Bastian melajukan mobilnya begitu cepat pergi dari Hotel Garden meninggalkan Tory sendirian. Dan sepanjang jalan, Bastian pun terus mengumpat dengan kesal. "Sialan! Ada apa dengan anak itu? Biasanya dia bersikap seperti anak kecil yang begitu iseng dan suka mengeluh, tapi mendadak hari ini dia bersikap seperti seorang pria dewasa yang menyebalkan! Merengek seperti itu agar aku menolong Sierra!""Sial! Untuk apa aku melakukannya? Apa dia pikir aku ini suka mencampuri urusan orang lain? Apalagi urusan wanita itu! Sial!"Bastian pun menggenggam erat setirnya sambil menginjak gasnya kencang saat tiba-tiba ingatan tentang Sierra yang terjebak berdua bersamanya di lift muncul di otaknya. Tubuh ramping yang begitu pas di pelukannya dan sepasang manik mata yang begitu indah. Tatapan yang berani, namun juga tersirat banyak hal dalam tatapan itu yang Bastian juga tidak tahu apa itu. Namun, rasanya seolah Bastian kembali ke malam itu, saat manik mata itu menatapnya dalam, hembusan napas itu
Sierra sama sekali tidak bisa mengendalikan dirinya. Mulai saat Vinn menangkup dadanya dengan kurang ajar, Sierra sudah menikmatinya walaupun ia masih cukup sadar untuk menjaga harga dirinya. Namun, saat Vinn mulai memeluknya, melemparnya ke ranjang dan menyentuhnya, Sierra sudah tidak bisa menahan gejolak dalam dirinya yang benar-benar mendamba sentuhan itu. Bahkan rasa jijik saat menatap wajah Noah dan Vinn ternyata tetap tidak bisa menjaga kewarasan Sierra. Sampai saat pintu dibuka kasar dan seseorang masuk ke sana lalu menghajar para pria itu. Sierra pun menggeser posisi tubuhnya menjauhi orang-orang, namun ia tetap menggeliat di ranjang itu. "Akkhh, aku tidak tahan lagi, dress ini benar-benar menyiksaku!" pekik Sierra saat semua orang akhirnya keluar dari kamarnya. Sierra bangkit berdiri dan mulai melepaskan dressnya serta semua penghalang lain di tubuhnya sampai tubuhnya benar-benar polos. Dan saat ia mendengar suara pintu ditutup, Sierra yang kaget pun menoleh. Seketika
"Mmpphh, Bastian ...."Suara parau Sierra yang meneriakkan namanya membuat hasrat Bastian makin membuncah. Dengan lihai, Bastian menyusuri setiap inchi tubuh Sierra tanpa terlewat dengan bibirnya dan membuat wanita itu bergerak tak karuan. Bastian sendiri berakhir dengan membenamkan wajahnya ke ceruk leher Sierra menikmati aroma yang mendadak menjadi candunya. Setelah puas dengan leher wanita itu, Bastian menciumi rahang dan bibir Sierra, sebelum ia mulai memposisikan dirinya untuk melebur bersama wanita itu.Hasrat Bastian makin meletup saat sejenak ia bertatapan dengan sepasang manik indah milik Sierra yang menatapnya sayu.Bastian pun meraup bibir itu dalam dan bersiap memulai penyatuannya saat mendadak sebuah suara mengagetkan membuatnya tersentak dan membuka matanya lebar-lebar. Bastian pun langsung bangkit duduk di ranjangnya. "Oh, sial, aku bermimpi! Rasanya begitu nyata!" umpat Bastian saat ia melirik sesuatu yang menegang dan terasa sesak di balik celananya. "Sial! Dari s
Stephanie membelalak kaget saat tangannya yang sudah melayang untuk menampar Sierra malah ditahan oleh seseorang."Tidak sepantasnya kau menamparnya, Stephanie!" seru Bastian penuh ancaman sambil mengempaskan tangan Stephanie dengan kasar. Sontak saja semua orang di dalam ruang keluarga pun mematung. Noah dan Vinn terlihat ketakutan melihat Bastian, sedangkan Sierra juga membelalak kaget melihat Bastian yang menyelamatkannya dari tamparan. "B-Bastian ... mengapa kau membelanya? Dia ini sumber penyakit di rumah ini!" sembur Stephanie dengan penuh emosi. "Aku tidak membelanya, Stephanie! Dan bukan dia sumber penyakitnya, tapi suamimu sendiri!""Cukup, Bastian! Jangan pernah menjelekkan Noah di depanku! Dia suamiku!""Lalu kenapa kalau dia suamimu? Setidaknya berpikirlah rasional, Stephanie! Apa kau akan tetap mempertahankan suamimu yang baru saja berusaha melecehkan istri dari ayahmu, hah? Menjijikkan sekali!""Bastian, apa otakmu juga sudah dicuci oleh wanita ini, hah? Dia sengaja
Hembusan napas maskulin milik Bastian dan ucapannya yang menggoda mendadak membuat Sierra kehabisan napas. "Lalu masalah melihat tubuhmu ... bukankah kau juga sudah sering melihat tubuhku saat kau mengusir para wanitaku? Dan sekarang aku juga sudah melihat tubuhmu ...." Bastian menyeringai di depan wajah Sierra. "Kita impas sekarang, Sierra."Sierra kembali menahan napasnya mendengar ucapan Bastian. Sierra tidak menanggapinya lagi, tapi Sierra terus mengomel begitu ia sudah kembali ke kamarnya sendiri. "Impas? Apanya yang impas? Dasar sinting! Aku melihat tubuhnya dan dia melihat tubuhku, apa itu namanya impas?"Bahkan, Sierra masih tetap mengomel saat ia sudah bersiap ke kantor. Sementara di bawah, keributan masih tetap terjadi antara Stephanie dan Noah, sedangkan Vinn yang sudah terlalu malu langsung saja pergi tanpa kata dari rumah itu. "Kau benar-benar brengsek, Noah!" Stephanie meraih bantal sofa dan memukulkannya pada Noah. "Auw, maafkan aku, Sayang! Aku benar-benar tidak
Sierra pulang ke rumahnya malam itu dengan tubuh yang cukup lelah. Seharian ia menyibukkan diri dengan banyak pekerjaan agar hari liburnya besok tidak terganggu. Selain itu, sebenarnya Sierra sendiri juga sedang dalam mode menghindar dari Laura, Stephanie, maupun Bastian di kantor. Sierra tahu Stephanie pasti marah besar padanya dan pasti akan melampiaskan kemarahan itu cepat atau lambat, namun Sierra masih terlalu lelah untuk meladeninya. Untung saja, tadi pagi Sierra bergerak cepat untuk pergi ke kantor, sebelum bertemu mereka, bahkan Sierra juga tidak melihat Noah lagi dan berharap tidak perlu melihat pria itu lagi selamanya. Sierra pun langsung naik ke kamarnya dan mengurung diri di sana sampai jam makan malam selesai. "Apa Sierra belum pulang? Mengapa dia tidak ikut makan dengan kita?" tanya Jacob yang sudah berkumpul di ruang makan bersama seluruh anggota keluarganya. Namun, semua orang diam dan tidak menjawab. Bastian seolah tidak peduli, Laura pun juga tidak peduli, sed
Bastian baru saja keluar dari kamarnya saat ia melihat Sierra masuk ke kamar Lalita. "Apa yang Sierra lakukan? Apa Lalita sudah pulang? Ck, bahkan anak kecil saja mau dihasut olehnya?" geram Bastian. Dengan cepat, Bastian pun melangkah ke kamar itu dan berniat ikut masuk saat tiba-tiba ia mendengar tangisan Lalita dan suara Sierra yang menenangkan Lalita dengan sabar. Alih-alih masuk, Bastian malah perlahan membuka pintunya lebih lebar sehingga ia bisa mengintip. Dan seketika Bastian pun mematung melihat Sierra mendekap dan mencium puncak kepala Lalita. Untuk sesaat, Bastian pun begitu terharu melihat apa yang wanita itu lakukan pada Lalita, tapi rasa harunya tidak bertahan lama saat suara Stephanie mendadak mengagetkannya. "Apa yang kau lakukan di depan kamar anakku, Bastian?" "Stephanie?" Stephanie tidak menanggapi dan malah langsung menghambur masuk ke kamar Lalita karena ia diberitahu oleh pelayan bahwa Sierra ada di sana. Ya, Sierra. Walaupun Stephanie tahu Betty
Sierra mengernyit dalam tidurnya pagi itu. Perlahan Sierra membuka matanya dan saat ia melirik jamnya, ternyata jam sudah menunjukkan jam lima pagi. "Astaga, sudah pagi," gumam Sierra sambil menatap sayang pada Lalita yang masih meringkuk di dalam pelukannya itu. Sierra pun mendaratkan bibirnya ke puncak kepala Lalita dan membelainya sayang, sebelum perlahan Sierra melepaskan diri dari Lalita. Sierra terlalu antusias karena hari ini adalah hari liburnya. Ia pun ingin segera pergi dari rumah, sebelum semua anggota keluarga bangun dan membuat liburnya mungkin terhambat. "Eh, tapi aku tertidur saat Bastian masih di sini kemarin. Ck, pasti dia sudah kembali ke kamarnya sendiri. Perlukah aku berterima kasih padanya karena sudah menyingkirkan Stephanie kemarin?" gumam Sierra yang mendadak teringat kejadian kemarin. "Ah, besok saja dipikir lagi! Hari ini aku benar-benar tidak mau memikirkan apa pun."Sambil mengendap-endap agar tidak mengganggu Lalita, Sierra pun segera keluar dan menu