Share

Part 151. Khawatir

Bang Amar hendak bangkit tapi aku segera menarik tangannya. Setidaknya jika ia berbicara di sini, aku akan tahu apa yang menjadi penyebabnya emosi.

"Sudahlah, sekarang dia istriku, aku yang bertanggung jawab atasnya. Sekarang Zana tengah hamil muda, jadi tak kuperkenankan untuk membantu masalah kalian karena aku tak ingin terjadi apa-apa padanya."

Tanpa menunggu jawaban dari seberang sana, Bang Amar mematikan sambungan telpon.

Ini kali pertama aku melihat Bang Amar dengan wajah garangnya. Aku masih terdiam dengan tangan merangkul tangan kirinya. Mataku tertutup rapat. Entah mengapa, kali ini aku bahkan tak berani menatap matanya atau sekedar tersenyum padanya.

"Maaf jika kau tak suka dengan cara Abang bicara pada laki-laki itu, tapi orang seperti dia memang harus diberi tahu bagaimana caranya menjadi orang beradab." Wajahnya masih terlihat kesal.

"Maafkan Zana."

Tangan Bang Amar mengusap lembut kapalaku. Seperti tengah berusaha menenangkanku.

"Apa yang ia katakan?"

"Haikal ingi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status