Share

Part 150. Ketegasan Amar

Usai melaksanakan salat Isya kami pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan aku banyak diam. Aroma makanan di sepanjang jalan membuat keringat dingin sebesar biji jagung keluar di dahiku. Badan terasa meriang, sangat tak nyaman.

Setelah mengetahui bahwa aku tengah berbadan dua, membuat suasana hatiku berubah. Pun dengan indra penciumanku yang terasa lebih sensitif. Padahal sebelumnya, aku merasa tak selemah ini.

"Cepetan dikit, Bang!" ucapku sedikit kesal ketika melewati warung bakso di pinggir jalan yang kami lewati.

"Iya, Sayang, Abang usahakan." Bang amar melepas genggaman tangannya di jemariku kemudian fokus mengemudi. Kecepatan lari mobil yang kami tumpangi pun terasa bertambah.

Aroma kuah bakso yang menguar membuatku seketika menutup mulut dan hidungku. Kudekatkan lagi botol minyak kayu putih yang sejak tadinterbuja ke hidungku, berharap dapat mengalahkan aroma bakso yang terasa mengocok perut.

Keadaan jadi serba salah karena selain tak bisa mencium aroma masakan, aku juga tiba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status