Share

17. Cemburu

"Ya ampun, Tami. Kamu menyedihkan sekali," ucap Sekar. "Kamu membohongi semua orang soal kehamilan palsumu itu."

Khatami menoleh Sekar. Perempuan tua itu belum pulang juga. Kehadirannya di sini memang ingin mencari gara-gara.

"Terus kenapa Mama tadi diam saja? Kenapa Mama tidak memberi tahu teman-temanku kebenarannya?" Khatami menantang.

Dia melanjutkan, "Itu karena Mama takut Mas Ardhan jadi gunjingan kan? Mama khawatir rumor tersebar di perusahaan kan? Ya sudah. Diam saja kenapa! Apa Mama tidak capek nyinyir terus?"

Sekar berdecak. "Kamu itu memang paling pintar kalau mendebat Mama."

Khatami menghela napas lelah. "Mama kenapa sih tidak pulang-pulang? Mas Ardhan jadi harus mengungsikan Lova."

"Kamu berani mengusir Mama?" Sekar melotot.

Khatami tertawa. "Kenapa tidak?"

"Sudah. Sudah."

Indira, adik perempuan Ardhan datang bersama Theo dan Bella. Kedua bocah itu langsung menyerbu neneknya. Mereka mengajak Sekar melihat ikan di belakang.

"Apa kabar, Mbak Tami?" Indira menyapa ramah.

"Aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status