Sierra masih begitu tegang saat merasa ada sesuatu yang berjalan di punggungnya.
Awalnya rasanya seperti belaian ringan. Sierra sudah berpikir ada semut yang naik ke punggungnya. Namun, belaian itu merambat naik hingga menjadi sebuah pijatan lembut dengan jari dan Sierra mulai menyadari bahwa yang merambat di punggungnya bukanlah semut biasa. Sierra pun langsung menoleh ke arah Bastian yang sekarang sedang tersenyum tipis. Setengah mati Sierra menahan diri untuk tidak mengomel dan ia pun akhirnya menggeser posisi berdirinya agar ia bisa lepas dari Bastian. Namun, sialnya Bastian menahan punggungnya dan manager itu juga mengajak Sierra bicara sehingga Sierra terpaksa kembali tersenyum. "Sepertinya hubungan kalian begitu baik, Bu Sierra. Dan ini juga pertama kalinya aku bertemu dengan anak Pak Jacob," kata manager itu dengan ramah. Sierra tetap tersenyum tanpa menanggapi apa pun, sedangkan Bastian malah menyahutinya dengan begitu santai. "Tentu saja hubungan kami sangat baik, Pak. Umur kami hampir sama dan kami sangat cocok." Bastian menekan ucapannya sambil memeluk pinggang Sierra mendekatinya. Sierra tersentak kaget saat bagian samping tubuhnya sudah menempel dengan tubuh Bastian. 'Sial! Apa yang Bastian inginkan? Dasar kurang ajar!' rutuk Sierra dalam hatinya. Dan obrolan santai itu pun mendadak menjadi begitu menyiksa bagi Sierra karena Sierra harus menahan dirinya yang dilecehkan oleh tangan nakal Bastian yang terus menari di punggungnya. Hingga saat manager itu dan keluarganya pergi pun, Sierra pun menumpahkan kekesalannya. "Apa yang kau lakukan, Bastian? Lepaskan tanganmu dariku!" "Memangnya apa yang sudah aku lakukan?" sahut Bastian dengan begitu santai dan tanpa rasa bersalah. "Kau menyentuhku dengan cara yang tidak sopan! Kau sudah melecehkanku!" Bastian hanya menyeringai sambil sedikit membungkuk dan mendekatkan wajahnya di depan wajah Sierra. "You seduced me first, Stepmother!" "Jangan gila, Bastian! Aku tidak pernah menggodamu!" "Nyatanya kau melakukannya, Sierra. Kau tahu kan kalau seorang wanita bisa dihormati dari caranya berpenampilan dan caranya membawa diri. Jadi kalau gaunmu saja begitu terbuka, jangan salahkan para pria yang menggodamu karena kau sendiri yang mengundang mereka untuk menggodamu, Sierra." Sierra yang mendengarnya hanya bisa menganga menatap Bastian. "Dasar pria brengsek!" "Aku memang brengsek sedangkan kau ... murahan! Jadi kedudukan kita seimbang sekarang. Dan kalau kau masih ingat kau adalah istri dari Jacob Sagala, sebaiknya kalau ada acara seperti ini lagi, berpakaianlah dengan lebih sopan agar tidak ada yang tahu kalau kau adalah wanita murahan. Setidaknya kau harus menjaga nama baik keluarga Sagala kan?" Bastian kembali menyeringai, sebelum ia melenggang pergi meninggalkan Sierra begitu saja. Dan Sierra pun terus menggeram kesal. "Ini karena Pak Tua sialan itu, bisa-bisanya dia memintaku memakai gaun seperti ini!" Sierra terus kesal malam itu, tapi ia berusaha tetap profesional dan tersenyum, walaupun senyumnya terus menghilang saat tatapannya beberapa kali bertemu dengan tatapan Bastian. Namun, keseluruhan acara malam itu berlangsung sangat lancar dan Jacob terlihat sangat gembira. Bahkan Jacob terus tertawa sepanjang perjalanan pulang sampai ia batuk tanpa henti. Sierra pun terpaksa menemani Jacob di kamarnya, melayani Jacob minum obat, dan memastikan Jacob tidak batuk lagi, baru ia kembali ke kamarnya sendiri karena memang Sierra tidak pernah tidur satu kamar dengan Jacob. * "Aku senang sekali karena acara kemarin sukses!" seru Jacob senang saat sarapan bersama keesokan harinya. Namun, tidak ada satu pun yang menanggapinya. Semua orang terlihat sibuk sendiri berkutat dengan ponsel atau piring makannya sampai Jacob pun kembali mencoba menarik perhatian. "Ehem, Sierra, kudengar kau sudah berhasil melobi Pak Jose dengan baik sampai dia setuju bekerja sama dengan kita. Itu bagus sekali!" "Ya, syukurlah Pak Jose akhirnya setuju," sahut Sierra antusias dengan keberhasilannya itu. Laura dan Stephanie yang mendengarnya pun sontak menganga kaget. "Wow, bukankah Pak Jose terkenal sangat sulit dan banyak maunya, tapi kau bisa melobinya dengan begitu mudah ya," ucap Laura dengan maksud tersirat. "Jangan meragukan kehebatan Bu Sierra kita. Walaupun aku juga jadi penasaran cara apa yang Sierra gunakan untuk mengambil hati Pak Jose," timpal Noah sambil menatap Sierra dengan tatapan nakalnya. Bastian yang melihat ekspresi Noah pun langsung memicingkan matanya menatap Sierra dengan curiga. Mungkinkah Sierra merayu para klien untuk mendapatkan proyek di perusahaan? Sulit dipercaya wanita itu bisa melakukan hal yang begitu murahan dan memalukan. Walaupun jujur Bastian menikmati mengerjai Sierra semalam, tapi tetap saja, wanita murahan seperti Sierra hanya cocok untuk menjadi mainan semata, bukan teman apalagi rekan kerja. "Tentu saja aku berusaha keras untuk meyakinkan Pak Jose, Noah. Memangnya cara apa lagi yang bisa kulakukan, hah? Melihat ekspresimu, aku jadi curiga ada pikiran apa di otak kotormu itu?" Terdengar suara Sierra yang menanggapi Noah dengan sarkastik. "Jaga bicaramu pada suamiku, Sierra!" Stephanie langsung membela suaminya. "Dia yang seharusnya menjaga bicaranya padaku, Stephanie!" balas Sierra. "Oh, kau benar-benar kurang ajar ya!" Stephanie menggebrak mejanya dan bangkit berdiri dengan kesal. Seketika suasana ruang makan pun menjadi memanas. "Hentikan! Ada aku di sini tapi kalian berani bertengkar! Duduk, Stephanie!" seru Jacob dengan suara yang menggelegar. Stephanie yang mendengarnya langsung mengkerut dan kembali duduk tanpa bicara sepatah kata pun lagi. "Aku tidak mau mendengar keributan apa pun lagi! Dan soal proyek Pak Jose, aku mau Bastian dan Sierra yang menangani proyeknya." Bastian yang sejak tadi hanya diam pun langsung bereaksi keras. "Apa kau pikir kau bisa mengaturku, Jacob Sagala? Aku memilih sendiri dengan siapa aku akan bekerja, dan karena aku sekarang sudah menggantikan Sierra, jadi untuk apa lagi Sierra tetap di perusahaan?" "Benar, Ayah. Lagipula aku dan Noah bisa membantu Bastian, untuk apa Sierra?" timpal Stephanie cepat. "Aku juga tidak butuh bantuanmu, Stephanie!" tolak Bastian tegas yang langsung membuat Stephanie kembali terdiam. Jacob pun kembali menyahut dengan nada keras dan tidak mau dibantah. "Jangan berdebat lagi! Apa yang sudah Ayah putuskan tidak bisa diganggu gugat! Lagipula Sierra tidak akan keluar dari perusahaan selama Ayah belum mengijinkannya, jadi biarkan sekarang dia mengajarimu dulu, Bastian!" "Sial! Kau pikir ini pertama kalinya aku bekerja, hah? Aku punya perusahaan sendiri di Malaysia dan aku tidak perlu diajari oleh siapa pun!" geram Bastian meradang. "Tentu saja Ayah tahu kau hebat, Bastian. Tapi tetap saja perusahaan kita berbeda dan di perusahaan Ayah, kau harus mengikuti aturan Ayah!" Bastian makin geram mendengarnya. Niat hatinya ingin mendepak Sierra dari perusahaan, tapi ia malah berakhir dengan bekerja bersamanya. 'Baiklah, Wanita Sialan! Kalau sekarang aku masih belum bisa mendepakmu, kita lihat saja seberapa kuat kau bisa bertahan bersamaku!' geram Bastian dalam hatinya. **"Mmpphh, Bastian ... jangan lakukan itu ... aku takut nanti ibu tirimu akan memergoki kita dan mengusirku lagi seperti waktu itu di rumahmu ...," rajuk seorang wanita yang sudah duduk di pangkuan Bastian dengan manja. Bastian sengaja membawa wanitanya ke ruang kerjanya dan membuat ulah agar Sierra tidak tahan padanya dan tidak mau bekerja bersamanya. "Tidak akan, Sayang. Aku sudah meminta Tory berjaga di depan pintu, lagipula ini tidak akan lama! Aku sedang penat siang ini," ucap Bastian sambil mulai menyusupkan tangannya ke balik rok wanita itu. Wanita itu pun hanya terkekeh geli dan langsung membenamkan wajahnya ke ceruk leher Bastian. Sementara di luar ruang kerja Bastian, Sierra baru saja datang membawa berkas untuk ia pelajari bersama Bastian. Sierra pun berniat masuk ke ruang kerja Bastian, tapi Tory yang sudah berjaga di sana langsung menghalanginya. "Eh, maaf, kau tidak bisa masuk sekarang, Bu Sierra!" kata Tory sambil merentangkan kedua tangannya di depan pintu. S
Bastian dan Sierra masih terdiam dalam posisi yang begitu dekat. Bukan hanya Bastian yang mendadak terhipnotis pada kecantikan Sierra, karena Sierra juga merasakan yang sama. Bahkan debar jantung Sierra pun memacu begitu kencang karena kedekatan ini. Sierra tahu Bastian tampan, bahkan ketampanan pria itu di atas rata-rata. Dan pria itu juga sangat menarik sampai bisa membuat orang berhenti melangkah hanya untuk mengaguminya. Tapi bukan berarti Sierra lantas tertarik pada Bastian. Awal perkenalan yang sama sekali tidak ramah ditambah dengan sikap brengsek dan menyebalkan yang pria itu tunjukkan membuat Sierra membenci pria itu. Namun, entah mengapa saat ini, mendadak Sierra melupakan semuanya saat hembusan napas Bastian bisa ia rasakan di wajahnya. Untungnya, Sierra segera menyadari kalau posisi mereka terlalu dekat. Sierra pun langsung meletakkan tangannya di dada Bastian dan mendorongnya pelan. "Astaga, Bastian, maaf ...," ucap Sierra pelan karena ia begitu sadar bahwa ia
"Kau mau yang ini juga?" tanya Sierra kepada Jacob saat melayani pria itu sarapan keesokan harinya. Semua orang sudah berkumpul di meja makan dan seperti biasa, tidak ada yang menyapa Sierra pagi itu. Laura dan Stephanie menatap Sierra dengan malas, sedangkan Noah malah menatap Sierra dengan tatapan lapar yang menjijikkan."Letakkan di sini makananku, Sierra! Dan pergilah mencari Bastian ke kamarnya! Bawa dia kemari untuk sarapan bersama!" perintah Jacob pada Sierra. Sierra pun hanya memutar bola matanya, sebelum melayangkan protes. "Bastian itu sudah besar, biarkan saja dia memutuskan sendiri kapan dia mau sarapan!"Jacob mengernyit mendengarnya. "Sekalipun dia sudah besar, dia tetap butuh makan, sudah tugasmu untuk merawatnya juga kan?""Tapi tidak harus aku juga yang memanggilnya kan? Pelayan bisa memanggilnya." "Aku mau kau, Sierra! Kau ibunya! Cepat panggil Bastian di kamarnya!" titah Jacob lagi yang tidak mau dibantah. Sambil menahan rasa kesalnya, Sierra pun akhirnya menu
"Tory, aku tidak ikut makan siang, tapi belikan aku makan siang di cafe biasanya! Aku harus mempelajari berkas sialan ini agar aku tidak terlihat bodoh di depan Pak Jose! Pak Jose adalah klien penting dan ini proyek pertamaku! Aku harus lebih menonjol daripada wanita itu!" seru Bastian siang itu. "Ah, baik, Bos! Tapi bolehkah aku makan siang dulu sebelum membawakan makan siangmu ke sini?" Tory menunjukkan deretan gigi putihnya dan tertawa nyengir. "Bawa kemari dulu baru kau boleh pergi makan!" geram Bastian. "Eh, tapi kalau aku bolak-balik, jam makan siangku akan habis di jalan, Bos!""Ck, sekali lagi kau begitu berisik, aku akan memotong gajimu, Tory! Sana pergi, aku lapar!" geram Bastian lagi. Tory yang mendengar nada ketus Bastian pun hanya bisa pasrah keluar dari ruangan itu sambil memanyunkan bibirnya. Dengan cepat, Tory pun tiba di cafe langganan Bastian. Beruntung cafenya tidak terlalu ramai siang itu jadi pesanan Tory bisa langsung dilayani. "Silahkan duduk dulu, Pak! Na
Bastian masih berkutat dengan pekerjaannya sore itu saat tiba-tiba cerita Tory mendadak memenuhi otaknya. Dengan geram, Bastian pun membanting bolpen yang dipegangnya ke atas meja. "Sial, mengapa aku harus memikirkan wanita itu? Apa yang akan terjadi padanya sama sekali bukan urusanku!""Tapi Noah memang brengsek! Apa dia begitu tidak laku sampai harus memakai cara seperti ini hanya untuk mendapatkan wanita? Sial! Stephanie benar-benar sudah gila saat memilih Noah menjadi suaminya!"Untuk sesaat, Bastian nampak mengeraskan rahangnya dan berpikir keras, sebelum akhirnya ia menelepon panggilan interkom ke ruangan sekretaris Sierra. "Apa Sierra ada di ruangannya?""Bu Sierra sedang ada janji dengan klien, Pak. Mungkin dia tidak akan kembali ke kantor hari ini.""Ck, baiklah!" Bastian pun menutup teleponnya sambil menghela napas kasar. "Yang penting aku sudah mencobanya, jadi jangan salahkan aku yang tidak memberitahumu," seru Bastian, sebelum akhirnya ia benar-benar tenggelam dalam p
Sierra bangkit dari kursinya dengan kepala yang berdenyut hebat.Bukan sakit kepala biasa karena rasanya lebih mirip seperti pusing karena sesuatu yang tidak berhasil dilampiaskan dan rasanya berputar di kepala Sierra. Tubuhnya pun makin memanas dan sensitif. Apalagi saat Vinn mulai mendekatinya dan mendadak memeluk pinggangnya dengan kurang ajar. "Apa ini? Maaf, Pak Vinn, singkirkan tanganmu!" seru Sierra yang masih mencoba mempertahankan dirinya. "Oh, maaf!" Vinn pun mengangkat kedua tangannya menjauhi Sierra, namun ia tersenyum simpul menantikan saat Sierra sendiri yang memohon untuk disentuh. Jantung Sierra pun masih memacu begitu cepat apalagi merasakan desiran rasa puas saat tangan besar Vinn memeluk pinggangnya tadi. Sial! Pasti ada yang salah denganku! Tapi apa itu? Mengapa mendadak rasanya seperti ini?Sierra masih terus berpikir keras saat akhirnya Vinn mengajaknya keluar dari restoran. Mereka naik ke lift dan Vinn sama sekali tidak menyentuh Sierra melainkan hanya men
Bastian melajukan mobilnya begitu cepat pergi dari Hotel Garden meninggalkan Tory sendirian. Dan sepanjang jalan, Bastian pun terus mengumpat dengan kesal. "Sialan! Ada apa dengan anak itu? Biasanya dia bersikap seperti anak kecil yang begitu iseng dan suka mengeluh, tapi mendadak hari ini dia bersikap seperti seorang pria dewasa yang menyebalkan! Merengek seperti itu agar aku menolong Sierra!""Sial! Untuk apa aku melakukannya? Apa dia pikir aku ini suka mencampuri urusan orang lain? Apalagi urusan wanita itu! Sial!"Bastian pun menggenggam erat setirnya sambil menginjak gasnya kencang saat tiba-tiba ingatan tentang Sierra yang terjebak berdua bersamanya di lift muncul di otaknya. Tubuh ramping yang begitu pas di pelukannya dan sepasang manik mata yang begitu indah. Tatapan yang berani, namun juga tersirat banyak hal dalam tatapan itu yang Bastian juga tidak tahu apa itu. Namun, rasanya seolah Bastian kembali ke malam itu, saat manik mata itu menatapnya dalam, hembusan napas itu
Sierra sama sekali tidak bisa mengendalikan dirinya. Mulai saat Vinn menangkup dadanya dengan kurang ajar, Sierra sudah menikmatinya walaupun ia masih cukup sadar untuk menjaga harga dirinya. Namun, saat Vinn mulai memeluknya, melemparnya ke ranjang dan menyentuhnya, Sierra sudah tidak bisa menahan gejolak dalam dirinya yang benar-benar mendamba sentuhan itu. Bahkan rasa jijik saat menatap wajah Noah dan Vinn ternyata tetap tidak bisa menjaga kewarasan Sierra. Sampai saat pintu dibuka kasar dan seseorang masuk ke sana lalu menghajar para pria itu. Sierra pun menggeser posisi tubuhnya menjauhi orang-orang, namun ia tetap menggeliat di ranjang itu. "Akkhh, aku tidak tahan lagi, dress ini benar-benar menyiksaku!" pekik Sierra saat semua orang akhirnya keluar dari kamarnya. Sierra bangkit berdiri dan mulai melepaskan dressnya serta semua penghalang lain di tubuhnya sampai tubuhnya benar-benar polos. Dan saat ia mendengar suara pintu ditutup, Sierra yang kaget pun menoleh. Seketika
Setelah serangkaian acara selesai, anak-anak pun makan bersama lalu bermain bersama. Gelak tawa dan teriakan anak-anak memenuhi pinggir kolam renang sampai membuat Jacob dan Lidya pun terus tertawa senang. "Masa tua kita akan terus bahagia melihat para cucu kita yang tumbuh besar, aku senang sekali akhirnya kita menjadi keluarga besar, Bu Lidya." "Aku juga senang, Pak Jacob. Aku tidak pernah menyangka hari ini akan tiba. Masih teringat jelas bagaimana semua hal buruk itu terjadi dulu, tapi semua benar-benar sudah berubah beberapa tahun terakhir ini. Dan selama beberapa tahun ini aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bersyukur sekali." "Haha, kau benar, Bu Lidya. Kau benar. Karena aku juga merasakan yang sama. Sejak Bastian menikah dengan Sierra, aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bahagia sekali." Lidya yang mendengarnya hanya mengangguk dan tersenyum menatap anak-anak yang bermain bersama. Kali ini Bastian dan Jonathan mengobrol bersama, sedangkan Rosella dan Sierra pun mengobro
Satu tahun kemudianSpanduk bertuliskan "Happy birthday Victor Sagala" membentang di pinggir kolam renang rumah Jacob pagi itu. Jacob ngotot menjadi tuan rumah dalam acara ulang tahun cucunya itu dan keluarga Sierra pun akhirnya merayakan ulang tahun Victor di sana. Lidya dan Sierra pun berangkat ke rumah Jacob membawa Santos dan Sania yang sudah berlarian kesana kemari dan tidak bisa diam itu. Namun, Santos dan Sania sangat menyayangi Victor. Perbedaan umur mereka yang hanya 1.5 tahun membuat mereka terlihat lucu saat bersama. Santos dan Sania akan menggandeng Victor di tengah dan Victor yang baru belajar berjalan itu begitu senang setiap kali digandeng oleh kakak kembarnya itu. Seperti pagi itu di pinggir kolam renang rumah Jacob. "Hati-hati, Santos! Jangan miring-miring jalannya! Nanti kalian bertiga bisa masuk ke dalam kolam!" seru Sierra yang masih sibuk menyusun kue-kue di meja untuk foto. Santos dan Sania membawa Victor berkeliling dan mereka berjalan zigzag. Kadang mere
Beberapa bulan berlalu dan perut para Ibu hamil pun sudah membola. Rosella sendiri sudah mendekati waktu melahirkan, namun ia masih begitu aktif bekerja sampai Adipura tidak tahan melihatnya. "Aduh, Rosella! Kau di rumah saja ya! Istirahat saja! Tinggal menghitung hari kau akan melahirkan! Ayah tidak mau cucu Ayah lahir di kantor!" "Aku baik-baik saja, Ayah. Lagipula aku tidak setiap hari ke kantor kan?" "Tapi Ayah takut sekali melihatmu berjalan dengan perut sebesar itu!" "Haha, benar, Rosella! Dengarkan ayahmu, dia sampai tidak bisa tidur memikirkanmu." Imelda mengulum senyumnya. Rosella sendiri ikut tersenyum. "Haha, baiklah, Ayah! Baiklah, besok aku tidak akan ke kantor ya," kata Rosella akhirnya. "Ah, iya, iya." Adipura pun bernapas lega dan jantungnya terus berdebar kencang karena terlalu antusias. Bahkan Adipura ikut diam di rumah bersama Rosella keesokan harinya. "Makan yang banyak, Rosella! Kau harus punya tenaga untuk melahirkan," pesan Adipura yang terus menghitung
Hamil dalam keadaan sadar dan hamil dalam keadaan gila tentu saja adalah dua hal yang sangat berbeda. Dulu waktu Rosella hamil Julio, setiap hari ia hanya bisa berteriak dan memukuli perutnya, menolak kehadiran Julio dan terus mengamuk. Rosella benar-benar gila dulu dan rasanya apa yang terjadi dulu sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Tapi di atas semua itu, Rosella bersyukur karena semua hal buruk sudah berlalu dan digantikan hal baik yang tiada henti di kehidupannya yang sekarang. Rosella memiliki keluarga yang hebat, suami yang hebat, mertua yang hebat, dan anak yang hebat. Pekerjaan yang hebat juga dan semua hal yang membuatnya tidak pernah menyesal telah dilahirkan, yang membuat Rosella tidak pernah menyesali lagi semua yang sudah terjadi di masa lalunya. Dan yang membuat Rosella paham bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup kita. Mungkin seringkali kita bertanya mengapa aku yang harus mengalami semua hal buruk itu, aku tidak kuat, aku tidak sanggup.
Lidya dan Sierra masih begitu syok sampai mereka tidak tahu harus senang atau tidak, namun semua anggota keluarga yang lain malah memekik senang, terutama Jacob yang tidak berhenti tertawa senang. "Selamat ya, Sierra! Selamat! Haha! Ayah senang sekali akan bertambah cucu! Hahaha!" Sierra pun hanya memaksakan senyumnya sampai tidak lama kemudian, Bastian pun pulang ke rumah karena Sierra mengirimkan hasil tespeknya ke ponsel Bastian.Bastian yang baru memarkir mobilnya pun langsung berlari masuk dan mencari istrinya. "Sierra, Sayang, benarkah itu? Kau hamil lagi, Sayang?" Bastian langsung menangkup kedua bahu Sierra. "Entahlah, tespeknya bilang begitu!" Bastian yang mendengar jawaban Sierra pun langsung tertawa sumringah. "Bukankah tespek tidak pernah bohong, Sayang? Sekarang kita tanya ke dokter ya! Ayo, Sayang! Ayo!" Bastian pun langsung mengajak Sierra pergi ke dokter kandungan siang itu dan jantung Sierra pun terus berdebar tidak karuan sampai akhirnya ia dipanggil masuk dan
Hampir satu minggu setelah acara pernikahan dan semua orang akhirnya bisa bersantai lagi dari padatnya acara mereka. Saking banyaknya undangan yang diundang oleh Adipura dari berbagai kota dan negara membuat jadwal keluarga mereka pun begitu padat untuk menjamu semuanya. Dan ketika semuanya berakhir, Rosella sendiri mengalami kelelahan yang tidak biasa. Ia lelah sekali sampai lemas dan tidak bernafsu melakukan apa pun, bahkan nafsu makan pun tidak ada. Selama tiga malam Rosella dan Jonathan masih menginap di hotel lalu setelahnya mereka pun pulang ke rumah Adipura. Jonathan memang belum mengajak Rosella tinggal berdua di apartemen karena keluarga Adipura masih begitu menikmati kumpul bersama seperti ini, apalagi sekarang Julio sudah tinggal bersama mereka. "Kau tidak apa, Sayang? Kau kelelahan ya?" Jonathan membelai kepala Rosella yang sedang berbaring tidur siang itu. "Hmm, aku lelah sekali, Jonathan. Aku sedikit meriang, kurasa aku tidak mau melakukan apa-apa dulu." "Kau mau
Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Jonathan and Rosella" terpasang di pintu masuk sebuah taman di sebuah hotel mewah yang akan menjadi tempat pemberkatan pernikahan pagi itu. Hanya sedikit undangan yang diundang pada pagi hari, namun mereka akan mengadakan pesta besar lagi di ballroom mewah nanti malam. Semua undangan pun sudah hadir di sana dan mereka begitu antusias menantikan pasangan pengantin yang berbahagia. Rosella sendiri nampak begitu gugup saat berada di ruang VIP untuk menunggu saat ia harus keluar. Setelah mengalami persiapan pernikahan yang cukup membuat emosi labil dan setelah mengalami pingitan yang membuatnya begitu merindukan Jonathan, hari ini akhirnya mereka akan mengikat janji suci dan jantung Rosella tidak berhenti berdebar kencang sejak subuh tadi. "Tenang, Rosella! Tenang! Kau terlalu gugup!" Lidya terus tersenyum menatap Rosella dari pantulan cerminnya. "Bagaimana aku tidak gugup, Ibu? Entahlah, aku gemetar!" "Haha, aku juga begitu waktu itu, Rosel
Semua anggota keluarga menyambut bahagia lamaran yang dilakukan oleh Jonathan dan mereka pun begitu tidak sabar untuk menikahkan anak-anak mereka. Mereka pun langsung memilih hari baik dan persiapan pernikahan pun mulai digelar. Semua orang langsung sibuk dengan tugasnya masing-masing karena Adipura ingin membuat pesta besar untuk Jonathan dan Rosella. "Sungguh tidak usah pesta sebesar itu, Ayah. Bagiku yang penting pernikahan kami sah.""Tidak bisa! Kau akan menikah, tentu saja pestanya harus besar dan mewah. Ayah tidak mau tahu, pestanya harus besar!" seru Adipura lagi dengan lantang. Semua anggota keluarga pun tidak berani membantah lagi dan akhirnya menuruti Adipura. Mereka menyewa gedung resepsi mewah dan menyewa jasa WO, namun tetap saja Adipura yang begitu sibuk mengatur semua detailnya karena memang Adipura sendiri adalah orang yang sangat detail. Sedangkan Lidya dan keluarganya yang sudah kembali ke rumah mereka sendiri, tidak banyak ikut campur dan memilih untuk mengik
"Mari, silakan, Pak Jacob!" "Silakan, Pak Adipura!" Keluarga Adipura, keluarga Jacob, dan keluarga Lidya sedang berkumpul bersama malam itu di sebuah ruang VIP di sebuah hotel mewah untuk makan malam. Setelah melalui banyak hal, mereka menjadi semakin dekat satu sama lain. "Rosella, kapan kau baru akan kembali ke WHA, hah? Om menunggumu. WHA membutuhkanmu," seru Adipura. Sejak kejadian itu sampai Adipura keluar dari rumah sakit bahkan sampai hari ini, Rosella memang belum kembali bekerja di WHA. Walaupun semua masalah sudah selesai dan namanya sudah bersih, tapi Rosella masih ragu untuk kembali. Bahkan Livy sudah mengundurkan diri dan memilih pindah ke luar negeri. "Ah, itu ...." "Besok Rosella akan kembali bekerja, Ayah." celetuk Jonathan tiba-tiba. Rosella pun membelalak menatap Jonathan karena sebelumnya mereka belum pernah membicarakannya. "Jonathan!" desis Rosella. Namun, Jonathan tidak menanggapinya dan malah menggenggam tangan Rosella yang ada di atas meja. "Besok