Share

Part 146. Salah Paham

Deru napas yang memburu dan detak jantung Bang Amar yang tiba-tiba berkejaran, membuatku memaksa mata kembali terbuka. Wajah Bang Amar tampak serius. Entah apa yang mereka bicarakan, hingga membuat air mukanya seketika berubah.

"Lebih baik begitu, Tante. Maaf jika Dira merasa ini ulahku. Semoga di sana Dira bisa lebih dewasa lagi, bisa lebih paham dengan apa yang disebut takdir."

Tak lama kemudian, Bang Amar menutup telponnya.

"Kau kenapa, Sayang?" tanya Bang Amar saat mengangkat tangan yang sejak tadi menutupi wajahku.

"Kenapa menangis? Abang salah apa?" Bang Amar terdengar khawatir. Tangannya sibuk mengusap lembut kepalaku.

Entahlah, aku pun tak tahu, tiba-tiba saja rasanya aku ingin menangis. Tanpa tahu alasannya mengapa hati terasa memiliki beban berat yang harus kutampahkan lewat air mata.

"Kau cemburu?" suara Bang Amar seperti tengah menggodaku. Aku hanya bergeming dengan tangan terus menutupi wajah.

Aku memang cemburu. Cemburu saat Bang Amar menyebut nama perempuan itu. D
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status