Byur!
Suara air kolam renang terpecah saat Bastian mendorong Sierra hingga tercebur ke sana. "Arrgghh!" Sierra yang tidak siap benar-benar tidak sempat mengatur napasnya sampai ia bergerak panik bahkan menelan air cukup banyak. "Uhuk ... uhuk ...." Sierra terus terbatuk saat akhirnya ia berhasil mengeluarkan kepalanya dari dalam air dan ia pun langsung menyeka wajahnya. "Bastian! Beraninya kau melakukan ini padaku?" pekik Sierra begitu kesal. Namun, Bastian hanya menyeringai sambil tetap berdiri di posisinya. "Ini baru permulaan, Sierra! Kalau kau membuat keributan lagi, aku bisa bertindak lebih jauh daripada ini!" ancam Bastian sambil menatap Sierra berapi-api. Sierra sendiri pun menatap Bastian dengan tatapan penuh amarah, sementara Stephanie tersenyum penuh kemenangan melihatnya. Dengan penuh percaya diri, Stephanie mendekati Bastian dan langsung memeluk lengan pria itu. "Terima kasih sudah membelaku, Bastian!" Bastian yang mendengarnya pun langsung melirik Stephanie dan mengentakkan lengannya terlepas dari pelukan Stephanie. "Siapa yang membelamu, Stephanie? Aku melakukannya untuk diriku sendiri dan jangan bersikap seolah kita ini dekat! Kau adalah anak selingkuhan ayahku, jangan lupa itu! Aku membenci kalian semua!" ucap Bastian dengan nada sarkastik, sebelum ia langsung masuk kembali ke dalam rumah. Stephanie yang mendengarnya hanya mendesah kesal, sebelum ia ikut masuk ke dalam rumah meninggalkan Sierra yang tidak berhenti mengumpat kesal. "Akkhh, sialan, Bastian!" geram Sierra kesal. Sierra pun terus mengumpat saat ia terpaksa harus mandi lagi sebelum berangkat ke kantor. Sementara Bastian sendiri juga sedang bersiap di kamarnya dan memakai setelan formalnya. Setelah tiga bulan tinggal di rumah ini dan melihat bagaimana keributan yang terjadi, rasanya Bastian sudah tidak bisa tinggal diam lagi. Apalagi mendengar percakapan tadi pagi tentang gaji direksi yang dipotong. "Sial! Aku tidak percaya wanita itu sudah melangkah sejauh ini sampai memotong gaji direksi. Untuk apa lagi dia melakukannya kalau bukan untuk dimasukkan ke kantongnya sendiri. Dasar wanita brengsek!" "Aku tidak akan puas hanya dengan memberimu pelajaran seperti tadi, Sierra! Lihat saja, aku akan mengambil hakku dan menyingkirkanmu dari perusahaan!" ucap Bastian lagi dengan penuh rencana. Hari sudah mulai siang saat Sierra tiba di Sagala Group, sebuah perusahaan raksasa yang bergerak di bidang konstruksi, perusahaan yang sudah tiga bulan ini "terpaksa" menjadi tempatnya bekerja. Beberapa karyawan yang melihatnya langsung menunduk memberi salam dan Sierra membalasnya dengan tersenyum ramah, sebelum ia melangkah ke ruang kerjanya sendiri, ruangan direktur utama yang dulunya ditempati oleh Jacob. Untung saja Sierra termasuk wanita yang pintar dan punya pengalaman bekerja sebelum menjadi perawat, sehingga walaupun tidak mudah, tapi akhirnya Sierra mampu menunjukkan kemampuannya dan membuatnya dihormati di perusahaan ini. Sierra pun mulai membuka laptopnya dan baru akan bersiap bekerja saat pintu ruang kerjanya diketuk dan seorang pria muda masuk ke dalam. "Selamat siang, Bu Sierra! Kau terlambat hari ini," sapa pria itu ramah. Sierra langsung mendongak menatap pria tampan yang sedang melangkah ke arahnya itu. Osvaldo Darren Atmajaya, pengacara muda yang sangat pintar sekaligus tangan kanan Jacob Sagala. Jacob mempercayakan semua rahasia dan urusan perusahaan kepada pria muda itu dan Valdo jugalah yang menangani perjanjian istri pura-pura ini. Padahal katanya Valdo sendiri juga berasal dari keluarga kaya. Entah apa yang membuat Valdo mau mengabdikan hidupnya untuk pria tua menyebalkan seperti Jacob. Tapi apa pun alasannya, yang pasti Sierra tahu Valdo berbeda dengan Jacob. Valdo tidak hanya baik hati, tapi juga ramah, lembut, dan banyak membantu Sierra mengatasi semua kesulitannya. Dan semua itu membuat Sierra begitu nyaman bersama Valdo. "Valdo, ada kejadian yang tidak menyenangkan di rumah." "Aku tahu. Pak Tua itu sudah memberitahuku," sahut Valdo sambil tetap tersenyum dan duduk di kursi di hadapan Sierra. Sierra pun terdiam sejenak dengan hati yang mendadak kembali memanas. "Pak Tua itu memberitahumu? Oh, membuatku emosi saja! Sepanjang pagi dia ada di kamarnya bahkan sarapan di sana! Dia mendengar keributan antara aku, Bastian, dan Stephanie, tapi dia tetap diam di kamarnya seolah dia sedang sangat menikmati permainan yang dia buat!" "Lama-lama aku merasa seperti sedang mengikuti game survival, di mana dia sebagai pencipta permainan hanya bersembunyi di balik topengnya dan menonton aku berperang dengan keluarganya sampai mati!" imbuh Sierra masih dengan berapi-api. Valdo hanya tertawa pelan mendengarnya. "Sabar, Sierra! Sabar! Kita tahu sendiri Jacob Sagala itu seperti apa kan?" "Ya, tentu saja kita tahu dia seperti apa, karena itu, aku sudah tidak mau tunduk padanya. Ayah dan anak itu sudah hampir membuatku gila!" Sierra hanya bisa mengungkapkan semua ganjalan di hatinya pada Valdo karena hanya Valdo yang mengetahui kebenarannya. Walaupun Valdo sendiri tidak bisa membantu banyak karena ia juga bekerja di bawah pimpinan Jacob Sagala. Valdo pun hanya bisa menatap Sierra dengan iba dan sayang. Seandainya Valdo tahu perasaannya akan tumbuh untuk Sierra, ia tidak akan menyetujui semua kegilaan ini dan akan membantu Sierra dengan kemampuannya sendiri. Namun sayangnya, ia terlambat menyadari perasaannya. Sierra pun sudah terlanjur menandatangani perjanjian yang begitu mengikatnya bersama keluarga Sagala. Hingga kini, Valdo hanya bisa menjadi pelindung wanita itu dalam diam. "Sabar, Sierra! Kau pasti bisa menyelesaikan semuanya dan setelah semuanya berakhir, aku akan membantumu pergi dari sini," ucap Valdo dengan tulus. Sierra pun menatap Valdo dan tersenyum hangat. "Tentu saja, Valdo! Aku tidak bisa melakukan hal lain selain bersabar dan berusaha. Tapi terima kasih, Valdo! Terima kasih sudah membantu dan mendukungku selama ini!" Cukup lama mereka saling bertatapan sampai akhirnya Sierra tersenyum makin lebar dan kembali bersemangat. "Baiklah, lupakan semuanya dan ayo bekerja! Aku sudah mencabut wewenang Stephanie dan yang lain untuk mengambil uang perusahaan, aku tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi, Valdo. Setidaknya selama aku di sini, aku harus memastikan semuanya aman sampai Bastian mengambil alih, walaupun aku tidak tahu kapan itu terjadi." Valdo mengangguk setuju. "Aku setuju, Sierra. Kau memang harus mengambil tindakan tegas dan aku kagum pada keputusanmu kali ini!" "Terima kasih, Valdo! Biarkan saja mereka membenciku, yang penting aku sudah melakukan tindakan yang benar dan menutup akses mereka untuk berbuat curang." Valdo kembali mengangguk dan mereka pun mulai berunding tentang masalah lain saat pintu ruang kerja mendadak dibuka kasar tanpa diketuk. **Bastian melangkah dengan kesal ke ruang kerja Sierra siang itu. Sudah lama ia tinggal di Malaysia sejak ibunya meninggal dan sejak itu ia memang tidak pernah menginjakkan kaki ke perusahaan ini. Tidak heran kalau tidak ada yang mengenalnya, namun rasanya tetap menyebalkan saat para karyawan itu lebih mengenal Sierra daripada dirinya yang merupakan anak kandung dari Jacob Sagala. "Ini ruang kerjanya, silakan, Pak! Maafkan aku sekali lagi yang tidak mengenali Anda," kata seorang karyawan yang mengantar Bastian sampai ke ruang kerja Sierra. Bastian tidak menanggapinya dan langsung saja masuk bersama asistennya ke ruang kerja Sierra tanpa mengetuk pintunya. "Jadi apa ini ruang kerjaku nanti?" seru Bastian begitu ia masuk ke sana. Sontak Sierra dan Valdo yang masih duduk di tempatnya langsung menoleh kaget menatap Bastian di sana. "B-Bastian?" pekik Sierra sambil refleks bangkit berdiri dari kursinya. Begitu juga dengan Valdo yang langsung ikut berdiri. "Mengapa ekspresi kalian
"Berikan aku waktu untuk tetap di sini sampai aku menyelesaikan tugasku, Bastian," pinta Sierra yang masih berusaha membuat kesepakatan dengan Bastian. "Dan apa untungnya bagiku?" "Tentu saja aku bisa membantumu di perusahaan ini. Aku butuh waktu ...." "Aku bukan temanmu, Sierra!" sela Bastian sebelum Sierra sempat menyelesaikan ucapannya. "Hubungan kita juga sama sekali tidak baik sampai kita bisa mencapai kata sepakat. Jadi, jangan bermimpi membuat kesepakatan apa pun denganku!" Jawaban Bastian pun membuat Sierra mendadak terdiam dan menganga. "Kalau tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, silakan kemasi barangmu dan keluar dari ruang kerjaku!" kata Bastian lagi dengan tegas. Dan Sierra pun terus uring-uringan setelah ia keluar dari sana. "Ini benar-benar membuatku gila, Valdo! Dia sama sekali tidak bisa diajak bicara baik-baik, Valdo!" "Bastian memang bukan orang yang ramah, Sierra." "Ya, ya, seharusnya aku tahu itu! Dia pria yang brengsek! Tapi aku tidak peduli, Vald
Sierra terus menahan napasnya sambil merapikan gaunnya saat ia melangkahkan kakinya masuk ke ruang pesta. Sungguh, gaun panjangnya terlalu seksi dan ketat. Sierra hanya berharap agar tidak ada orang yang menganggapnya murahan dengan penampilannya yang sekarang, terutama anak tirinya yang brengsek dan menyebalkan itu.Sierra pun terus mengembangkan senyumnya menyapa semua orang sampai tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan seorang pria nan jauh di sana.Seketika senyuman Sierra pun langsung memudar. Jarak mereka saat ini memang cukup jauh, namun pesona pria itu sama sekali tidak bisa terbantahkan. Memakai setelan jas formalnya, pria itu nampak begitu gagah dan mencolok di antara ratusan orang yang ada di dalam gedung ini. Dan pria itu adalah Bastian, anak tirinya! Ya, pria gagah itu adalah anak tirinya! Oh, ini gila! Memikirkan hal itu saja membuat Sierra terus menghela napas kesal. Sierra yang tidak nyaman pun langsung memutus kontak mata mereka dan memalingkan wajahnya.
Bastian tidak pernah menyukai basa-basi karena memang ia tidak seramah itu. Apalagi harus diperkenalkan sebagai anak dari Jacob Sagala, ayah yang dibencinya. Karena itu, Bastian hanya asal saja menanggapi sapaan semua orang dengan anggukan singkat, bahkan tersenyum saja tidak. Rasa malasnya pun bertambah saat tiba-tiba Laura datang dan membuat kehebohan, Bastian pun langsung melangkah mundur dan berniat pergi dari sana. Namun, mendadak Bastian melihat bagaimana Stephanie mengerjai Sierra dengan menginjak ekor gaun wanita itu dan menabraknya keras hingga Sierra terhuyung ke belakang. Refleks Bastian pun bergerak menangkap tubuh Sierra dan memeluknya begitu erat, merasakan bagaimana pasnya tubuh langsing ibu tirinya itu melekat di pelukannya. Sierra sendiri pun refleks memeluk bahu Bastian berpegangan sambil langsung menegakkan tubuhnya. "Suamimu berada tepat di sampingmu tapi dia tidak melakukan apa pun saat istrinya hampir terjatuh," bisik Bastian di telinga Sierra. "Jadi sud
Suara lantang Noah sontak membuat Sierra menghentikan langkahnya. Sierra pun sempat terdiam sejenak, sebelum ia kembali membalikkan tubuhnya dan berdiri berhadapan dengan Noah."Membocorkan pada semua orang siapa aku sebenarnya? Memangnya siapa aku, hah?" tantang Sierra tanpa takut sedikit pun. Noah pun kembali menyeringai dan mendekati Sierra lagi. "Oh, kau pintar sekali berpura-pura ya! Kau itu hanya seorang wanita murahan, Sierra! Katakan padaku apa dulu kau punya banyak pelanggan, hah? Pantas saja sejak awal kau masuk sebagai perawat, aku sudah merasa familiar denganmu, aku baru menyadarinya akhir-akhir ini kalau aku memang pernah bertemu denganmu di suatu tempat yang jauh dari sini ...."Noah sengaja menggantung kata-katanya dan terlihat seolah menyimpan sebuah rahasia.Namun, Sierra yang mendengarnya pun hanya bisa tertawa sinis dan menanggapi semuanya dengan tetap tenang. "Apa kau mabuk, Noah? Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan! Lagipula aku juga tidak mer
Sierra masih begitu tegang saat merasa ada sesuatu yang berjalan di punggungnya.Awalnya rasanya seperti belaian ringan. Sierra sudah berpikir ada semut yang naik ke punggungnya. Namun, belaian itu merambat naik hingga menjadi sebuah pijatan lembut dengan jari dan Sierra mulai menyadari bahwa yang merambat di punggungnya bukanlah semut biasa. Sierra pun langsung menoleh ke arah Bastian yang sekarang sedang tersenyum tipis. Setengah mati Sierra menahan diri untuk tidak mengomel dan ia pun akhirnya menggeser posisi berdirinya agar ia bisa lepas dari Bastian. Namun, sialnya Bastian menahan punggungnya dan manager itu juga mengajak Sierra bicara sehingga Sierra terpaksa kembali tersenyum. "Sepertinya hubungan kalian begitu baik, Bu Sierra. Dan ini juga pertama kalinya aku bertemu dengan anak Pak Jacob," kata manager itu dengan ramah. Sierra tetap tersenyum tanpa menanggapi apa pun, sedangkan Bastian malah menyahutinya dengan begitu santai. "Tentu saja hubungan kami sangat baik, Pak.
"Mmpphh, Bastian ... jangan lakukan itu ... aku takut nanti ibu tirimu akan memergoki kita dan mengusirku lagi seperti waktu itu di rumahmu ...," rajuk seorang wanita yang sudah duduk di pangkuan Bastian dengan manja. Bastian sengaja membawa wanitanya ke ruang kerjanya dan membuat ulah agar Sierra tidak tahan padanya dan tidak mau bekerja bersamanya. "Tidak akan, Sayang. Aku sudah meminta Tory berjaga di depan pintu, lagipula ini tidak akan lama! Aku sedang penat siang ini," ucap Bastian sambil mulai menyusupkan tangannya ke balik rok wanita itu. Wanita itu pun hanya terkekeh geli dan langsung membenamkan wajahnya ke ceruk leher Bastian. Sementara di luar ruang kerja Bastian, Sierra baru saja datang membawa berkas untuk ia pelajari bersama Bastian. Sierra pun berniat masuk ke ruang kerja Bastian, tapi Tory yang sudah berjaga di sana langsung menghalanginya. "Eh, maaf, kau tidak bisa masuk sekarang, Bu Sierra!" kata Tory sambil merentangkan kedua tangannya di depan pintu. S
Bastian dan Sierra masih terdiam dalam posisi yang begitu dekat. Bukan hanya Bastian yang mendadak terhipnotis pada kecantikan Sierra, karena Sierra juga merasakan yang sama. Bahkan debar jantung Sierra pun memacu begitu kencang karena kedekatan ini. Sierra tahu Bastian tampan, bahkan ketampanan pria itu di atas rata-rata. Dan pria itu juga sangat menarik sampai bisa membuat orang berhenti melangkah hanya untuk mengaguminya. Tapi bukan berarti Sierra lantas tertarik pada Bastian. Awal perkenalan yang sama sekali tidak ramah ditambah dengan sikap brengsek dan menyebalkan yang pria itu tunjukkan membuat Sierra membenci pria itu. Namun, entah mengapa saat ini, mendadak Sierra melupakan semuanya saat hembusan napas Bastian bisa ia rasakan di wajahnya. Untungnya, Sierra segera menyadari kalau posisi mereka terlalu dekat. Sierra pun langsung meletakkan tangannya di dada Bastian dan mendorongnya pelan. "Astaga, Bastian, maaf ...," ucap Sierra pelan karena ia begitu sadar bahwa ia
"Kau lihat, ini foto Julio waktu bayi, Rosella! Dia tampan sekali! Dia mirip sepertimu!" Lidya dan Sierra duduk di ranjang bersama Rosella sore itu dan perlahan memasukkan kenangan demi kenangan indah ke otak Rosella, menggantikan kenangan yang buruk dan kekosongan selama enam tahun terakhir ini. Satu minggu telah berlalu sejak acara kremasi Ellyas selesai dan semua orang pun mulai move on dari semua hal tentang pria itu. Mereka memutuskan untuk menutup semua kenangan lama yang menyakitkan itu dan memulai lembaran yang baru tanpa ketakutan dan perasaan was-was sama sekali. Valdo dan keluarga Jacob juga sudah pulang kembali ke kota mereka, sedangkan keluarga Sierra sendiri memilih fokus untuk kesembuhan Rosella. Walaupun Lidya dan Sierra juga sesekali pergi ke toko roti dan perusahaan, tapi mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah selama satu minggu ini demi Rosella. Kondisi Rosella memang sudah mendapatkan kesadarannya kembali sejak kejadian itu, namun ia belum 100% norma
"Sekali lagi kami turut berduka cita, Bu Lidya." "Terima kasih, Pak Jacob!" Jacob dan keluarganya langsung berangkat mengunjungi keluarga Sierra begitu mereka mendengar kabar dari Valdo tentang meninggalnya ayah dari Sierra. Mereka sempat ikut dalam acara persemayaman jenazah Ellyas dan doa bersama, sebelum keesokan harinya tubuh Ellyas itu akan dikremasi. Tidak ada anggota keluarga lain yang mereka punya karena itu, acara itu hanya dihadiri oleh keluarga Sierra, keluarga Jacob, dan Valdo. Tidak ada juga yang banyak bicara dalam acara itu selain ucapan turut berduka cita. Semua orang nampak tetap diam memendam perasaan masing-masing yang masih tidak karuan. Rosella tetap diam dan hanya terus berkedip di pelukan Stephanie yang sangat menyayanginya. Stephanie terus mengumpati Ellyas saat mendengar cerita lengkap dari Bastian kemarin. Bahkan Stephanie tidak peduli kalau pria itu sudah meninggal. "Dasar pria tua brengsek yang tidak berguna! Bisa-bisanya dia mengorbankan anaknya l
"Semua sudah berakhir, Valdo! Semua sudah berakhir!"Bastian langsung menelepon Valdo begitu mereka sudah tiba di rumah. Bastian menceritakan semuanya sampai Valdo terdiam tanpa kata mendengarnya. Ada rasa menyesal tidak bisa membantu di sana, namun ada rasa lega juga karena akhirnya semuanya selesai dengan selamat. "Aku masih tidak bisa membayangkan betapa mengerikan kejadian di sana tadi, Bastian.""Hmm, sangat mengerikan, menegangkan, dan melelahkan! Tapi semua baik-baik saja, Valdo. Syukurlah!" Valdo mengangguk dan kembali bernapas lega. "Keluarga Sierra baik-baik saja?" tanya Valdo lagi. Bastian pun melirik para wanita yang masih duduk tanpa kata di sofa ruang tamu. Bahkan mereka belum beranjak dari sana sama sekali sejak mereka tiba di rumah tadi. "Well, bagaimana mengatakannya? Mereka masih syok, tapi kurasa mereka akan baik-baik saja. Termasuk Rosella yang secara mengejutkan menyelamatkan Sierra tadi. Mereka ... tidak bisa diajak bicara saat ini, Valdo." Valdo kembali
Ellyas menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh. Gabungan antara hasrat ingin kabur dan rasa sakit yang makin menjadi-jadi membuat kaki Ellyas menginjak gas itu begitu kuat dan seluruh berat tubuhnya tertumpu pada gas mobil itu. Broom! Broom!Suara deru mobil itu membuat semua orang membelalak kaget. Sierra, Lidya, dan Rosella yang sudah menoleh melihatnya pun langsung panik. Namun, Ellyas nampak tidak peduli dengan apa pun yang ada di hadapannya karena yang ia tahu adalah bahwa ia harus kabur dari sana. Pandangan Ellyas sudah kabur dan napasnya sudah sangat berat. Samar-samar ia melihat seorang anak kecil yang menghalangi jalannya dan Ellyas sama sekali tidak berniat untuk memperlambat laju mobilnya. Ia sendiri pun tidak mengenali lagi siapa anak itu karena otaknya sudah tidak sinkron. Tapi apa pun yang terjadi, biar saja, yang penting ia bisa kabur. Bahkan Ellyas sempat menyeringai, namun kepalanya agak terantuk karena kesadarannya yang timbul tenggelam. Ellyas berusaha men
"Ayo, kita pergi dari sini!" Lidya dan Sierra memapah Rosella sambil menggandeng Julio keluar dari kamar sempit itu, sedangkan Bastian masih berkelahi dengan beberapa orang melindungi para wanita.Sierra sempat menoleh ke arah suaminya yang sedang terkena pukulan itu dan Sierra masih menangis di sana. "Bastian ...." "Pergi, Sierra, kembali ke mobil, cepat!" teriak Bastian. Sierra pun mengangguk dan mencoba melangkah lagi melewati kekacauan yang masih berlangsung. Di sudut di mana Sierra berada terdapat lebih banyak anak buah dibanding sudut yang lain yang sudah berhasil ditangani oleh polisi. Mereka pun masih terus melangkah saat tiba-tiba ada seorang pria yang terlempar ke arah depan mereka. Buk!"Akkhh!" Sierra dan Lidya memekik bersamaan. Pria itu baru saja berkelahi dengan Jonathan sampai ia terlempar ke sana dan begitu pria itu melihat para wanita, ia langsung membelalak. "Mau ke mana kalian, hah?" Pria itu langsung berdiri dan baru saja akan menangkap Sierra dan yang la
"Akkkhh!" Tidak terhitung berapa kali Ellyas dihajar habis-habisan oleh dua orang pria bertubuh besar itu. Yang mereka serang adalah bagian wajah Ellyas sampai bengkak dan membiru serta kaki Ellyas sampai Ellyas terus merintih. Sementara bagian tubuhnya yang lain masih utuh tanpa luka karena Bos mereka sudah berpesan agar tidak ada bagian yang membusuk. Kalau semasa hidup Ellyas tidak bisa melunasi hutangnya maka setelah Ellyas mati, Ellyas harus melunasi hutangnya dari uang hasil menjual organ tubuh pria itu. Kedua pria itu pun masih terus menyeringai sambil duduk di kursi dan tertawa puas saat tiba-tiba pintu ruangan itu didobrak kasar. Brak!"Kami polisi, angkat tangan!" Dua orang polisi menghambur masuk dan membuat kedua pria itu terkejut. "Apa ini?" pekik salah seorang pria. "Kalian sudah dikepung!" sahut polisi itu. Para polisi bantuan memang datang lagi dan mereka ikut membantu menangkap para rentenir termasuk Bos rentenir, namun para rentenir itu melawan dan terjadi
"Sial, Bastian! Tolong Rosella! Tidak ada waktu lagi! Aku tidak mau mereka melakukan sesuatu pada Rosella!"Jonathan yang masih kewalahan menahan serangan anak buah pun terus menoleh dan berteriak lirih ke arah Bastian. Hati Jonathan sudah tidak tenang sama sekali dan ia mencemaskan Rosella dan Julio sampai rasanya ia hampir menangis sekarang, namun ia tidak bisa menyelamatkan mereka karena mereka belum bisa lepas dari kepungan para pria brengsek ini. "Kita akan menyelamatkannya, Jonathan!" "Tidak! Kau yang pergi, Bastian! Aku akan menghalangi mereka di sini! Cepat!" Entah mendapat kekuatan dari mana, namun Jonathan langsung berteriak sambil mendorong beberapa pria bertubuh besar sekaligus. Jonathan melindungi Bastian agar Bastian bisa menyelamatkan Rosella. "Pergi, Bastian! Pergi!" seru Jonathan lagi. Di saat yang sama, Sierra dan Lidya sudah berlari bersama satu anggota polisi yang mengikutinya. "Hati-hati, Bu!" Mereka sempat ketahuan oleh beberapa anak buah sampai polisi it
Dor!Bos rentenir, Ellyas, dan para anak buah yang masih ada di dalam markas begitu kaget mendengar suara tembakan sampai mereka terdiam sejenak. "Suara apa itu? Ada yang menembak? Ada polisi? Brengsek! Kalian keluarlah dan tangani masalah di luar!" Bos rentenir itu langsung mengedikkan kepala pada anak buahnya. "Baik, Bos!" Beberapa anak buah pun langsung keluar untuk membantu teman-temannya. Sementara Bos rentenir kembali menatap Ellyas dan bangkit dari kursinya lalu melangkah mendekati Ellyas. "Ellyas, kau lihat sendiri hasil perbuatanmu, hah? Anak dan menantumu itu memanggil polisi?" Dengan cepat Bos rentenir itu membuka pisau lipatnya. Ellyas pun gemetar sekarang. Sejak tadi Ellyas masih tetap dalam posisi berlutut dengan wajah yang babak belur dan ia tidak berani berkutik karena dikepung oleh banyak anak buah. "Eh, Bos ... Bos ... bukan ... ini bukan salahku! Ancamanku sudah jelas! Kau sudah mendengar sendiri juga kan apa yang kukatakan di telepon! Aku sudah memperingatka
"Ellyas belum menelepon lagi, Sierra? Bagaimana dengan Bastian? Ibu cemas sekali!" Lidya dan Sierra yang menunggu di dekat mobil mereka merasa benar-benar tidak tenang sekarang. Jantung mereka tidak berhenti berdebar kencang dan mereka bisa melihat dari kejauhan, beberapa anak buah yang nampak keluar dari markas. "Aku tidak tahu, Ibu. Tidak ada yang meneleponku lagi. Apa yang harus kita lakukan sekarang, Ibu?"Lidya dan Sierra yang seharusnya saling menenangkan satu sama lain, nyatanya malah tidak bisa tenang dan ingin menyusul ke sana namun anggota polisi melarang mereka. Polisi itu terus menenangkan Lidya dan Sierra, namun mereka tetap tidak bisa tenang. Sambil saling berpegangan tangan, Lidya pun terus memejamkan matanya dan ia tahu ia tidak boleh tetap di sini. Ia tidak bisa mengandalkan orang lain lagi. Tentu saja Lidya tahu niatan baik dari Jonathan dan Bastian, tapi tidak mungkin Lidya mengorbankan orang lain sekarang. "Sierra, Ibu harus ke sana! Ibu harus menyelamatkan