Home / Romansa / Menggoda Ibu Tiriku / Pijatan di Punggungnya

Share

Pijatan di Punggungnya

Suara lantang Noah sontak membuat Sierra menghentikan langkahnya.

Sierra pun sempat terdiam sejenak, sebelum ia kembali membalikkan tubuhnya dan berdiri berhadapan dengan Noah.

"Membocorkan pada semua orang siapa aku sebenarnya? Memangnya siapa aku, hah?" tantang Sierra tanpa takut sedikit pun.

Noah pun kembali menyeringai dan mendekati Sierra lagi. "Oh, kau pintar sekali berpura-pura ya! Kau itu hanya seorang wanita murahan, Sierra! Katakan padaku apa dulu kau punya banyak pelanggan, hah? Pantas saja sejak awal kau masuk sebagai perawat, aku sudah merasa familiar denganmu, aku baru menyadarinya akhir-akhir ini kalau aku memang pernah bertemu denganmu di suatu tempat yang jauh dari sini ...."

Noah sengaja menggantung kata-katanya dan terlihat seolah menyimpan sebuah rahasia.

Namun, Sierra yang mendengarnya pun hanya bisa tertawa sinis dan menanggapi semuanya dengan tetap tenang.

"Apa kau mabuk, Noah? Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan! Lagipula aku juga tidak merasa punya rahasia apa pun jadi aku tidak takut pada ancamanmu!"

"Benarkah kau tidak takut, Sierra? Aku benar-benar punya kartu As-mu yang bisa membuatmu langsung diceraikan oleh pria tua itu!"

Sierra kembali tertawa. "Diceraikan? Silakan saja! Katakan saja pada pria tua itu apa yang kau ketahui tentangku! Kutegaskan sekali lagi kalau aku tidak takut, Noah! Menjauhlah dariku dan jangan coba-coba mengancamku seperti ini lagi!"

Sierra menatap tajam pada Noah, sebelum ia berencana pergi dari sana, namun lagi-lagi Noah menghentikan Sierra dengan mencengkeram erat lengan Sierra.

"Kau benar-benar wanita misterius dan pemberani ya, Sierra! Aku jadi makin menyukaimu!" Noah tersenyum nakal di depan wajah Sierra.

"Lepaskan aku, Noah!" geram Sierra sambil berusaha menarik lengannya.

Mereka pun masih saling bertatapan saat Bastian yang sudah tidak tahan lagi pun akhirnya muncul.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Bastian yang memergoki keduanya.

Bastian sendiri tadinya baru saja akan ke toilet saat ia mendengar pembicaraan Sierra dan Noah yang membuatnya mengurungkan niatnya.

Noah yang mendengar suara Bastian pun langsung melepaskan tangannya dan nampak gugup di depan Bastian.

"Eh, Bastian! Wanita ini ... mencoba menggodaku! Aku sudah menolaknya tapi dia terus menggodaku," tuduh Noah melindungi dirinya.

Sierra lagi-lagi hanya bisa tertawa kesal sambil menatap Bastian.

"Kau percaya itu, Bastian? Aku menggodanya? Kau sudah tiga bulan tinggal di rumah untuk tahu pria seperti apa Noah ini dan kalau kau percaya pada ucapannya berarti kau bodoh, Bastian!" seru Sierra sarkastik.

Tanpa banyak bicara lagi, Sierra pun segera meninggalkan Bastian dan Noah dengan perasaan kesal.

Bastian sendiri masih terdiam di tempatnya dengan Noah yang masih berusaha membela dirinya.

"Sumpah dia menggodaku, Bastian! Aku sudah menolaknya tapi dia terus menggodaku! Dia itu wanita murahan, Bastian!"

"Kau dengar apa yang Sierra katakan kan, Noah? Kalau aku percaya padamu berarti aku bodoh. Dan perlu kutegaskan padamu kalau aku tidak bodoh dan juga tidak buta. Aku jelas bisa melihat siapa yang menggoda dan siapa yang digoda," seru Bastian, sebelum ia ikut meninggalkan Noah begitu saja.

Noah yang ditinggalkan pun mengumpat kesal. "Ah, sial! Mengapa Bastian harus tiba-tiba muncul dan merusak kesenanganku? Ck, tapi tidak mungkin Bastian melapor ke Stephanie kan? Dia tidak sekepo itu! Ah, sial!" Noah terus merutuk kesal.

Sedangkan Bastian sudah berhasil menyusul Sierra sampai ke salah satu stall minuman.

"Jadi yang benar siapa menggoda siapa, hah?" bisik Bastian yang tiba-tiba sudah berdiri tepat di belakang Sierra.

Hembusan napas Bastian yang mengenai leher Sierra membuat Sierra menegang sejenak.

Sierra pun langsung menoleh ke arah Bastian yang ternyata sudah menatapnya intens.

"Bukankah sejak awal aku sudah pernah bilang padamu terserah kau mau menganggapku apa kan? Jadi percayailah apa yang mau kau percayai, Bastian!" sahut Sierra acuh.

"Hmm, baiklah! Lalu apa maksudnya dia memegang kartu As-mu? Rahasia apa yang sedang kau sembunyikan, Sierra? Siapa kau sebenarnya?"

Sierra langsung membelalak tidak percaya mendengarnya.

"Kau menguping pembicaraan kami? Di mana sopan santunmu, Bastian?"

"Aku tidak menguping, Sierra. Mungkin kau harus diingatkan di mana kalian tadi bicara. Kalian berdebat di depan toilet umum yang berarti siapa pun yang ada di dekat sana bisa mendengar pembicaraan kalian."

Sierra pun terdiam sejenak. Sial! Bastian benar! Semoga saja tidak ada orang lain lagi yang mendengarnya selain Bastian.

Sierra mengembuskan napas panjang dan tetap berusaha setenang mungkin.

"Noah itu maniak, Bastian. Dia itu perayu ulung dan dia suka menggoda semua wanita."

Bastian mengangguk, namun alih-alih menanggapi tentang Noah, Bastian malah kukuh pada pertanyaan awalnya.

"Jadi apa yang kau sembunyikan, Sierra? Siapa kau sebenarnya? Wanita panggilan? Mata-mata, hah?"

"Jangan bicara ngawur, Bastian! Tidak ada yang kusembunyikan dan aku bukan siapa-siapa selain diriku sendiri. Jangan dengarkan Noah! Sudah kubilang dia itu maniak jadi dia akan selalu bicara asal demi menarik perhatian wanita."

"Ah, begitu ya?" Bastian melangkah mendekati Sierra.

"Lalu apa kau tidak tertarik padanya, Sierra? Apa kau menolaknya karena dia suami Stephanie? Jadi kau hanya akan menggoda pria yang single atau duda, hah? Seperti ayahku yang duda ... atau mengapa kau tidak mempertimbangkan aku? Aku single, Sierra," ucap Bastian dengan nada yang menggoda sekaligus mencemooh. Jelas terlihat bahwa Bastian masih menganggap Sierra seperti wanita murahan.

Sierra pun hanya memutar bola matanya kesal. "Jangan mulai lagi, Bastian!"

Sierra masih membuka mulutnya untuk kembali bicara pada Bastian, tapi seorang manager mendadak menyapanya.

"Selamat malam, Bu Sierra!"

Sierra yang mendengarnya pun sontak berbalik memunggungi Bastian dan langsung mengabaikan anak tirinya itu.

"Oh, hai, aku tidak melihatmu tadi, Pak. Senang bertemu keluargamu!" Sierra menjabat tangan manager itu dan langsung mengobrol dengan ramah bersama keluarga manager itu.

Bastian yang diabaikan pun hanya terdiam di tempatnya dengan tatapan yang sudah fokus pada pemandangan punggung terbuka di hadapannya.

Punggung Sierra terlihat begitu sempurna, begitu halus tanpa bintik-bintik sama sekali dan wanita itu memiliki lengkung tubuh yang begitu indah.

Ditambah rambut ranjangnya yang distyle natural dan tergerai indah pun seolah memanggil siapa saja untuk menyentuhnya.

Semakin Bastian menatap, ia semakin tidak tahan lagi. Baiklah, ini bukan nafsu! Tentu saja Bastian tidak akan tergoda oleh ibu tirinya sendiri.

Bastian hanya merasa perlu menguji sendiri bagaimana seorang wanita murahan merespon sebuah sentuhan.

Tentu saja dari responnya, Bastian bisa menilai seberapa ahlinya wanita itu.

Dengan alasan absurd di otaknya, Bastian pun melangkah hingga berdiri tepat di belakang Sierra.

Bastian mengenalkan dirinya sebagai anak dari Jacob Sagala agar ia bisa ikut dalam obrolan mereka, namun tangan Bastian mulai bekerja.

Punggung tangan Bastian membelai punggung bawah Sierra dan terus naik ke atas sebelum ia menggunakan ibu jarinya menekan punggung itu seolah memijatinya.

Dan Sierra pun menegang merasakannya. Sierra langsung menegakkan tubuhnya hingga kaku seperti patung dan perlahan kehilangan senyumnya, berbanding terbalik dengan reaksi Bastian yang saat ini justru mulai tersenyum.

**

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status