Bastian melangkah dengan kesal ke ruang kerja Sierra siang itu. Sudah lama ia tinggal di Malaysia sejak ibunya meninggal dan sejak itu ia memang tidak pernah menginjakkan kaki ke perusahaan ini.
Tidak heran kalau tidak ada yang mengenalnya, namun rasanya tetap menyebalkan saat para karyawan itu lebih mengenal Sierra daripada dirinya yang merupakan anak kandung dari Jacob Sagala. "Ini ruang kerjanya, silakan, Pak! Maafkan aku sekali lagi yang tidak mengenali Anda," kata seorang karyawan yang mengantar Bastian sampai ke ruang kerja Sierra. Bastian tidak menanggapinya dan langsung saja masuk bersama asistennya ke ruang kerja Sierra tanpa mengetuk pintunya. "Jadi apa ini ruang kerjaku nanti?" seru Bastian begitu ia masuk ke sana. Sontak Sierra dan Valdo yang masih duduk di tempatnya langsung menoleh kaget menatap Bastian di sana. "B-Bastian?" pekik Sierra sambil refleks bangkit berdiri dari kursinya. Begitu juga dengan Valdo yang langsung ikut berdiri. "Mengapa ekspresi kalian seperti itu? Seperti melihat hantu saja? Apa kalian sedang selingkuh, hah? Karena itu, kalian takut saat aku memergoki kalian?" "Kau ini bicara apa, Bastian? Tidak ada hal seperti itu, aku hanya terkejut melihatmu di sini," jawab Valdo yang memang sudah mengenal Bastian. "Benarkah kalian tidak berselingkuh? Kalian terlalu dekat untuk sekedar berteman biasa kan?" Bastian menatap Sierra dan Valdo dengan tatapan menyelidik. Sierra pun hanya memutar bola matanya kesal. "Bastian, jangan mulai lagi dengan semua tuduhan tidak berdasarmu itu, jadi apa yang membuatmu tiba-tiba datang ke sini?" Walaupun Sierra masih kesal pada Bastian karena kejadian tadi pagi, tapi tetap saja ia cukup kaget melihat Bastian datang ke perusahaan. Bastian memicingkan mata menatap Sierra. "Tentu saja untuk bekerja. Bukankah kau yang terus memintaku bekerja di sini, Sierra? Apa mendadak kau amnesia?" Untuk sesaat, Sierra hanya membelalak tak percaya. Bahkan Sierra baru saja merasa putus asa karena tidak bisa mengajak Bastian bekerja di sini, tapi sekarang mendadak Bastian datang sendiri dengan suka rela. "Tidak, aku tidak lupa, tapi ... apa aku tidak salah dengar, Bastian? Kau mau bekerja di sini?" ulang Sierra melunak. "Apa kau berharap salah dengar, Sierra? Sekarang minggir! Aku mau duduk di sini!" seru Bastian sambil menarik kursi tempat Sierra duduk tadi dan dengan santai duduk di sana. "Jadi ini ruangan direktur utama kan? Ini ruang kerjaku kan?" "Ini ruang kerja Sierra, Bastian," sahut Valdo dengan tegas. "Ruang kerja Sierra? Aku adalah penerus Jacob Sagala, bukankah aku yang lebih pantas berada di sini!" balas Bastian tidak kalah tegasnya. "Tidak apa, Valdo! Tentu saja Bastian bisa menempati ruangan ini kalau dia mau. Aku bisa bekerja di ruangan lain," sahut Sierra mengalah. "Tidak perlu, Sierra!" balas Bastian cepat. "Kau tidak perlu bekerja di ruangan lain karena kau akan segera pergi dari sini! Aku tidak membutuhkanmu lagi!" "Apa? Apa maksudmu?" tanya Sierra sambil mengernyit tidak mengerti. Namun, belum sempat Bastian menjawab, pintu ruang kerja Sierra lagi-lagi didobrak keras. "Sierra Nevada, berani sekali kau melakukan ini pada kami!" teriak Laura yang langsung menghambur masuk ke sana bersama Stephanie. Laura dan Stephanie pun langsung kaget melihat Bastian yang sudah duduk di sana. "B-Bastian? Mengapa kau bisa ada di sini?" tanya Laura dengan nada yang lebih lembut sekarang, kontras sekali dengan nadanya tadi yang membentak Sierra. "Mengapa semua begitu terkejut melihatku di sini? Aku ini pewaris tunggal perusahaan ini jadi sudah sepantasnya aku di sini kan? Dan bukan hanya hari ini, kalian juga akan melihatku setiap hari karena mulai hari ini aku adalah pimpinan baru di sini!" Laura langsung membelalak lebar mendengarnya. "Eh, itu ... itu ...." "Hmm, mengapa ekspresi Tante terlihat tidak senang?" Laura mengerjapkan matanya dan mendadak gugup, tapi ia berusaha tetap tenang sambil memaksakan senyumnya. "Ah, tidak, Bastian! Tentu saja Tante senang kau bekerja di sini jadi kau bisa menyingkirkan hama busuk itu!" Laura mengedikkan kepala ke arah Sierra. "Hama busuk?" Bastian kembali memicingkan matanya. "Sierra menutup akses kami untuk memakai uang perusahaan padahal itu kan hak kami. Pasti dia mau menguasai semua uang itu sendirian!" sembur Stephanie kesal. Sierra yang tidak tahan pun akhirnya bersuara. "Bukankah tadi pagi sudah kujelaskan, Stephanie. Ini demi perusahaan!" "Itu hanya karanganmu sendiri, Sierra! Dasar licik! Wanita murahan yang mata duitan!" sembur Stephanie lagi. Namun, Laura terus menarik tangan Stephanie memintanya berhenti bicara dan mulai berakting menjadi wanita baik. "Hentikan, Stephanie Sayang! Sebenarnya Ibu merasa Sierra ada benarnya juga. Ibu yang tidak berpikir panjang. Selama ini demi perusahaan, kita harus mendukungnya, bukankah begitu, Bastian? Kau juga setuju kan? Asal jangan sampai mendadak uang itu dimakan sendiri oleh Sierra saja!" Laura melirik Sierra dengan penuh makna, sebelum ia kembali tersenyum ke arah Bastian. "Baiklah, tidak usah diperpanjang! Karena semua masih berkumpul di sini, kami yang pergi duluan saja. Permisi!" Dengan cepat, Laura langsung menarik Stephanie keluar dari ruangan itu dan pergi menjauh dari sana. "Ibu, mengapa mendadak Ibu bersikap begini dan membela Sierra?" "Siapa yang membela Sierra? Kau tidak lihat di sana ada Bastian, hah? Sial, mengapa mendadak Bastian juga ikut bekerja di perusahaan? Ini akan membuat jalan kita untuk menguasai perusahaan malah makin sulit! Dengar ya, Stephanie! Apa pun yang terjadi, kita harus tetap bersikap baik di depan Bastian! Tunjukkan kalau kita ada di pihaknya karena Bastian bisa lebih berbahaya daripada wanita itu!" "Tapi Bastian juga membenci wanita itu, Ibu. Sama seperti kita." "Ibu tahu! Karena itu, biarkan saja Bastian yang menyingkirkannya. Sedangkan kita lebih baik memikirkan cara menyingkirkan Bastian saja," ucap Laura sambil menyeringai penuh rencana. Sementara di ruang kerjanya, Sierra sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. "Kau lihat kan, Bastian? Tante Laura, Stephanie, dan banyak oknum lain sudah bertindak merugikan perusahaan. Aku sedang berusaha memperbaiki semuanya dan itulah sebabnya aku tidak bisa pergi dari sini." "Jangan bersikap seolah kau lebih baik dari mereka, Sierra! Kalian sama saja! Musuh dalam selimut!" Sierra menahan napas mendengarnya. Ia tahu Bastian sama sekali bukan pria yang mudah diajak bekerja sama. Dan walaupun tujuan utamanya memang membuat Bastian mengambil alih perusahaan ini, namun Sierra juga harus memastikan semuanya stabil agar tugasnya selesai dengan baik. "Aku bukan musuh, Bastian. Malahan kau akan menyesal kalau aku pergi sekarang. Semua yang sudah kususun akan berantakan dan oknum jahat akan menang." Bastian memicingkan matanya. "Apa kau sedang mengancamku, Sierra?" "Tidak! Tentu saja aku tidak sedang mengancammu, Bastian, aku hanya sedang berusaha membuat kesepakatan denganmu." "Kesepakatan? Kesepakatan macam apa yang bisa kau tawarkan padaku, Sierra?" **"Berikan aku waktu untuk tetap di sini sampai aku menyelesaikan tugasku, Bastian," pinta Sierra yang masih berusaha membuat kesepakatan dengan Bastian. "Dan apa untungnya bagiku?" "Tentu saja aku bisa membantumu di perusahaan ini. Aku butuh waktu ...." "Aku bukan temanmu, Sierra!" sela Bastian sebelum Sierra sempat menyelesaikan ucapannya. "Hubungan kita juga sama sekali tidak baik sampai kita bisa mencapai kata sepakat. Jadi, jangan bermimpi membuat kesepakatan apa pun denganku!" Jawaban Bastian pun membuat Sierra mendadak terdiam dan menganga. "Kalau tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, silakan kemasi barangmu dan keluar dari ruang kerjaku!" kata Bastian lagi dengan tegas. Dan Sierra pun terus uring-uringan setelah ia keluar dari sana. "Ini benar-benar membuatku gila, Valdo! Dia sama sekali tidak bisa diajak bicara baik-baik, Valdo!" "Bastian memang bukan orang yang ramah, Sierra." "Ya, ya, seharusnya aku tahu itu! Dia pria yang brengsek! Tapi aku tidak peduli, Vald
Sierra terus menahan napasnya sambil merapikan gaunnya saat ia melangkahkan kakinya masuk ke ruang pesta. Sungguh, gaun panjangnya terlalu seksi dan ketat. Sierra hanya berharap agar tidak ada orang yang menganggapnya murahan dengan penampilannya yang sekarang, terutama anak tirinya yang brengsek dan menyebalkan itu.Sierra pun terus mengembangkan senyumnya menyapa semua orang sampai tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan seorang pria nan jauh di sana.Seketika senyuman Sierra pun langsung memudar. Jarak mereka saat ini memang cukup jauh, namun pesona pria itu sama sekali tidak bisa terbantahkan. Memakai setelan jas formalnya, pria itu nampak begitu gagah dan mencolok di antara ratusan orang yang ada di dalam gedung ini. Dan pria itu adalah Bastian, anak tirinya! Ya, pria gagah itu adalah anak tirinya! Oh, ini gila! Memikirkan hal itu saja membuat Sierra terus menghela napas kesal. Sierra yang tidak nyaman pun langsung memutus kontak mata mereka dan memalingkan wajahnya.
Bastian tidak pernah menyukai basa-basi karena memang ia tidak seramah itu. Apalagi harus diperkenalkan sebagai anak dari Jacob Sagala, ayah yang dibencinya. Karena itu, Bastian hanya asal saja menanggapi sapaan semua orang dengan anggukan singkat, bahkan tersenyum saja tidak. Rasa malasnya pun bertambah saat tiba-tiba Laura datang dan membuat kehebohan, Bastian pun langsung melangkah mundur dan berniat pergi dari sana. Namun, mendadak Bastian melihat bagaimana Stephanie mengerjai Sierra dengan menginjak ekor gaun wanita itu dan menabraknya keras hingga Sierra terhuyung ke belakang. Refleks Bastian pun bergerak menangkap tubuh Sierra dan memeluknya begitu erat, merasakan bagaimana pasnya tubuh langsing ibu tirinya itu melekat di pelukannya. Sierra sendiri pun refleks memeluk bahu Bastian berpegangan sambil langsung menegakkan tubuhnya. "Suamimu berada tepat di sampingmu tapi dia tidak melakukan apa pun saat istrinya hampir terjatuh," bisik Bastian di telinga Sierra. "Jadi sud
Suara lantang Noah sontak membuat Sierra menghentikan langkahnya. Sierra pun sempat terdiam sejenak, sebelum ia kembali membalikkan tubuhnya dan berdiri berhadapan dengan Noah."Membocorkan pada semua orang siapa aku sebenarnya? Memangnya siapa aku, hah?" tantang Sierra tanpa takut sedikit pun. Noah pun kembali menyeringai dan mendekati Sierra lagi. "Oh, kau pintar sekali berpura-pura ya! Kau itu hanya seorang wanita murahan, Sierra! Katakan padaku apa dulu kau punya banyak pelanggan, hah? Pantas saja sejak awal kau masuk sebagai perawat, aku sudah merasa familiar denganmu, aku baru menyadarinya akhir-akhir ini kalau aku memang pernah bertemu denganmu di suatu tempat yang jauh dari sini ...."Noah sengaja menggantung kata-katanya dan terlihat seolah menyimpan sebuah rahasia.Namun, Sierra yang mendengarnya pun hanya bisa tertawa sinis dan menanggapi semuanya dengan tetap tenang. "Apa kau mabuk, Noah? Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan! Lagipula aku juga tidak mer
Sierra masih begitu tegang saat merasa ada sesuatu yang berjalan di punggungnya.Awalnya rasanya seperti belaian ringan. Sierra sudah berpikir ada semut yang naik ke punggungnya. Namun, belaian itu merambat naik hingga menjadi sebuah pijatan lembut dengan jari dan Sierra mulai menyadari bahwa yang merambat di punggungnya bukanlah semut biasa. Sierra pun langsung menoleh ke arah Bastian yang sekarang sedang tersenyum tipis. Setengah mati Sierra menahan diri untuk tidak mengomel dan ia pun akhirnya menggeser posisi berdirinya agar ia bisa lepas dari Bastian. Namun, sialnya Bastian menahan punggungnya dan manager itu juga mengajak Sierra bicara sehingga Sierra terpaksa kembali tersenyum. "Sepertinya hubungan kalian begitu baik, Bu Sierra. Dan ini juga pertama kalinya aku bertemu dengan anak Pak Jacob," kata manager itu dengan ramah. Sierra tetap tersenyum tanpa menanggapi apa pun, sedangkan Bastian malah menyahutinya dengan begitu santai. "Tentu saja hubungan kami sangat baik, Pak.
"Mmpphh, Bastian ... jangan lakukan itu ... aku takut nanti ibu tirimu akan memergoki kita dan mengusirku lagi seperti waktu itu di rumahmu ...," rajuk seorang wanita yang sudah duduk di pangkuan Bastian dengan manja. Bastian sengaja membawa wanitanya ke ruang kerjanya dan membuat ulah agar Sierra tidak tahan padanya dan tidak mau bekerja bersamanya. "Tidak akan, Sayang. Aku sudah meminta Tory berjaga di depan pintu, lagipula ini tidak akan lama! Aku sedang penat siang ini," ucap Bastian sambil mulai menyusupkan tangannya ke balik rok wanita itu. Wanita itu pun hanya terkekeh geli dan langsung membenamkan wajahnya ke ceruk leher Bastian. Sementara di luar ruang kerja Bastian, Sierra baru saja datang membawa berkas untuk ia pelajari bersama Bastian. Sierra pun berniat masuk ke ruang kerja Bastian, tapi Tory yang sudah berjaga di sana langsung menghalanginya. "Eh, maaf, kau tidak bisa masuk sekarang, Bu Sierra!" kata Tory sambil merentangkan kedua tangannya di depan pintu. S
Bastian dan Sierra masih terdiam dalam posisi yang begitu dekat. Bukan hanya Bastian yang mendadak terhipnotis pada kecantikan Sierra, karena Sierra juga merasakan yang sama. Bahkan debar jantung Sierra pun memacu begitu kencang karena kedekatan ini. Sierra tahu Bastian tampan, bahkan ketampanan pria itu di atas rata-rata. Dan pria itu juga sangat menarik sampai bisa membuat orang berhenti melangkah hanya untuk mengaguminya. Tapi bukan berarti Sierra lantas tertarik pada Bastian. Awal perkenalan yang sama sekali tidak ramah ditambah dengan sikap brengsek dan menyebalkan yang pria itu tunjukkan membuat Sierra membenci pria itu. Namun, entah mengapa saat ini, mendadak Sierra melupakan semuanya saat hembusan napas Bastian bisa ia rasakan di wajahnya. Untungnya, Sierra segera menyadari kalau posisi mereka terlalu dekat. Sierra pun langsung meletakkan tangannya di dada Bastian dan mendorongnya pelan. "Astaga, Bastian, maaf ...," ucap Sierra pelan karena ia begitu sadar bahwa ia
"Kau mau yang ini juga?" tanya Sierra kepada Jacob saat melayani pria itu sarapan keesokan harinya. Semua orang sudah berkumpul di meja makan dan seperti biasa, tidak ada yang menyapa Sierra pagi itu. Laura dan Stephanie menatap Sierra dengan malas, sedangkan Noah malah menatap Sierra dengan tatapan lapar yang menjijikkan."Letakkan di sini makananku, Sierra! Dan pergilah mencari Bastian ke kamarnya! Bawa dia kemari untuk sarapan bersama!" perintah Jacob pada Sierra. Sierra pun hanya memutar bola matanya, sebelum melayangkan protes. "Bastian itu sudah besar, biarkan saja dia memutuskan sendiri kapan dia mau sarapan!"Jacob mengernyit mendengarnya. "Sekalipun dia sudah besar, dia tetap butuh makan, sudah tugasmu untuk merawatnya juga kan?""Tapi tidak harus aku juga yang memanggilnya kan? Pelayan bisa memanggilnya." "Aku mau kau, Sierra! Kau ibunya! Cepat panggil Bastian di kamarnya!" titah Jacob lagi yang tidak mau dibantah. Sambil menahan rasa kesalnya, Sierra pun akhirnya menu