Share

Part 148. Ketulusan Zana

Naima berucap lembut, namun penuh penekanan. Mata perempuan cantik berjilbab marun itu menatap lekat sang Adik yang menunduk di kursi teras belakang rumahnya.

"Terima kasih, Kak. Haikal janji, Haikal akan menjaga pernikahan ini semampu dan sebisa Haikal," jawab Haikal masih dengan kepala tertunduk.

"Ya. Lain waktu, bawalah Rania ke sini."

Wajah lelaki itu semakin berbinar mendengar kalimat sang Kakak.

"Baik, Kak. Akan Haikal kabari."

Naima tersenyum lembut. Ada ketenangan di relung sana melihat wajah bahagia sang Adik.

"Jangan lupa, yakini juga Kak Farida, supaya keluarga kita kembali hangat seperti dulu lagi."

Deg!

Haikal terpaku di tempat. Jika berhubungan dengan Kakak pertamanya itu Haikal seperti mati kutu.

"Kakak masih sering menyesali keputusan sepihakmu sampai sekarang." Naima menerawang. Mengingat kembali tangis Zana di rumah sakit dulu membuat matanya berkaca-kaca. Namun seburuk apa pun ulah adiknya terdahulu, tetap saja ia menginginkan kebahagiaan menyertai adik semata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status