tolong jangan terlalu lama, nyonya. Kami harus segera memandikan mengkafankan dan menyolatkan beliau sebelum ke pemakaman. "tutur salah seorang perawat. " Baik sus. "Singkat Ema lalu membuka penutup wajah Nia. Hanya sekejap, Ema berlalu dengan tangis histeris, karena ia tidak kuasa memandang lama wajah damai Nia yang kini telah terbujur kaku. " Pa, Nana ingin melihat Mama untuk yang terakhir kalinya. "Pinta Nana, agar Bayu menggendongnya. Bayu dengan sekuat tenaga menahan diri agar tidak menangis saat berdiri di samping ranjang di mana Nia terbaring. Nana menatap wajah teduh sang Ibu dengan tabah, bahkan sudut bibir mungilnya melengkung dengan cantik saat memandangi

    Last Updated : 2022-05-12
  • Menjadi Pembantu Maduku   Nana begitu tegar

    "PAPA … PAPA … MAMA MANA, NANA INGIN BERTEMU MAMA …." Teriak Nana, saat aku dan Anton keluar dari ruang operasi, karena Nia harus segera dimakamkan. Anton disampingku hanya bisa bergeming untuk menjawab pertanyaan dan permintaan sederhana Nana. Disini pertahanan iman ku benar-benar runtuh saat melihat air mata tidak berdosa Nana, gadis sekecil dia telah kehilangan sosok seorang ibu hebat hanya karena diriini. Rasa sesal di hatiku kian menggila hingga dada ini sesak, nafasku tidur teratur jika harus membayangkan bagaimana anak-anakku kelak, bagaimana jika mereka merindukan ibunya, aku tidak kuat, rasanya aku ingin menyusul Nia. "Papa, Mama mana?" Nana mengulang pertanyaannya lagi. Ema yang mendampingi Nana mengusap lembut rambut panjangnya agar ia tenang dan tidak menangis histeris. "Apa yang terjadi, Mas?"tanya Ema dengan penasaran sembari mempertahankan wajah kami berdua. "Dan kau? Apa yang kau lakukan di sini? Tidak cukupkan kau menghina Nia kemarin dan kini kau ingin mend

    Last Updated : 2022-05-13
  • Menjadi Pembantu Maduku   Di rumah

    Bayu pov Setelah merasa lebih baik, ku lirik arloji yang terpasang di tangan ini lalu menghempaskan nafas dalam, karena hari ini adalah jadwal Mona pulang setelah satu minggu di rawat setelah pasca persalinan, dan sejauh ini aku belum jika Nana tinggal di rumah ini bersamaku, aku tahu ini akan menjadi masalah jika Mona pulang, dia pasti akan menentang dan akan marah besar. Tapi aku tidak memiliki cara lain karena Nana adalah tanggung jawabku dan lagi aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. "Sayang! " Panggil ku pada Nana yang masih tiduran. "Apa pa! " "Papa mau pergi, Apa Nana mau ikut." Tawar ku lembut, sembari menarik Nana agar berpangku padaku. Beginilah rutinitas kami setiap hari,setelah aku pulang dari kantor,aku sengaja menghabiskan waktu bersama Nana dan menemaninya. Aku sengaja melakukan semua ini untuk menebus rasa sesal dan bersalah di hati ini. "Ikut kemana, pa. Memangnya Papa mau kemana? " "Menjemput mama, Mona. " Wajah Nana seketika berubah setelah menden

    Last Updated : 2022-05-14
  • Menjadi Pembantu Maduku   Kemarahan Mona

    Pov Bayu. Hanya berselang satu jam aku kembali dari rumah sakit bersama Mona istriku. Nana yang mendengar mobil ku memasuki halaman rumah bergegas ke teras menyambut kedatangan kami. Begitu jelas terlihat perubahan wajah melihat Nana yang tengah berdiri di teras, ia bergegas turun dengan nafas memburu. "MAS! KENAPA ANAK JANDA ITU ADA DI SINI!! " tunjuk Mona dengan emosi menggebu-gebu, bahkan ia berucap dengan teriakan, Nana yang mendapatkan kemarahan dengan cepat bersembunyi di belakangku setelah aku bergegas menyusul turun. "HEY! APA YANG KAU LAKUKAN ANAK JANDA BODOH! MENYINGKIR DARI SUAMIKU SIAL!" Marah Mona sembari mengumpati Nana dengan kata-kata kasar. Setiap mendengar cercaan Mona kesabaran ku seketika hilang, karena sikapnya benar-benar tidak dewasa bahkan cenderung seperti anak-anak. "Hentikan, Mona. Kau bisa tidak sehari saja bersikap waras dan wajar. " Kesal ku menekan meski tanpa berteriak, ku utarakan uneg-uneg yang ada di hati ini, karena sikap Mona semakin ane

    Last Updated : 2022-05-15
  • Menjadi Pembantu Maduku   Kemarahan Mona 2

    Bayu pov. Hari berganti minggu, selama itu pula aku dan Mona selalu berselisih paham karena keberadaan Nana di sana. Teriak dan cercaan selalu lolos dari bibir Mona setiap aku menolak permintaannya saat ingin mengusir Nana. Semua itu tidak akan pernah terjadi dan aku tidak akan pernah mengabulkannya. Hingga suatu hari Nana tidak tahan dan minta pulang ke rumah Ema. Hatiku benar-benar sakit, karena Nana selalu memohon agar dirinya diantarkan pulang supaya mereka tidak terus menerus bertengkar. Meski seperti itu, aku selalu mencoba membujuk dan mengertikan keadaan ini, karena aku tidak ingin berpisah dengannya, apapun yang terjadi. Itu sebabnya selama Nana tinggal di rumah ini aku sengaja tidur bersamanya, agar Mona tidak berbuat ulah apa lagi mengganggu Nana. " Nana, siap! " Seru ku sembari menggendong Nana menuju ke halaman di mana mobil ku terparkir. "Siap Pa .... Nana sudah tidak sabar ingin bertemu dengan adik Hafiz," balas Nana penuh semangat. Karena hari ini, Hafiz suda

    Last Updated : 2022-05-19
  • Menjadi Pembantu Maduku   Jatuhnya talak tiga

    Tuhan … Malangnya nasib mereka, karena memiliki Ibu tiri tempramental seperti Mona, kembali rasa sesal menyelimuti hatiku, andai tidak ada pengkhianatan mungkin saat ini aku dan anak-anakku pasti hidup bahagia bersama Nia. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Apa yang sudah ku tabur itulah yang akan aku tuai, dan inilah karmanya. "Cukup, Mona! Bisakah sedikit saja kau curahkan rasa kasihan ku terhadap mereka, bukan kah aku sudah menceritakan semuanya padamu, tolong mengertilah Mona. Cukup jangan berkata yang tidak-tidak pada almarhum Nia, bagaimanapun juga dia adalah istriku." Mona hanya tersenyum mencibir, karena memang aku telah menceritakan kebenaran jika Nia telah meninggal, aku hanya ingin Mona bisa memperlakukan kedua anak-anakku dengan baik seperti anaknya sendiri. "JANGAN PERNAH BERMIMPI! SEKALI TIDAK YA TETAP TIDAK! AKU TIDAK AKAN PERNAH MENGANGGAP MEREKA KELUARGA APALAGI ANAKKU! SAMPAI KAPANPUN ITU TIDAK AKAN PERNAH TERJADI! SEKARANG USIR MEREKA! AKU TIDAK

    Last Updated : 2022-05-22
  • Menjadi Pembantu Maduku   Pulang

    Bayu pov. Hari berganti bulan, kesibukan ku tidak hanya bekerja di kantor. Tapi juga mengurus Nana dan Hafiz. Tapi hatiku sangat senang dengan adanya mereka, mereka meredam rasa rindu dan bersalah ku pada Nia, bahkan aku sengaja membawa semua berkas kantor ke rumah agar bisa memantau langsung tumbuh kembang mereka, aku tidak ingin kehilangan momen ini, karena hanya terjadi sekali dalam seumur hidupku, aku tidak ingin menyia nyiakan nya. Meski terkadang aku kewalahan menjaga mereka, karena selama Hafiz pulang, bayi mungil itu selalu rewel meski seorang babysitter selalu menjaga dan bersamanya, Hafiz terkadang rewel dan tidak mau bersama pengasuhnya, terkadang aku heran dengan bayi kecil itu, ia dengan cepat tenang dan terlelap jika bersamaku dan berada di pelukan ku. Meski ini sangat merepotkan tapi aku sangat bersyukur dan sangat bahagia, bahkan aku tidak memiliki waktu untuk diriku sendiri, karena hanya mereka yang aku miliki dan hanya mereka semangat hidup ku, jika tidak ada mereka

    Last Updated : 2022-05-25

Latest chapter

  • Menjadi Pembantu Maduku   Tentang Nila

    Nila pov) Cukup lama aku aku mencoba memejamkan mata, tapi mata ini enggan untuk terlelap, jangankan untuk terlelap, rasa kantuk pun enggan hinggap padahal jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, tapi mata ini tetap tidak mau terpejam dan tidur setelah kejadian tadi. Aahh… dia memang selalu membuat ku ingin gila. Batin ku bersua jika mengingat semua kejadian demi kejadian bersangkutan dengannya. Kriit!Pintu terbuka, orang yang aku pikirkan sejak tadi kini masuk dan menghampiri ku. "Kenapa kau tidak tidur? " tegurnya basa basi. Ku tatap mata hitamnya dengan lekat, apa dia tidak sedang mengigau? Kenapa malam-malam seperti ini kemari. "Kau sendiri? Kenapa kesini? " balas ku cuek, aku sengaja bersikap seperti ini karena aku tidak ingin dia menganggapku mudah terpengaruh, mengingat dia tahu siapa aku ini, dan aku juga memang ingin berubah menjadi yang lebih baik demi ibuku. "Apa salahnya? " balasannya merasa tidak bersalah. "Bay, apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan? " tany

  • Menjadi Pembantu Maduku   Rasa yang sama

    (Pov Bayu) Aku semakin merasa serbasalah, karena setelah kejadian tadi siang, Nila tidak bertegur sapa dengan ku, jangankan bertegur sapa, saat makan malam bersama Nila tidak adanya percakapan di antara mereka begitu juga Nana, gadisku seolah-olah sengaja mendiamkan aku setelah kejadian tadi. Setelah makan malam mereka berdua berlalu begitu saja kembali ke kamar, aku semakin bingung harus melakukan apa, karena aku tahu semua ini adalah kesalahan ku, semua berawal dari diriku. Andaikan aku tidak membawa masuk Mona ke dalam keluarga ini, semuanya tidak akan pernah terjadi. "Hahhh…." Kuhela nafas dalam sembari menatap langit langit ruang makan setelah aku sendirian di sini. "Lebih baik, bapak susul nak Nila. "Aku menoleh di mana bi Ijah berdiri di sampingku, karena ia tengah membereskan makan malam yang sudah usai. "Saya takut bi, " lirih ku jujur, karena aku memang sedikit takut saat melihat reaksi Nila saat membalas perlakuan Mona. "Saya yakin Tuan, nak Nila tidak seperti itu, d

  • Menjadi Pembantu Maduku   Nila murka, Mona merana

    Hari semakin sore, Nana mulai merasa jenuh di kamar, karena ia hanya menghabiskan waktu untuk menggambar dan belajar bersama Nila. "Ma… Nana bosan. "Nila yang tengah mengganti pokok Hafiz menatap wajah memelas Nana lalu tersenyum gemas. "Oooh… bosan? "Nana mengangguk membenarkan lalu menutup buku gambarnya. "Baiklah, sekarang Nana turun ke bawah saja, ya. Nanti Mama susul, adik Hafiz lapar, setelah urusan Mama selesai, Mama akan susul Nana di bawah. "Nana mengangguk lalu dengan senang memungut satu boneka kesayangannya dan membawanya lebih dulu ke lantai bawah. Dengan langkah riang Nana menuruni tangga, sembari bernyanyi-nyanyi, karena memang jam seperti ini semua pembantu yang bekerja di rumah itu sedang sibuk melakukan tugas mereka, Nana melangkah dengan hati-hati hingga ia sampai di lantai bawah dan disana tatapannya tidak sengaja tertuju pada seorang wanita yang selama ini pergi dari rumah, wanita itu kini tengah menyeret koper besar di tangannya dengan omelan dan ocehan se

  • Menjadi Pembantu Maduku   Candaan membawa kebahagiaan

    Suara riuh di ruang makan pasti terjadi di pagi hari, saat Nana menolak babysitter menyuapi nya sarapan, karena Nana hanya ingin makan satupun sarapan bersama Nila, wanita yang mirip dengan ibunya. Tapi karena kesibukan Nila mengurus Hafiz, dengan terpaksa ia mengabaikan Nana terlebih dahulu, karena Hafiz pagi ini juga tidak mau bersama babysitter. "Bersama, nenek saja, ya. Bukan kah Nana harus segera ke sekolah. " Bujuk bi Ijah mengambil alih piring sarapan Nana dari babysitter. "Tidak mau, Nana maunya sama, mama… . "Rengek Nana memalas,karena Nila masih di kamar belum bergabung dengan mereka di meja makan sarapan. " Tapi, sayang. Mama sedang menjaga adik Hafiz, Nana sama nenek dulu, ya. "Nana menggeleng cepat menolak, bi Ijah menghela nafas dalam karena selama ini memang Nana dan Hafiz sangat sulit dikendalikan jika tidak bersama Nila. "Pokoknya, Nana mau mama, Nana mau makan bersama Mama saja, titik. " Sentak Nana sembari menghentakkan kakinya ke lantai. Bayu yang baru bergab

  • Menjadi Pembantu Maduku   Mimpi

    Sementara di kamar lain Bayu menangis sejadi-jadinya saat ingatannya terus tertuju pada Nia, karena rasa bersalah dan sesal semakin bertambah setelah kejadian tadi, ia kembali melakukan pengkhianatan untuk kesekian kalinya pada Nia istrinya, padahal Bayu telah berjanji pada dirinya sendiri, ia akan berubah dan memulainya dari awal agar menjadi diri dan pribadi yang lebih baik lagi untuk anak-anak mereka, meski sosok yang harus dirinya perjuangkan tidak lagi bersamanya, tapi Bayu sudah bertekad untuk terus menembus semua dengan caranya selalu setia pada Nia. Akan tetapi malam ini ia kembali mengulang kesalahan yang sama, kesalahan yang seharusnya tidak ia lakukan, yang lebih parahnya lagi dirinya tidak bisa membedakan Nia dan orang lain. "Hiks… Maaf sayang, hiks... Maafkan aku. Hiks... " Isak Bayu dalam penyesalan terdalamnya sembari meringkuk di atas tempat tidur. "Aku, hiks… tidak mengerti, hiks… apa yang sebenarnya terjadi. Hiks... Dan rencana apa ini, hiks... Kenapa dia begitu mi

  • Menjadi Pembantu Maduku   Perasaan Nila

    Minggu-minggu berganti begitu cepat, Nila sangat menikmati hari-harinya setelah bekerja menjadi babysitter Nana dan Hafiz, bahkan ia selalu sukses menggoda Bayu saat mereka sedang berdua, meski sejujurnya Nila melakukan semua itu tidak lebih agar bisa membuat perasaan bersalah Bayu sedikit berkurang, karena dari iris mata duda tampan itu setiap memandangnya menyiratkan penyesalan yang mendalam dan kesedihan. Itu sebabnya Nila selalu melancarkan aksinya menggoda majikannya itu, meski ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, jika dirinya cukup tertarik dengan duda beranak dua itu.Akan tetapi Nila memiliki batasan, dirinya sadar jika semua itu tabu untuknya terus melangkah, itu sebabnya Nila memilih menikmati keadaan yang tercipta setiap kali ia menggoda Bayu. Seperti malam ini, Bayu menemani Nana sebentar di kamar mereka, karena Nila tengah menyusui Hafiz, Bayu tidak ingin membuat membuat Nila kelelahan menjaga kedua anaknya, itu sebabnya ia turun tangan langsung mengurus Nana sa

  • Menjadi Pembantu Maduku   menjalani

    ( Pov author) Nila melahap makan siangnya dengan terburu-buru, karena Hafiz begitu rewel dan selalu menangis jika tidak berada di pelukannya. " Pelan-pelan nak Nila. "Tegur bisa Ijah agar Nila tidak makan dengan tergesa-gesa. Nila sesekali melirik Hafiz yang tengah menangis di dalam gendongan babysitter yang sudah 3 bulan bekerja, tapi tetap saja bayi mungil itu tidak tenang dan tidak bisa di bujuk. " Tuhan, apa Hafiz selalu seperti ini bibi? "Nila dengan terburu-buru menelan nasinya setelah bertanya. " Yah, tapi setelah kau datang. Hafiz semakin menjadi. "Keluh Ijah jujur, karena setelah kedatangan Nila kemarin, kedua anak yang selama ini mereka rawat hanya tenang saat bersama Nila. " Tapi kenapa bibi? "Heran Nila. Bisa Ijah menghela nafas dalam sembari menatap Nila " Mungkin karena wajahmu begitu mirip dengan mama mereka. "Ijah tidak memungkiri jika Nila benar-benar mirip dengan Nia, mendiang ibu Nana dan Hafiz. "Ooohh Tuhan anak ini." Keluh babysitter kelelahan lalu duduk b

  • Menjadi Pembantu Maduku   Ungkapan Nila

    Bayu membuka pintu kamar kedua anaknya tanpa permisi, hingga dirinya sendiri terkejut begitu juga dengan Nila, karena Nila baru saja keluar dari kamar mandi, bahkan ia hanya menggunakan handuk sebagai penutup tubuhnya. "Bisa kah kau masuk mengetuk pintu dulu. " Ketus Nila, meski ia sudah terbiasa berdekatan desa laki-laki tidak ia kenal, tapi jika harus dikagetkan seperti ini ia merasa tidak nyaman. Bayu menelan salivanya berat, saat tatapannya tidak sengaja berserobok dengan Nila, karena pagi ini wanita yang mirip dengan istrinya itu sangat berbeda dan sangat cantik. "Errr… i_itu_ ma_af Nila, saya hanya ingin memastikan keadaanmu. Ap_apa kamu baik-baik saja?"Nila menaikan satu alisnya heran, karena Bayu terlihat gugup dan berbicara tergagap-gagap. "Aku baik-baik saja kan pak tampan? Kau terlihat tidak sehat, ada apa? " Penasaran Nila sembari berjalan mendekati Bayu, karena hanya diam tidak bisa bergerak, ia seperti terhipnotis saat menatapnya. "Ba_baguslah, saya lega mendengarn

  • Menjadi Pembantu Maduku   Nana cemberut

    Nana duduk cantik di samping Bayu yang tengah menyantap sarapannya. Bayu sesekali melirik wajah polos Nana, karena gadis kecil itu seperti tengah memikirkan sesuatu. "Ada apa sayang? " Penasaran Bayu, Nana menatapnya sekilas lalu menggeleng kecil. "Nana yakin? " Ulang Bayu. Nana dengan cepat mengangguk menyakinkan meski kejadian tadi benar-benar membuat dirinya terkejut. "Baiklah." Menyerah Bayu lalu kembali melanjutkan sarapannya, sembari sesekali menatap keseriusan Nana saat sarapan, karena wajah polosnya terlihat sangat menggemaskan saat berpikir. "Nana harus ingat, ya. Saat pulang Nana harus menunggu jemputan dari rumah, jangan pergi kemana-mana atau pulang bersama orang lain apalagi yang tidak dikenal, sayang. " Nana menatap wajah serius sang ayah, karena selama tinggal bersama sang ayah begitu protektif padanya, bahkan ia sudah sangat hafal dengan kalimat tersebut, karena setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah Bayu selalu mengingatkan dirinya akan hal itu. "Oya, dan satu

DMCA.com Protection Status