Share

Kemarahan Mona 2

Bayu pov.

Hari berganti minggu, selama itu pula aku dan Mona selalu berselisih paham karena keberadaan Nana di sana. Teriak dan cercaan selalu lolos dari bibir Mona setiap aku menolak permintaannya saat ingin mengusir Nana. Semua itu tidak akan pernah terjadi dan aku tidak akan pernah mengabulkannya. 

Hingga suatu hari Nana tidak tahan dan minta pulang ke rumah Ema. Hatiku benar-benar sakit, karena Nana selalu memohon agar dirinya diantarkan pulang supaya mereka tidak terus menerus bertengkar. 

Meski seperti itu, aku selalu mencoba membujuk dan mengertikan keadaan ini, karena aku tidak ingin berpisah dengannya, apapun yang terjadi. Itu sebabnya selama Nana tinggal di rumah ini aku sengaja tidur bersamanya, agar Mona tidak berbuat ulah apa lagi mengganggu Nana. 

" Nana, siap! " Seru ku sembari menggendong Nana menuju ke halaman di mana mobil ku terparkir. 

"Siap Pa .... Nana sudah tidak sabar ingin bertemu dengan adik Hafiz," balas Nana penuh semangat. 

Karena hari ini, Hafiz sudah diperbolehkan pulang oleh pihak dokter spesialis anak yang selalu menanganinya selama di rumah sakit, setelah beberapa bulan Hafiz menjalani perawatan intensif akibat kelahiran prematur nya. 

"Ok …. Sekarang kita, let's Go .... "Ku gendong Nana menjadi tengkurap seolah-olah ia tengah bertenang, aku sengaja memberikan hiburan agar Nana tidak bersedih dengan keadaan yang kini dilaluinya. 

Seperti inilah aktivitas ku selama ini, dan tidak jarang pula Nana selalu menguatkan diriku saat rasa sesal dan salah di dalam diri ini menyeruak. Tapi di sisi lain aku begitu menikmati kebersamaan bersama Nana, hari-hari yang kami kali begitu berwarna hingga rasa rindu pada Nia sedikit terobati dengan adanya Nana di sampingku. 

Sesampainya mereka di rumah sakit, Nana begitu senang karena saat itu juga ia bisa bertemu dengan Hafiz adiknya, bahkan pihak dokter dan perawat sudah menyiapkan semua keperluan Hafiz sebelum pulang. 

Aku benar-benar terharu dengan kebaikan mereka, karena pihak rumah sakit sudah menyiapkan seorang perawat sekaligus babysitter untuk Hafiz di rumah, aku begitu bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang baik seperti mereka. 

Tidak henti-hentinya aku mengucapkan terimakasih pada mereka yang telah menjaga dan merawat Hafiz selama di rumah sakit sebelum kami pulang. 

********

Tapi sesampainya di rumah, lagi-lagi aku dihadapkan dengan keegoisan Mona yang selalu membuat ulah dengan menolak anak-anakku dan ingin mengusir mereka dari rumah ini. 

Aku benar-benar tidak mengerti, apa yang ada di kepalanya, kenapa dia tidak pernah berpikir jika yang ia musuhi adalah anak kecil. Bukankah dia seorang wanita, seharusnya ia memiliki rasa kasih sayang pada seorang anak yang telah hidup piatu. 

"SUDAH CUKUP KAU MEMBAWA ANAKMU DARI WANITA BODOH ITU! DAN SEKARANG KAU MENAMBAHNYA LAGI! AKU MUAK MAS! AKU BENCI DENGAN ANAK-ANAK! AKU BENCI BAYI! " 

Ya Tuhan …

Apa salah dan dosaku hingga memiliki istri sepertinya, kenapa dia begitu membenci anak-anak, padahal mereka tidak bersalah apa-apa padanya. 

"Mona, aku tidak melarangmu untuk membenci mereka, itu hak dan urusan mu, tapi bisakah kau berucap sedikit lebih lembut dan menyaring setiap kata-katamu itu agar tidak melukai hati dan mental anak-anakku, kau tahu kan Nana dan Hafiz masih terlalu kecil untuk mendengarkan ocehanmu itu. "Tekan ku sembari menarik Mona agar tidak semakin membuat keributan, aku khawatir jika Hafiz terbangun dari tidurnya dan menangis di gendongan babysitter yang kini tengah mengasuhnya. 

"ITU TIDAK MUNGKIN DAN TIDAK AKAN PERNAH TERJADI! MEREKA PANTAS MENDAPATKAN KATA-KATA ITU, AKU TIDAK PEDULI SIAPA MEREKA YANG JELAS AKU INGIN MEREKA KELUAR DARI RUMAH INI! " Tukas Mona dengan berapi-api mengungkapkan kebenciannya terhadap kedua anaku. 

Tuhan … 

Malangnya nasib mereka, karena memiliki Ibu tiri tempramental seperti Mona, kembali rasa sesal menyelimuti hatiku, andai tidak ada pengkhianatan mungkin saat ini aku dan anak-anakku pasti hidup bahagia bersama Nia. 

Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Apa yang sudah ku tabur itulah yang akan aku tuai, dan inilah karmanya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status