Rafandra Wirautama, 30 tahun, seorang anak tunggal dari keluarga kaya raya yang menghindari perjodohan keluarga. Ia bertekad mencari pasangan sendiri sesuai dengan kriterianya. "Tanggung jawab!" teriak Kayana sembari berkacak pinggang. "Tanggung jawab apa?! Lo hamil?!" tanya Rafandra geram. Kayana Tantri, 28 tahun, wanita single yang ketus dan keras kepala, tetapi pintar telah berhasil memporak-porandakan hati Rafandra. Demi mengejar cintanya, Rafandra rela melakukan apa saja termasuk berpura-pura menjadi pria biasa di hadapan Kayana. Apakah usahanya akan berhasil? Jika iya, ia akan menikahi wanita kriterianya, tetapi jika tidak, ia akan kembali ke perjodohan keluarganya.
View MoreRafandra melajukan mobil dengan emosi yang tidak stabil. Ia tidak juga memelankan laju kendaraannya ketika mulai memasuki area bengkel mobil langganannya. Bengkel Mang Joni, itulah nama bengkel yang tersematkan di papan reklame.
Cit!
Ban mobil pun berdecit. Rafandra menginjak rem sedan mewahnya dan nyaris membuat keributan di bengkel. Ia turun dari mobil dan berteriak, “Mang Joni, beresin mobil ini seperti biasanya!”
“Pelan-pelan atuh, Jang. Kasihan yang lain kaget,” tegur Mang Joni. Pria itu hanya terkekeh.
“Jangan lama-lama ya, Mang!” seru Rafandra dengan sedikit kesal. Ia mengerutkan keningnya.
“Selesai yang ini, ya.”
Usai mendapatkan jawaban dari Joni, Rafandra beranjak menuju ruang tunggu. Namun, ia sempat melihat sosok wanita asing sedang menatap ke arahnya.
“Siapa dia? Mengapa menatatapku seperti itu?” tanya Rafandra pelan.
Rafandra duduk di ruang tunggu berhadapan dengan si wanita. Merasa ada yang tak beres, wanita asing tadi berdiri dari tempat duduk untuk mengecek kondisi mobilnya.
Benar saja apa yang dikhawatirkan si wanita, ternyata memang ada yang tak beres dengan mobilnya. Mata wanita tersebut membelalak saat melihat spion kiri dan pintu mobilnya rusak serta lecet akibat perbuatan Rafandra. Emosinya seketika naik dan ia pun berlari menghampiri Rafandra yang tengah duduk dengan santainya di ruang tunggu tanpa rasa bersalah.
Brak!
Si wanita memukul sebuah tong besar didekatnya hingga nyaris membuat semua pengunjung bengkel terlonjak kaget termasuk Rafandra.
"Bisa nyetir enggak lo!" hardiknya.
Rafandra mengangkat wajahnya berpura-pura tak tahu apa yang terjadi. Sedanglan si wanita yang belum diketahui namanya berkacak pinggang. Mereka berdua saling berhadapan.
‘Aroma parfum pria ini sungguh segar. Jika dilihat-lihat, penampilan pria ini rapi dan harga parfumnya pasti mahal,’ pikir si wanita.
"Kenapa, Mbak?" jawab Rafandra berpura-pura lugu.
"Lihat noh!” tunjuk si wanita ke arah belakang. “Mobil gue rusak dan semua gara-gara lo!" matanya menatap tajam Rafandra dengan bibir bergetar menahan amarah.
Rafandra membuka kacamatanya. Perlahan ia berdiri, lalu berjalan ke arah mobil si wanita. Tanpa banyak tanya, Rafandra membuka dompetnya dan memberi sejumlah uang.
"Satu juta cukup, kan?" tanya Rafandra sembari menyodorkan 10 lembar uang berawarna merah kepada si wanita.
“Apa maksudnya?!" si wanita mengernyitkan dahin saat menerima uang pemberian pria itu.
Situasi ini tentunya menarik perhatian pengunjung bengkel lainnya, tetapi tak ada satu orang pun yang berani ikut campur.
"Ganti rugi lah, apalagi? Lagipula, gue tahu akal bulus kalian yang punya mobil tua kayak gitu. Mau nipu ya?"
Rafandra berbisik di telinga si wanita disertai senyuman mengejek dari ujung bibirnya. Si wanita kesal. Rafandra tak menyadari bahwa kedua tangan si wanita mengepal. Kemudian, Rafandra berjalan meninggalkan si wanita.
Si wanita berbalik, lalu memanggil Rafandra dengan suara lantang.
"Berhenti!" teriaknya. Pria itu berhenti dan menoleh ke belakang. "Tanggung jawab!"
Wanita asing itu berlari ke arah Rafandra, lalu menarik tangan kekarnya hingga punggung Rafandra ikut berbalik.
“Lo harus tanggung jawab! Mobil gue rusak dan semua karena ulah lo!” teriak si wanita lebih kencang sehingga membuat Joni berlari ke arah mereka berdua.
“Neng Kayana, sabar! Semua ini bisa dibicarakan baik-baik,” ucap Joni mencoba meredakan emosi si wanita.
‘Oh, jadi wanita aneh ini bernama Kayana!’ seru Rafandra di dalam hati ketika mengetahui nama si wanita aneh itu.
"Tanggung jawab? Tanggung jawab apa? Mobil lo kan emang udah rusak,” jawab Rafandra.
Rafandra berbalik dan kembali menuju ruang tunggu, tak menghiraukan teriakan Kayana. Namun sebelum ia sampai, tangannya ditarik lagi ke belakang oleh Kayana yang entah sejak kapan sudah berada di belakangnya. Rafandra kembali menaikkan alisnya menatap heran pada keberanian si wanita aneh.
"Mau apa sih, Adik manis? Lebih baik pulang ke rumah, cuci kaki cuci tangan," ujar Rafandra sinis. Kayana memang tampak mungil, maka tak heran dirinya dianggap masih remaja.
"Tanggung jawab!" teriak Kayana sembari berkacak pinggang.
"Tanggung jawab apa? lo hamil?" tanya Rafandra geram.
Melihat tingkah keduanya, Joni dan pengunjung bengkel lainnya hanya bisa menggeleng. Mereka terkagum-kagum dengan keberanian Kayana.
Kayana menantang pria menyebalkan itu, ditambah dengan tatapan heran dari pengunjung bengkel yang tertuju padanya. “Lo udah ngerusak mobil gue. Lihat noh spionnya!” tunjuk Kayana.
“Gue kan udah ganti rugi. Lo mau apalagi?” Rafandra mengibas tangan Kayana yang sejak tadi memegangi lengannya. Tatapannya berubah sinis dan tak bersahabat. “Gue tahu tipe orang kayak lo. Sengaja bilang mobil lo rusak biar orang ganti rugi padahal memang udah rusak.”
“Sembarangan kalau ngomong! Semua itu karena ulah lo!” teriak Kayana yang membuat pengunjung bengkel kembali menoleh kepadanya.
“Ya buktinya? Gue sering nemuin orang macam lo,”kilah Rafandra.
“Tapi semuanya ulah lo! Semua orang di sini bisa jadi saksi,” teriak Kayana lagi.
“Orang semacam lo sering banget memeras orang kaya buat melampiaskan kesalahannya sendiri. Gue memang nggak hati-hati saat parkir, tapi nggak ada yang tahu kalau mobil lo benar-benar rusak atau tidak,” balas Rafandra panjang lebar. Tangannya lantang menunjuk wajah Kayana dengan wajah sengit.
Mata Kayana memerah dan tangannya gemetar meremas lembaran uang yang ada di tangannya. Tampak butiran air mata yang siap turun dari pinggir matanya. “Lo itu jahat! Cowok paling jahat yang pernah gue temui,” hardik Kayana. Ia melempar seluruh uang yang ada di tangannya tepat di wajah pria itu. “Gue nggak butuh uang lo!”
Bisik-bisik pun terdengar. Joni yang sedari tadi diam kini menghampiri Rafandra yang mematung di tempatnya. Joni memukul pelan lengan Rafandra, lalu berkata, “Mas Rafa harus minta maaf. Sebagai seorang pria, harus bersikap lapang dada.”
“Tapi dia duluan, Mang. Dia yang bikin keributan,” jawab Rafandra yang masih tetap bertahan dengan egonya.
“Kan mas Rafa duluan yang nabrak spion mobilnya.”
Joni mencoba memberitahukan kesalahannya untuk menyadarkan Rafandra.
“Tapi kan—”
“Tuh orangnya di dalam!” tunjuk Joni ke arah Kayana.
Rafandra memutar bola matanya malas. Ia terpaksa melakukan ini karena tak enak dengan Joni yang sering membantunya.
Rafandra masuk ke ruang tunggu tempat Kayana duduk setelah terlibat adu mulut dengannya. Dilihatnya sosok gadis mungil yang tadi sempat membentaknya kini meringkuk membenamkan tubuhnya di sisi sofa. Rafandra jadi tak tega saat melihatnya.
“Ehem ….”
Rafandra tepat berdiri di depan Kayana. Hening sejenak, tak lama kemudian ia berdeham sehingga membuat Kayana bangun dan menengadahkan wajahnya menatapnya.
“Gue minta maaf.” Rafandra mengulurkan tangannya. Kayana hanya meliriknya dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Kesal tak direspon, Rafandra mendecih tak suka. “Gue tulus minta maaf. Jarang banget loh kayak begini.”
“Lo minta maaf apa ngajak berantem sih?” tantang Kayana.
“Minta maaf lah.”
Keduanya terdiam. Tiba-tiba saja di dalam ruangan itu seperti ada gerakan angin menyapu pipi Rafandra. Wajah Kayana yang sedang marah terlihat cantik dan membuat Rafandra terpesona dalam hitungan detik. Rafandra tak sadar bibirnya menyunggingkan senyum lebar.
"Kenapa senyum-senyum?! Lo mau tanggung jawab, kan?!" bentak Kayana. "Tahu nggak?! Mobil tua itu mahal harga suku cadangnya. Duit segitu mana cukup?!" tambahnya.
Rafandra hanya terdiam membatu seperti Malin kundang yang dikutuk ibunya. Wajah Kayana dan juga kata ketus yang keluar dari bibirnya seolah menambah pesona luar biasa dari gadis berambut hitam itu.
‘Tak kusangka, ada gadis yang tak mudah luluh dengan wajah tampanku! Sungguh gadis yang unik,’ pikir Rafandra.
“Cantik,” ucap Rafandra pelan yang ternyata didengar oleh Kayana.
"Heh, mau pura-pura amnesia? Lo tuh harus—"
"Iya, gue mau tanggung jawab lahir batin sampai dunia akhirat. Berapa nomor ponsel lo?" tanya Rafandra diakhiri cengiran tak jelas.
Kayana mencebikkan bibirnya. Bahunya bergidik, lalu pergi meninggalkan Rafandra begitu saja di ruang tunggu tanpa kata. “Cowok aneh,” umpatnya dari kejauhan.
Rafandra menyusul Kayana keluar dan berlari mengejarnya sambil berteriak. “Heh, jadi nggak? Katanya mau gue tanggung jawab?”
Lima tahun kemudian Tak terasa usia pernikahan Rafandra dan Kayana telah memasuki tahun ke lima. Ada yang bertambah di tahun tersebut, satu anak dari Kayana di tahun ke tiga saat si kembar sudah mulai aktif berjalan. Rafandra sempat kewalahan menghadapi ke tiga anaknya yang mulai tumbuh besar. Si kembar juga mulai cerewet seperti ibunya. "Papa, mau itu." Rafisha menunjuk pohon mangga yang berbuat lebat belakang rumah orangtua Kayana. Cukup tinggi, Rafandra sampai mengernyitkan dahinya. "Ambilin." "Papa enggak bisa. Suruh om Samsul saja ya." Rafandra merinding membayangkan betapa tingginya pohon mangga itu. Ia lebih baik menunggu di bawah sambil mengawasi kedua anak kembarnya. "Papa payah." Rafisha merengut. Tak lama kemudian ia berhasil menarik kakeknya untuk mengambilkan mangga yang dimaksud olehnya tadi. Dengan senang hati sang kakek mengambilkannya. Diambilnya sebuah kayu tinggi dekat pohon dan dalam sekali tarikan, dua mangga berhasil diambilnya. "Hore, buah mangga." Rahisya
Empat bulan kemudian "Rafa! Rafa!" Suara teriakan terdengar dari dalam kamar mandi. Rafandra yang masih terbuai mimpi sayup-sayup mendengar suara itu. Tak terdengar lagi, ia pun melanjutkan mimpinya. "Rafa!" Mata Rafandra langsung terbelalak. Terkejut dengan suara keras yang memanggil namanya dari dalam sana. "Iya!" Rafandra berlari ke tempat asal suara dan mendapatkan sesuatu yang mengejutkannya. "Astaga! Kayana." Tanpa banyak tanya lagi ia segera menggendong tubuh Kayana yang lemas. Ada aliran darah di sekitar kakinya bercampur dengan cairan bening. Tas kecil di atas meja rias ia sambar beserta kunci mobil dan ponselnya. Berjalan cepat menuruni anak tangga, Rafandra berteriak nyaring membangunkan seisi rumah. "Woy, bangun. Tolongin. Kayana mau melahirkan!" teriaknya. Samsul yang kebetulan sedang menginap di rumah Rafandra pun ikut terbangun mendengar teriakan keras dari bosnya itu. Segera ia berlari menyusul Rafandra yang sudah berada di luar rumah. "Bos. Bu Kayana mau me
Mau tidak mau, kabar kelahiran anak kedua Wirautama membawa dampak besar bagi perusahaan. Terlebih lagi, istri keduanya adalah seorang selebritis yang sering mendapat perhatian publik atas apa yang dilakukannya. Bukan tidak mungkin, hal seperti ini akan jadi momok yang menakutkan bagi Wirautama dan keluarganya. Belum sampai satu hari berita itu dimuat, sudah muncul lagi satu isu yang membuat Rafandra tercekat. Isu tentang keretakan rumah tangga ibu dan ayahnya yang entah dari mana kabar itu berhembus. Ini yang paling dibenci oleh Rafandra. Ia tak bisa tidur nyenyak setelah berita itu keluar. "Ada-ada saja berita aneh. Ini papa harus klarifikasi." Rafandra membuang ponselnya ke atas sofa di ruang tengah. "Rafa capek, Ma." "Nanti mama bantu klarifikasi. Kamu pikirkan perusahaan saja dan Kayana." Alyssa yang berdiri tangga bawah melirik Kayana dan Rafandra yang sedang duduk berdua di ruang tengah. "Anak papamu akan dibawa kesini. Mereka akan tinggal bersama kita." "Benarkah?" Kayana
Tentang berita kelahiran anak Rani, pertama kali diketahui oleh Alyssa saat tak sengaja menguping pembicaraan salah satu temannya yang berprofesi sebagai dokter. Ia mengatakan ada pasien masuk ke ruang bersalin dengan status mengkhawatirkan. Informasi itu didapatkan dari seorang suster yang menerima pasien itu di ruang gawat darurat. Teman Alyssa bercerita, dia seperti pernah melihat wanita itu tapi lupa tepatnya di mana. Ia pun bertanya pada Alyssa, walau tak yakin dengan jawabannya. "Tadi, kalau tidak salah namanya adalah Rani iswandari. Nama suaminya Wirautama. Alyssa, nama Wirautama di Jakarta tidak hanya nama suamimu kan?" Alyssa terdiam saat itu. Nama Rani dan Wirautama memang banyak, tapi yang terlibat cinta di belakang layar hanya mereka berdua. Tidak salah lagi, pasti itu Rani istri kedua suaminya. "Dia melahirkan? Siapa yang mengantarnya?" tanya Alyssa yang mulai khawatir. Ia takut terjadi sesuatu dengan wanita itu dan dirinya akan terus merasa bersalah hingga akhir hidup
"Istrimu melahirkan!" Alyssa menaruh ponselnya segera setelah berteriak. Wirautama yang berada di kamar terkejut dengan suara teriakan itu. Ia segera berlari keluar kamar menemui Alyssa. "Ada apa?" balasnya. "Aku dapat info, istrimu melahirkan. Kamu tidak menjenguknya?" tanya Alyssa memastikan. Terdiam sambil berpikir sejenak, Wirautama belum bisa memutuskan akan datang atau tidak. Ia bimbang memutuskan hal tersebut. Lalu Alyssa kembali bertanya, "Kamu jenguk tidak? Kalau tidak, biar aku yang jenguk." "Kalau berdua dengan kamu, aku ikut." "Ok. Aku ganti pakaian dulu." Alyssa segera masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian sementara Wirautama menunggu di luar. Rafandra yang baru saja dari luar rumah, baru selesai mencuci mobilnya melihat keheranan wajah ayahnya yang diam memucat seperti terkena sihir. "Kenapa, Pa?" tegur Rafandra. Wirautama terlonjak kaget lalu menggelengkan kepalanya. "Kok diam saja?" "Kamu enggak kerja?" Wirautama malah balik bertanya pada Rafandra. "Izi
Karena kondisi tubuh Wirautama telah membaik, ia sudah diizinkan untuk kembali beraktivitas walau hanya sekedar duduk tanpa turun langsung ke lapangan. Rafandra sebagai anak yang sangat sayang pada ayahnya, rela menggantikan tugas sementara ayahnya sebelum rapat pimpinan direksi yang akan dilaksanakan bulan depan. Menunggu ayahnya selesai membaca dokumen yang ia bawa, Rafandra lebih mementingkan pesan yang dikirimkan oleh istrinya. Pesan ringan, hanya seputar keinginan istrinya yang aneh. "Kayana lagi rewel?" tanya Wirautama mengintip dari balik kacamatanya. Rafandra mengangguk. "Biasa, itu. Minta apa dia sekarang?" "Minta belikan croffle, cromboloni. Makanan aneh, Pa. Pasti ujung-ujungnya Rafa yang makan," keluh Rafandra. "Ya enggak apa-apa. Yang penting istri kamu senang, anak kamu juga." Rafandra hanya mengangguk-angguk sambil memainkan ponselnya. "Papa enggak pulang? Udah jam makan siang. Mama bilang jangan terlalu banyak kerja." Rafandra berdiri dari duduknya, mengambil doku
Pagi sekali sepasang suami istri itu bangun. Baru saja menapakkan kaki mereka di dapur, keduanya sudah disambut suara pekikan Alyssa yang sedang mengkomandoi asisten rumah tangga yang akan memasak sarapan pagi itu. "Jangan kebanyakan gula. Kalau bisa, tomatnya ditambah." asisten rumah tangga itu hanya diam saja sambil mengangguk pelan. "Kayana tidak suka manis. Nanti bikin tehnya dibuat lebih kental sedikit." "Iya Bu." Saatnya Alyssa kembali ke ruang makan. Sudah ada Kayana dan Rafandra yang duduk manis berbincang satu sama lain. Kayana terlihat segar dengan rambut basahnya. Begitu pula Rafandra yang sejak tadi mengusak-usak rambut sang istri. Keduanya tampak akur tak seperti biasanya. "Tumben keramas pagi-pagi," sindir Alyssa. Sedikit berdehem, ia bertanya lagi pada keduanya. "Tadi malam habis berbuat yang enak-enak ya?" Alyssa terkekeh hingga membuat wajah Kayana memerah. Ia menoleh ke sebelahnya, Rafandra juga ikut terkekeh karena membayangkan kejadian tadi malam. Kayana yang
"Aku mau pulang ke rumah ibu. Mau liburan di sana." Kayana merajuk. Sejak pulang dari rumah sakit dan berjalan-jalan sebentar di sekitar area mall, rupanya tak membuat mood kesayangan Rafandra itu membaik. Apalagi, saat di resto tadi dirinya bertemu dengan Sonia secara tak sengaja dengan sikap sok centilnya. Seketika hancurlah semua niat dirinya yang ingin bermanja-manja dengan sang suami. "Besok ya. Aku antar ke rumah ibu." Rafandra mencoba bersikap sabar menghadapi ibu hamil yang sering meraung-raung tak jelas seperti Kayana. Persediaan sabarnya harus lebih dari hari biasa. "Terus, kamu nginep di sana enggak?" Rafandra menggelengkan kepalanya. "Kenapa? Kamu tega ninggalin aku sendirian kalau malam?" Rafandra menepuk dahinya. Memang serba salah menjawab pertanyaan dari Kayana saat ini. "Aku kan kerja—" "Kalau kamu kerja, memangnya ada larangan tinggal di rumah aku? Kamu jahat, Rafa. Kamu enggak sayang lagi sama aku." Kayana mulai merengek. Air matanya menetes melalui pipinya ya
Rafandra menyempatkan diri datang ke rumah sakit bertemu dengan ayahnya yang masih dirawat di sana. Dirinya datang tidak hanya sendiri, bersama dengan Kayana tentunya. Baru saja ia masuk, mata ayahnya telah memindainya dari jarak jauh seolah dirinya adalah seorang penjahat. Memang seperti itulah Wirautama jika sedang mengintai seseorang. "Pa, biasa aja lihatin Rafa." risih, Rafandra menegur ayahnya. Kayana yang mengekor di belakang mengucapkan salam lalu mencium tangan ayah mertuanya. "Papa udah sembuh belum sih?" "Dasar anak durhaka. Tuh istri kamu saja cium tangan, kamu malah melengos." Wirautama memukul lengan Rafandra pelan, namun anaknya itu berlagak kesakitan. "Bagaimana dengan Sonia? Berhasil dipindahkannya?" Rafandra menggedikkan bahunya. "Papa kenapa bikin peraturan seperti itu sih? Kenapa Sonia dimasukkan ke dalam tim pengembangan juga?" "Dia bagus, idenya selalu menarik dan public speakingnya selalu didengar oleh investor. Apa salahnya kalau kita masukkan dia ke dalam t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments