"Pokoknya, aku nggak mau Kek!" Tolak Agha pada kakeknya. Agha Hasiholan Putra Zerrin, sang pewaris dari Artha Company, biasa dipanggil dengan Agha. Bertubuh tinggi tegap dengan warna mata kecoklatan, hidung mancung, dan rambut berwarna pirang. Dia memiliki seorang kakak perempuan, usianya beda 2 tahun darinya. Kakaknya saat ini tinggal di Dubai dan meneruskan salah satu perusahaan milik keluarganya. Artha Company bergerak dalam bidang perhotelan dan restoran. Sudah banyak cabang yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Perusahaan tersebut masih dipimpin oleh sang kakek, Erhan Zerrin. Pria keturunun Turki dan sudah menetap di Indonesia selama lebih 20 tahun. Menikah dengan seorang wanita cantik bernama Halime. Pernikahan mereka tak berumur panjang hanya lima tahun. Halime meninggal setelah melahirkan anaknya yang pertama, ayah Agha. Omer Zerrin, yang kemudian menikah dengan seorang wanita asli Indonesia dari suku Batak, bernama Ti
"Kau jadi kembali ke Indonesia besok?" Aylin menghampiri Artha yang sedang berkemas memasukkan pakaian ke dalam koper."Selesai," ujar Artha setelah menutup kopernya."Bisakah kau berpikir ulang tentang rencanamu itu?" Kini Aylin telah duduk di tepi ranjang mencoba membujuk Artha agar tidak jadi pulang ke Indonesia."Tidak bisa kak Ay, keputusanku sudah bulat tidak bisa diganggu gugat lagi. Lagian tiket sudah aku beli untuk penerbangan besok pagi," ucap Artha sambil memperhatikan barang-barangnya apakah masih ada yang tidak dikemas."Kau berbicara layaknya seorang hakim, padahal kau hanya seorang akuntan yang menghitung berapa kas masuk dan keluar."Artha tertawa dengan perkataan Aylin, "kakak bisa saja, jadi aku harus berkata apa kak? Kakak selalu saja mengusikku agar tidak jadi kembali ke negara kelahiranku, padahal aku disini sudah sangat lama, sudah delapan tahun lebih dan aku sangat merindukan tanah kelahiranku.""Yah, aku tahu it
Keesokan harinya, Artha berangkat ke Indonesia tanpa diantar oleh Aylin. Perjalanan yang ditempuh dari Turki ke Indonesia kurang lebih 20 jam. Itu masih ke Jakarta belum ke Medan. Kota asalnya. Pesawat menuju KNO sedikit delay, karena cuaca pada hari itu mendung. Jadi, pesawat tidak dapat mengudara. Setelah menunggu selama 2 jam lebih, barulah pesawat berangkat.Perjalanan dari Jakarta menuju Medan sekitar 2 jam. Badan Artha pegal semua, yang dia butuhkan saat ini adalah kasur yang empuk. Dia ingin segera sampai dan bisa mengistirahatkan dirinya. Hampir satu harian dia berada dalam pesawat. Membuat dirinya jetlag, akibat terlalu lama di pesawat. Setelah 2 jam berada di pesawat, akhirnya sampai juga di bandara.Sekarang di sinilah dia berada, di kota kelahirannya. Bandara Kualanamu, yang secara resmi beroperasi atau dibuka untuk umum pada tanggal 25 juli 2013. Bandara Kualanamu ini dibangun untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia l
"Sini KTPmu?" Sentak Artha tiba-tiba, saat mereka sudah ada dalam kamar hotel. Mereka kini berada dalam satu kamar hotel. Kamar itu berukuran 4x6 meter persegi, dengan kamar mandi di sebelah kiri pintu masuk. Hanya ada single bed dalam kamar itu, dibagian kanan ada sofa panjang dan juga lemari. Sedangkan dibagian kiri ada jendela dengan gorden yang tertutup, meja kecil dengan peralatan untuk membuat kopi atau teh termasuk teko listrik dan ada juga kulkas mini . Di dinding sebelah kanan pintu masuk tepat di depan tempat tidur ada televisi yang langsung tertempel di dinding kamar. Artha masih kesal dengan kejadian di meja resepsionis tadi. Keputusan sepihak dari pria yang menjadi teman sekamarnya itu membuat dirinya harus berbagi atmosfer yang sama, dengan pria asing yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu. Ralat belum kenal, karena dia belum mengetahui siapa nama pria itu. Sebab itulah dia meminta KTP pria tersebut, agar dia bisa tahu identitasnya. Sebelum
Setelah Artha menerima KTP dari teman satu kamarnya itu, dia langsung mengambil handphone dari slingbagnya. Dan menfoto KTP itu, sekarang dia tahu nama pria itu. Agha Hasiholan P utra Zerrin, pria dengan postur tubuh tegap dengan tinggi 180cm, rambut pirang, wajah tirus, hidung mancung, mata bulat dengan warna maniknya coklat madu, dan bibir tipis.Sempurna! Apa? Wait!!! Kenapa Artha baru menyadarinya sekarang? Padahal mereka sudah bersama sejak dua jam yang lalu. Di mobil yang sama dan bahkan sekarang mereka ada di kamar yang sama. 'Kemana mata dan pikiranku? Sehingga makhluk Tuhan paling seksi plus ganteng ini tidak kuperhatikan' bathin Artha.Artha sudah terlebih dulu membersihkan dirinya. Mandi dengan menggunakkan air panas, tubuhnya sekarang sudah semakin rileks dan ringan. Dan kini dia siap merebahkan diri di sofa. Sesuai dengan kesepakatan di awal dirinyalah yang tidur di sofa untuk malam ini. Sebelum merebahkan diri, Artha mengecek ponselnya untuk mengetahui ad
Kini Agha sudah berada di ruangannya. Ruangan minimalis yang ada di kantor cabang Medan, cabang Artha Company. Setelah menerima telepon dari kakeknya, dia bergegas ke kantor. Karena teriakan dari sang kakek mengharuskan dia beranjak dari kamar hotel. Dia bangun pukul 11.00 WIB, sementara jam masuk kantornya adalah jam delapan pagi.Karyawan di kantornya sudah melakukan persiapan untuk penyambutan dirinya. Yang disambut malah tidak muncul setelah menunggu selama hampir dua jam lebih. Acara penyambutan itupun bubar begitu saja, banyak karyawan yang kecewa atas kejadian itu. Bagaimana tidak kecewa? Mereka sudah bersusah payah membuat dekorasi di lobi kantor, datang satu jam lebih awal dan bahkan sebagian dari mereka melewatkan sarapan tetapi yang akan disambut tidak muncul.Sebenarnya kedatangan Agha ke kantor cabang sudah diketahui oleh karyawannya seminggu yang lalu. Kabar ini langsung di sampaikan oleh CEO Artha Company. Oleh karena itu mereka membuat sebuah acara untu
Lagi, lagi, dan lagi,,, kenapa harus kamu lagi yang ada dibenakku? Tak bisakah kamu enyah barang sejenak saja dari pikiranku?***Sudah seminggu berlalu sejak Artha meninggalkan hotel tempat dia bermalam bersama pria asing itu. Dan selama seminggu itu pula dia tak bisa tidur dengan nyenyak. Selalu saja pria itu muncul dalam pikirannya bahkan dalam mimpinya. Adegan dimana pria itu memeluknya, begitu hangat itu yang Artha rasakan. Bahkan aroma tubuh pria itu masih saja terasa dalam indra penciumannya.Sesekali Artha menghembuskan napas dengan kasar. Pikirannya masih saja tertuju pada pria itu. Seseorang yang sudah duduk di sampingnya pun tak dia tahu. Padahal sudah menemaninya hampir setengah jam."Tha""Tha"Tak ada sahutan dari si empunya nama. Mau tak mau diapun membuat volume suaranya lebih kuat."ARTHA SAULINA!"Seketika Artha terhenyak dari lamunan panjangnya. Entah sudah berapa lama dia duduk di tempat itu ba
Tok tok tokSebuah pintu ruangan diketuk dari luar, tanpa menunggu persetujuan dari dalam pintu langsung saja dibuka."Pak, lima belas menit lagi meeting akan segera dimulai," Ucok berkata dari balik pintu tanpa melangkah masuk ke ruangan.Agha tak menyahut perkataan asistennya itu atau lebih tepatnya tak mendengarnya. Pikirannya masih sibuk seperti hari-hari sebelumnya. Bukan memikirkan pekerjaan, karena tidak banyak dokumen yang perlu ditanda tangani maupun untuk diperiksanya.Sial!Terdengar umpatan kecil dari mulut Agha. "Di mana aku mencari gadis yang bernama Artha? Sudah cek berbagai media sosial, bukan hanya satu atau dua orang yang bernama Artha. Ada ratusan orang." Agha bermonolog, dia masih sibuk dengan pikirannya dan mengingat percakapannya dengan Ucok dua hari yang lalu."Kamu pikir hanya satu orang yang bernama Artha? Mungkin saja dia tak menggunakan media sosial." Uc