Share

Part 156. Membujuk Harry

Bang Amar hanya diam, tangannya sibuk mengusap punggung hingga kepalaku. Hal yang sama yang dilakukan Nek Rahima pada Harry.

"Bunda, Harry sayang Bunda." Harry berteriak histeris, sedetik kemudian tangisnya pecah.

Tak ada, tak ada jawaban yang keluar dari bibirku, hanya air mata yang semakin deras mengalir membasahi wajahku.

Tangan mungil itu terlihat mengusap matanya, beberapa saat kemudian kembali menangis meraung, memintaku untuk bersamanya.

Berkali-kali ia memanggilku, menggapai-gapai layar ponsel yang masih di pegang Rania.

"Harry mau Bundaaaa."

Tangis Harry semakin membuat sesak dadaku. Rania menutup wajahnya dengan satu tangan, bahunya bergetar. Pun dengan Nek Rahima yang duduk di samping Harry. Berkali-kali tangan keriputnya mengusap sudut matanya dengan ujung jilbab instan yang ia kenakan.

"Sayang, tarik napas dalam, keluarkan perlahan. Tenangin dirimu! Ingat, kamu nggak boleh banyak pikiran!" Bang Amar mengingatkanku.

Aku berusaha menenangkan diri dangan melakukan ap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status