Share

Part 153. Meminta Bukti

Rania semakin tak kuasa menahan pilunya. Perempuan itu menutup rapat wajah dengan kedua tangannya. Tangisnya tak dapat ia bendung.

Ia tak menyalahkan bocah mungil itu tidak mengenalinya sebagai ibu. Semua dirinya lah penyebabnya. Dirinya yang tak mampu berdamai dengan garis takdir yang Allah tentukan untuknya.

Stelah menitipkan anak-anak pasa Rosi dan kakak-kakak yang lain, Puji berjalan cepat mendekat ke arah Rania yang berlutut di tanah dengan tangan menutupi wajah bersama isak tangis yang terdengar pilu.

"Ran! Ada apa?"

Puji menepuk lembut bahu Rania. Ia sendiri mulai paham apa yang tengah terjadi setelah melihat tiga orang yang saling berhadapan itu dari jarak jauh, hanya saja ia ingin mendengar dari bibir Rania sendiri.

Rania menggelengkan kepala. Bibirnya terasa kelu untuk menjelaskan apa yang tengah terjadi pada perempuan itu.

Nek Rahima menatap dengan tatapan tak menentu. Bingung, itu lah yang ia rasakan. 'Tak mungkin rasanya, dalam waktu beberapa bulan saja seorang anak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status