Bastian tidak pernah menyukai basa-basi karena memang ia tidak seramah itu. Apalagi harus diperkenalkan sebagai anak dari Jacob Sagala, ayah yang dibencinya.
Karena itu, Bastian hanya asal saja menanggapi sapaan semua orang dengan anggukan singkat, bahkan tersenyum saja tidak. Rasa malasnya pun bertambah saat tiba-tiba Laura datang dan membuat kehebohan, Bastian pun langsung melangkah mundur dan berniat pergi dari sana. Namun, mendadak Bastian melihat bagaimana Stephanie mengerjai Sierra dengan menginjak ekor gaun wanita itu dan menabraknya keras hingga Sierra terhuyung ke belakang. Refleks Bastian pun bergerak menangkap tubuh Sierra dan memeluknya begitu erat, merasakan bagaimana pasnya tubuh langsing ibu tirinya itu melekat di pelukannya. Sierra sendiri pun refleks memeluk bahu Bastian berpegangan sambil langsung menegakkan tubuhnya. "Suamimu berada tepat di sampingmu tapi dia tidak melakukan apa pun saat istrinya hampir terjatuh," bisik Bastian di telinga Sierra. "Jadi sudah jelas bahwa pria muda selalu lebih sigap dibanding pria tua. Suami tuamu itu mungkin bisa memberimu uang, tapi tidak dengan keamanan dan kepuasan," imbuh Bastian lagi sambil tersenyum sinis. Sierra menelan salivanya dan terus menenangkan napasnya yang masih tersengal karena gerakan mendadak itu. "Dan suami tuaku itu adalah ayahmu, Bastian. Jadi bersikap sopanlah! Tapi terima kasih sudah menangkapku!" balas Sierra sambil langsung mendorong Bastian menjauh dan merapikan gaunnya sendiri, berusaha tetap bersikap tenang walaupun debaran jantungnya masih tidak karuan. Bastian pun akhirnya melepaskan Sierra dan pergi begitu saja saat Jacob mendekat. "Eh, kau tidak apa, Sierra? Apa kau mabuk, hah? Untung saja Bastian menolongmu! Ck, bahkan berdiri saja kau bisa tidak seimbang!" omel Jacob tanpa tahu malu. Sierra hanya bisa memaksakan senyumnya mendengar suaminya mengomelinya di depan banyak orang. "Maaf, ini kecelakaan kecil. Ada seseorang yang tidak hati-hati dan menabrakku," sahut Sierra sambil melirik tajam ke arah Stephanie. Stephanie yang dilirik pun hanya menaikkan alisnya dan diam saja seolah tidak bersalah, sedangkan Sierra hanya bisa menggeram kesal melihatnya. "Kau tidak apa, Sierra? Aku sedang mengobrol di sana tadi sampai tidak melihatmu yang hampir terjatuh. Untung saja ada Bastian," kata Valdo menyesal. "Aku tidak apa, Valdo. Ini ulah Stephanie. Dia sengaja melakukannya untuk mempermalukanku." Sierra kembali melirik kesal pada Stephanie. "Ya ampun, dia sudah keterlaluan, tapi untung saja kau tidak jatuh, Sierra." "Ya, untung saja! Tapi kurasa aku harus ke toilet dulu untuk merapikan rambutku dulu, tunggu di sini, Valdo!" Sierra pun segera melangkah pergi meninggalkan Valdo. Sementara itu, Bastian sudah melangkah menjauh bersama Tory dan Tory pun tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya. "Apa kau sengaja menggoda wanita itu, Bos? Aku melihat kau memeluknya tadi!" "Sial, Tory! Sudah kubilang jangan bicara sembarangan! Lagipula apa kau pikir aku sudah gila? Menggoda ibu tiriku sendiri, hah? Di mana otakmu?" "Eh, maaf, Bos. Hanya saja, tadi aku melihatmu memeluknya ...." "Bukan memeluk, hanya menolong. Apa kau tidak melihatnya tadi? Dia hampir jatuh dan kalau aku tidak menolongnya, pasti dia sudah tersungkur di lantai. Huh, Jacob Sagala benar-benar tidak bisa menjaga istri mudanya!" Mendadak Bastian sewot. Tidak lama kemudian, ponsel Bastian berbunyi dan Bastian pun melangkah menjauh ke tempat yang lebih sepi untuk mengangkat ponselnya. Di saat yang sama, Sierra yang baru saja keluar dari toilet mendadak kaget saat seorang pria sudah menunggu dan menyapanya. "Hai, cantik!" Sontak Sierra menoleh dan langsung memasang wajah garang menatap pria itu, Noah, suami Stephanie, yang memang sudah terkenal sebagai perayu ulung, otak pas-pasan, hobi berfoya-foya, dan selingkuh tiada akhir. "Apa yang kau lakukan di sini, Noah?" Noah yang tadinya bersandar di tembok pun melangkah mendekati Sierra dan mencoba menyentuh pipi Sierra. "Menunggumu, Sayang!" Namun, Sierra segera menampik tangan itu dan memukulnya kasar. "Jangan kurang ajar, Noah!" "Ouch, kau kasar sekali, Sierra!" seru Noah sambil mengibaskan tangannya dengan gayanya yang lebay. "Jangan pernah menggangguku atau aku tidak akan segan-segan melaporkan semua yang pernah aku lihat pada Stephanie! Kau selalu menggoda para karyawan di kantor bahkan kau juga menggoda asisten rumah tangga di rumah! Kau begitu menjijikkan, Noah! Stephanie pasti sudah buta saat memilih menikah denganmu!" "Oh, justru dia yang memohon aku untuk menikahinya karena dia cinta mati padaku, Sierra!" "Benarkah? Kalau begitu seharusnya kau urus saja istri tercintamu daripada begitu sibuk menggoda wanita lain, Noah!" Noah yang mendengarnya hanya tertawa pelan dan nampak tidak terpengaruh sama sekali pada ucapan Sierra. "Ayolah, Cantik! Jangan berpura-pura suci, Sierra! Di sini sedang tidak ada siapa-siapa! Aku sudah memeriksa toilet pria kosong! Ayolah, kita ke toilet, tunjukkan padaku sesuatu yang indah yang kau tutupi di balik gaun seksimu itu, Sierra! Kau tahu, aku selalu menyukai adrenalin yang terpacu saat melakukan affair di tempat umum! Haha, ayolah, Sayang! Sebentar saja ...." Noah terus mendekat dan menyeringai sambil menatap Sierra dengan penuh hasrat. Sierra yang merasa jijik pada Noah yang terus menggodanya itu pun langsung mendorong keras-keras tubuh Noah. "Dasar tidak tahu malu! Menjauh dariku, Pria Brengsek!" Dengan cepat, Sierra pun membalikkan tubuhnya bermaksud meninggalkan Noah, namun mendadak Noah mengatakan sesuatu yang membuat Sierra pun sontak menghentikan langkahnya. "Apa kau mau aku membocorkan pada semua orang siapa kau sebenarnya, Sierra Nevada?" **Suara lantang Noah sontak membuat Sierra menghentikan langkahnya. Sierra pun sempat terdiam sejenak, sebelum ia kembali membalikkan tubuhnya dan berdiri berhadapan dengan Noah."Membocorkan pada semua orang siapa aku sebenarnya? Memangnya siapa aku, hah?" tantang Sierra tanpa takut sedikit pun. Noah pun kembali menyeringai dan mendekati Sierra lagi. "Oh, kau pintar sekali berpura-pura ya! Kau itu hanya seorang wanita murahan, Sierra! Katakan padaku apa dulu kau punya banyak pelanggan, hah? Pantas saja sejak awal kau masuk sebagai perawat, aku sudah merasa familiar denganmu, aku baru menyadarinya akhir-akhir ini kalau aku memang pernah bertemu denganmu di suatu tempat yang jauh dari sini ...."Noah sengaja menggantung kata-katanya dan terlihat seolah menyimpan sebuah rahasia.Namun, Sierra yang mendengarnya pun hanya bisa tertawa sinis dan menanggapi semuanya dengan tetap tenang. "Apa kau mabuk, Noah? Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan! Lagipula aku juga tidak mer
Sierra masih begitu tegang saat merasa ada sesuatu yang berjalan di punggungnya.Awalnya rasanya seperti belaian ringan. Sierra sudah berpikir ada semut yang naik ke punggungnya. Namun, belaian itu merambat naik hingga menjadi sebuah pijatan lembut dengan jari dan Sierra mulai menyadari bahwa yang merambat di punggungnya bukanlah semut biasa. Sierra pun langsung menoleh ke arah Bastian yang sekarang sedang tersenyum tipis. Setengah mati Sierra menahan diri untuk tidak mengomel dan ia pun akhirnya menggeser posisi berdirinya agar ia bisa lepas dari Bastian. Namun, sialnya Bastian menahan punggungnya dan manager itu juga mengajak Sierra bicara sehingga Sierra terpaksa kembali tersenyum. "Sepertinya hubungan kalian begitu baik, Bu Sierra. Dan ini juga pertama kalinya aku bertemu dengan anak Pak Jacob," kata manager itu dengan ramah. Sierra tetap tersenyum tanpa menanggapi apa pun, sedangkan Bastian malah menyahutinya dengan begitu santai. "Tentu saja hubungan kami sangat baik, Pak.
"Mmpphh, Bastian ... jangan lakukan itu ... aku takut nanti ibu tirimu akan memergoki kita dan mengusirku lagi seperti waktu itu di rumahmu ...," rajuk seorang wanita yang sudah duduk di pangkuan Bastian dengan manja. Bastian sengaja membawa wanitanya ke ruang kerjanya dan membuat ulah agar Sierra tidak tahan padanya dan tidak mau bekerja bersamanya. "Tidak akan, Sayang. Aku sudah meminta Tory berjaga di depan pintu, lagipula ini tidak akan lama! Aku sedang penat siang ini," ucap Bastian sambil mulai menyusupkan tangannya ke balik rok wanita itu. Wanita itu pun hanya terkekeh geli dan langsung membenamkan wajahnya ke ceruk leher Bastian. Sementara di luar ruang kerja Bastian, Sierra baru saja datang membawa berkas untuk ia pelajari bersama Bastian. Sierra pun berniat masuk ke ruang kerja Bastian, tapi Tory yang sudah berjaga di sana langsung menghalanginya. "Eh, maaf, kau tidak bisa masuk sekarang, Bu Sierra!" kata Tory sambil merentangkan kedua tangannya di depan pintu. S
Bastian dan Sierra masih terdiam dalam posisi yang begitu dekat. Bukan hanya Bastian yang mendadak terhipnotis pada kecantikan Sierra, karena Sierra juga merasakan yang sama. Bahkan debar jantung Sierra pun memacu begitu kencang karena kedekatan ini. Sierra tahu Bastian tampan, bahkan ketampanan pria itu di atas rata-rata. Dan pria itu juga sangat menarik sampai bisa membuat orang berhenti melangkah hanya untuk mengaguminya. Tapi bukan berarti Sierra lantas tertarik pada Bastian. Awal perkenalan yang sama sekali tidak ramah ditambah dengan sikap brengsek dan menyebalkan yang pria itu tunjukkan membuat Sierra membenci pria itu. Namun, entah mengapa saat ini, mendadak Sierra melupakan semuanya saat hembusan napas Bastian bisa ia rasakan di wajahnya. Untungnya, Sierra segera menyadari kalau posisi mereka terlalu dekat. Sierra pun langsung meletakkan tangannya di dada Bastian dan mendorongnya pelan. "Astaga, Bastian, maaf ...," ucap Sierra pelan karena ia begitu sadar bahwa ia
"Kau mau yang ini juga?" tanya Sierra kepada Jacob saat melayani pria itu sarapan keesokan harinya. Semua orang sudah berkumpul di meja makan dan seperti biasa, tidak ada yang menyapa Sierra pagi itu. Laura dan Stephanie menatap Sierra dengan malas, sedangkan Noah malah menatap Sierra dengan tatapan lapar yang menjijikkan."Letakkan di sini makananku, Sierra! Dan pergilah mencari Bastian ke kamarnya! Bawa dia kemari untuk sarapan bersama!" perintah Jacob pada Sierra. Sierra pun hanya memutar bola matanya, sebelum melayangkan protes. "Bastian itu sudah besar, biarkan saja dia memutuskan sendiri kapan dia mau sarapan!"Jacob mengernyit mendengarnya. "Sekalipun dia sudah besar, dia tetap butuh makan, sudah tugasmu untuk merawatnya juga kan?""Tapi tidak harus aku juga yang memanggilnya kan? Pelayan bisa memanggilnya." "Aku mau kau, Sierra! Kau ibunya! Cepat panggil Bastian di kamarnya!" titah Jacob lagi yang tidak mau dibantah. Sambil menahan rasa kesalnya, Sierra pun akhirnya menu
"Tory, aku tidak ikut makan siang, tapi belikan aku makan siang di cafe biasanya! Aku harus mempelajari berkas sialan ini agar aku tidak terlihat bodoh di depan Pak Jose! Pak Jose adalah klien penting dan ini proyek pertamaku! Aku harus lebih menonjol daripada wanita itu!" seru Bastian siang itu. "Ah, baik, Bos! Tapi bolehkah aku makan siang dulu sebelum membawakan makan siangmu ke sini?" Tory menunjukkan deretan gigi putihnya dan tertawa nyengir. "Bawa kemari dulu baru kau boleh pergi makan!" geram Bastian. "Eh, tapi kalau aku bolak-balik, jam makan siangku akan habis di jalan, Bos!""Ck, sekali lagi kau begitu berisik, aku akan memotong gajimu, Tory! Sana pergi, aku lapar!" geram Bastian lagi. Tory yang mendengar nada ketus Bastian pun hanya bisa pasrah keluar dari ruangan itu sambil memanyunkan bibirnya. Dengan cepat, Tory pun tiba di cafe langganan Bastian. Beruntung cafenya tidak terlalu ramai siang itu jadi pesanan Tory bisa langsung dilayani. "Silahkan duduk dulu, Pak! Na
Bastian masih berkutat dengan pekerjaannya sore itu saat tiba-tiba cerita Tory mendadak memenuhi otaknya. Dengan geram, Bastian pun membanting bolpen yang dipegangnya ke atas meja. "Sial, mengapa aku harus memikirkan wanita itu? Apa yang akan terjadi padanya sama sekali bukan urusanku!""Tapi Noah memang brengsek! Apa dia begitu tidak laku sampai harus memakai cara seperti ini hanya untuk mendapatkan wanita? Sial! Stephanie benar-benar sudah gila saat memilih Noah menjadi suaminya!"Untuk sesaat, Bastian nampak mengeraskan rahangnya dan berpikir keras, sebelum akhirnya ia menelepon panggilan interkom ke ruangan sekretaris Sierra. "Apa Sierra ada di ruangannya?""Bu Sierra sedang ada janji dengan klien, Pak. Mungkin dia tidak akan kembali ke kantor hari ini.""Ck, baiklah!" Bastian pun menutup teleponnya sambil menghela napas kasar. "Yang penting aku sudah mencobanya, jadi jangan salahkan aku yang tidak memberitahumu," seru Bastian, sebelum akhirnya ia benar-benar tenggelam dalam p
Sierra bangkit dari kursinya dengan kepala yang berdenyut hebat.Bukan sakit kepala biasa karena rasanya lebih mirip seperti pusing karena sesuatu yang tidak berhasil dilampiaskan dan rasanya berputar di kepala Sierra. Tubuhnya pun makin memanas dan sensitif. Apalagi saat Vinn mulai mendekatinya dan mendadak memeluk pinggangnya dengan kurang ajar. "Apa ini? Maaf, Pak Vinn, singkirkan tanganmu!" seru Sierra yang masih mencoba mempertahankan dirinya. "Oh, maaf!" Vinn pun mengangkat kedua tangannya menjauhi Sierra, namun ia tersenyum simpul menantikan saat Sierra sendiri yang memohon untuk disentuh. Jantung Sierra pun masih memacu begitu cepat apalagi merasakan desiran rasa puas saat tangan besar Vinn memeluk pinggangnya tadi. Sial! Pasti ada yang salah denganku! Tapi apa itu? Mengapa mendadak rasanya seperti ini?Sierra masih terus berpikir keras saat akhirnya Vinn mengajaknya keluar dari restoran. Mereka naik ke lift dan Vinn sama sekali tidak menyentuh Sierra melainkan hanya men
"Apa menurutmu ada sesuatu yang terjadi, Bastian? Mengapa ucapan Ellyas dan Julio berbeda?" Sierra terus berpikir keras setelah mendengar perintah Ellyas di telepon, namun Bastian tetap tidak mengubah arah mobilnya menuju ke markas para rentenir. "Entahlah, Sierra! Tapi perasaanku mengatakan ada yang tidak beres. Salah satu di antara mereka berbohong tapi yang pasti bukan Julio."Sierra menahan napas mendengarnya. "Apa menurutmu Ellyas berniat menipu kita? Dia ingin mengambil sendiri uang itu padahal dia tidak memiliki Rosella dan Julio bersamanya?" "Melihat dari karakter Ellyas, itu mungkin saja, Sierra." Dan Sierra pun mendadak tegang. Jujur saja kalau ia sependapat dengan Bastian kali ini. Sierra pun akhirnya melirik ponselnya, seolah mempertimbangkan untuk menelepon Julio lagi atau tidak. Di satu sisi, Sierra ingin memastikan semuanya pada Julio.Tapi di sisi lain, ia juga takut kalau suara dering ponsel akan terdengar oleh para rentenir itu. "Apa Julio sudah mematikan deri
"Bagaimana? Dia sudah menyiapkan uangnya?" tanya Bos rentenir begitu Ellyas menutup teleponnya. "Sudah. Tenang saja, Bos! Sierra tidak akan berani macam-macam karena keselamatan Rosella dan Julio sedang terancam sekarang." "Hmm, aku tidak mau tahu, Ellyas! Yang aku mau tahu adalah aku mendapatkan uangku! Dan ingat, jangan macam-macam denganku karena kalau sampai dia membawa polisi, aku tidak akan segan-segan membunuh!" ancam Bos rentenir itu lagi. Ellyas meneguk saliva mendengarnya, namun ia berusaha tetap tenang dan memaksakan senyumnya. "Anakku tidak sebodoh itu, Bos! Kau tenang saja!" Bos rentenir yang mendengarnya hanya melirik Ellyas. "Semoga saja, Ellyas!" Sambil menyeringai, Bos rentenir itu pun melangkah pergi meninggalkan Ellyas sambil memberikan perintah pada anak buahnya, entah perintah apa itu, namun beberapa anak buah sempat melirik ke arah Ellyas sampai membuat Ellyas seketika waspada. "Sial, apa yang sedang mereka rencanakan? Apa mereka berniat menbunuhku juga se
"Kami sudah menemukan lokasinya. Ada anggota polisi yang akan mengantarmu ke sana, Bastian." Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Valdo kembali menelepon Bastian. "Benarkah? Kau sudah menemukannya, Valdo?" "Temanku anggota polisi. Mereka melacak lokasi yang sama dengan Tory. Tapi hati-hati karena mereka ada banyak orang. Mereka rentenir yang katanya cukup kejam dan tidak segan membunuh."Bastian mengernyit mendengarnya. "Tidak segan membunuh? Sial! Sebenarnya orang macam apa yang bekerja sama dengan Ellyas itu! Brengsek!""Ellyas bukan orang baik, Bastian. Kali ini kalian harus hati-hati! Maaf aku tidak ada di sana sekarang tapi aku akan segera menyusul ke sana." "Tidak apa, Valdo. Sebelum kau tiba di sini aku yakin aku pasti sudah menyelesaikan semuanya. Terima kasih atas bantuanmu, Valdo!"Valdo pun menjelaskan pada Bastian bagaimana rencana yang sudah ia pikirkan tadi dan mereka pun berunding sebelum mereka menutup teleponnya. Tidak lama setelah mereka menutup teleponnya, Tor
"Bastian, bagaimana keadaan di sana? Maaf aku baru mendengarnya.""Valdo, terima kasih atas perhatianmu!" Valdo menelepon Bik Ita untuk menanyakan kabar karena Sierra tidak mengangkat teleponnya siang itu dan Valdo pun akhirnya sempat bicara dengan Lidya hingga Lidya pun menceritakan semua yang terjadi. Tentu saja Valdo kaget sampai jantungnya berdebar begitu kencang, namun Valdo tidak berani memberitahu pada Jacob tentang kejadian itu. Jacob memang pernah memberitahu Valdo tentang kemunculan Ellyas dan Valdo sempat menelepon Sierra, namun Sierra memberitahu kalau semua baik-baik saja. Valdo pun lega mendengarnya, namun Valdo sempat menelepon Bastian dan meminta Bastian untuk waspada. Bastian juga memberitahu bahwa semuanya aman terkendali sejak ia memberikan rumah dan uang untuk Ellyas, tapi setelah itu, Valdo belum pernah menanyakan kabar lagi sampai ia menelepon Bik Ita baru saja. "Apa kau sudah menemukan di mana mereka, Bastian? Aku punya kenalan polisi dan aku bisa membantu
"Mereka akan baik-baik saja kalau ... kalian menyiapkan uang tebusan malam ini juga." Ellyas masih menyeringai sambil memencet tombol send di ponselnya. Rosella dan Julio sudah dibekap sampai pingsan sekarang dan tidak ada yang bisa memberontak lagi. "Kau sudah memintanya dengan jelas, Ellyas?" tanya Bos rentenir itu. "Sudah, Bos. Kau tenang saja! Mereka tidak akan main-main dengan keselamatan Rosella dan Julio."Bos rentenir itu memicingkan matanya dan mengangguk. "Ingat, jangan sampai mereka datang bersama polisi karena aku tidak akan segan-segan membunuh orang!" "Ah, tentu saja akan kuberitahu mereka tentang itu. Tapi kita juga tidak boleh melukai mereka sebelum uang ada di tangan kita, Bos." "Tenang saja! Aku juga sedang tidak berniat melukai orang selain melukaimu, Ellyas."Ellyas menelan saliva mendengarnya dan ia pun tidak berani banyak tingkah lagi di depan Bos rentenir yang rasanya belum sepenuhnya percaya padanya itu. Sementara itu, keluarga Sierra sudah begitu tegan
"Aarrgghh!" Lidya masih terus berteriak histeris saat akhirnya para karyawannya berhasil mengejar dan memeluknya. Dua karyawan terus menarik Lidya yang masih berdiri di jalan raya itu agar Lidya menepi sementara satu karyawan sendiri masih di toko melihat Bik Ita yang pingsan di sana. Beberapa orang di jalan yang melihatnya pun ada yang mengejar mobil itu dengan motor namun sayangnya waktu itu Pak sopir sedang tidak ada di sana sampai tidak ada yang bisa mengejar dengan mobil juga. "Bu, Anda tidak apa, Bu?""Dia berdarah. Bawa dia masuk!" "Bu, Anda bisa melihat kami, Bu?" Karyawan Lidya dan beberapa orang mencoba menenangkan Lidya, namun Lidya tidak berhenti menangis. Darah di dahi Lidya sudah terus keluar sedikit demi sedikit, namun Lidya tidak merasakan sakit sama sekali dan terus berteriak. "Ellyas, aku akan membunuhmu kalau sampai kau melakukan sesuatu pada anak dan cucuku! Brengsek! Brengsek!" Lidya terus meracau dan menangis histeris sampai akhirnya ia berhasil dibawa k
Satu minggu berlalu dan mendadak suasana kembali aman. Bastian dan Tory sempat bertanya-tanya tentang apakah ada rencana yang sedang dipikirkan oleh Ellyas, tapi mereka tidak bisa membayangkan rencana seperti apa itu. "Apa menurutmu dia baik-baik saja setelah kupukul, Tory?" "Entahlah, Bos! Nyatanya dia baik-baik saja di desa. Baru kemarin aku memastikannya di sana." Bastian mengangguk walaupun ia tidak sepenuhnya lega. Entah mengapa perasaannya tetap tidak enak, namun ia terus menenangkan dirinya agar tidak terlalu parno. Lidya dan Sierra pun sempat mengurung diri di rumah lagi dua hari setelahnya dan mereka merasa tidak nyaman dengan semua ini. Rasanya seperti akan mendapat teror dan hidup dalam ketakutan. Tapi setelah dua hari mereka kembali beraktivitas normal sampai hari ini. Lidya pun kembali ke toko sambil sesekali mengajak Julio dan Rosella kalau Rosella tidak sedang terapi. Seperti siang itu saat Rosella dan Julio seperti biasa ikut bersama Lidya ke toko. Bik Ita di
"Ibu baik-baik saja. Jangan mencemaskan Ibu!" Lidya terus menenangkan semua orang dan mengatakan kalau ia baik-baik saja namun semua orang nampak menatapnya cemas. Lidya pun terus duduk diam tanpa bicara sepatah kata pun sampai akhirnya ia memaksakan senyumnya pada semua orang. "Eh, bukankah makanannya sudah dingin nanti? Kita makan dulu saja, ayo!" Lidya bangkit dari kursinya dan menuju ke meja makan yang begitu penuh makanan itu. "Wah, terima kasih ya, makanannya banyak sekali dan Ibu jadi sangat lapar sekarang. Di sana juga banyak kue dan puding. Ini enak sekali! Ayo semuanya mari makan!" Lidya terus berbicara dan tersenyum sambil langsung mengambil piring, sedangkan semua orang hanya saling melirik, sebelum akhirnya Sierra memberi kode untuk makan saja. Sontak semua orang mengangguk dan mencoba tersenyum, seolah tidak terjadi apa-apa. "Ah, baiklah, mari makan semuanya! Ini beberapa makanan kesukaanmu, Ibu.""Ah, benar. Ini enak sekali! Terima kasih, Sayang!" Lidya dan Sie
Suara lantang Ellyas membuat semua orang menahan napasnya kaget. Namun, Bastian refleks maju ke depan Lidya, melindungi mertuanya itu. "Apa yang kau lakukan di sini, Pak El?" geram Bastian sambil menatap tajam pada Ellyas. Bastian kira semua yang ia berikan sudah cukup bagi Ellyas untuk memulai hidup baru dan tidak mengusik keluarga Sierra lagi, tapi melihat Ellyas yang muncul tiba-tiba membuatnya geram. Lidya sendiri langsung membelalak lebar dan Sierra buru-buru memeluknya. "Ibu ...." "Mau apa dia kemari? Mau apa dia kemari?" lirih Lidya yang masih berdiri di belakang Bastian. Jonathan sendiri refleks memeluk Rosella, mencoba mengalihkan perhatian Rosella agar tidak trauma lagi. Jonathan pun memerintahkan Bik Ita membawa Rosella dan Julio masuk bersama para karyawan Lidya. "Itu Grandpa yang waktu itu, Uncle! Julio mau melawan dia! Wajahnya sama, tapi sekarang dia terlihat lebih keren!" bisik Julio yang mendadak begitu heboh. "Tidak perlu, Julio! Bik Ita, cepat bawa mereka!"