Share

Mengejar Cinta Kayana
Mengejar Cinta Kayana
Author: Rachel Bee

Pertemuan pertama

Rafandra melajukan mobil dengan emosi yang tidak stabil. Ia tidak juga memelankan laju kendaraannya ketika mulai memasuki area bengkel mobil langganannya. Bengkel Mang Joni, itulah nama bengkel yang tersematkan di papan reklame. 

Cit!

Ban mobil pun berdecit. Rafandra menginjak rem sedan mewahnya dan nyaris membuat keributan di bengkel. Ia turun dari mobil dan berteriak, “Mang Joni, beresin mobil ini seperti biasanya!”

“Pelan-pelan atuh, Jang. Kasihan yang lain kaget,” tegur Mang Joni. Pria itu hanya terkekeh. 

“Jangan lama-lama ya, Mang!” seru Rafandra dengan sedikit kesal. Ia mengerutkan keningnya. 

“Selesai yang ini, ya.”

Usai mendapatkan jawaban dari Joni, Rafandra beranjak menuju ruang tunggu. Namun, ia sempat melihat sosok wanita asing sedang menatap ke arahnya. 

“Siapa dia? Mengapa menatatapku seperti itu?” tanya Rafandra pelan. 

Rafandra duduk di ruang tunggu berhadapan dengan si wanita. Merasa ada yang tak beres, wanita asing tadi berdiri dari tempat duduk untuk mengecek kondisi mobilnya.

Benar saja apa yang dikhawatirkan si wanita, ternyata memang ada yang tak beres dengan mobilnya. Mata wanita tersebut membelalak saat melihat spion kiri dan pintu mobilnya rusak serta lecet akibat perbuatan Rafandra. Emosinya seketika naik dan ia pun berlari menghampiri Rafandra yang tengah duduk dengan santainya di ruang tunggu tanpa rasa bersalah.

Brak!

Si wanita memukul sebuah tong besar didekatnya hingga nyaris membuat semua pengunjung bengkel terlonjak kaget termasuk Rafandra.

"Bisa nyetir enggak lo!" hardiknya. 

Rafandra mengangkat wajahnya berpura-pura tak tahu apa yang terjadi. Sedanglan si wanita yang belum diketahui namanya berkacak pinggang. Mereka berdua saling berhadapan.  

‘Aroma parfum pria ini sungguh segar. Jika dilihat-lihat, penampilan pria ini rapi dan harga parfumnya pasti mahal,’ pikir si wanita.

"Kenapa, Mbak?" jawab Rafandra berpura-pura lugu. 

"Lihat noh!” tunjuk si wanita ke arah belakang. “Mobil gue rusak dan semua gara-gara lo!" matanya menatap tajam Rafandra dengan bibir bergetar menahan amarah.

Rafandra membuka kacamatanya. Perlahan ia berdiri, lalu berjalan ke arah mobil si wanita. Tanpa banyak tanya, Rafandra membuka dompetnya dan memberi sejumlah uang. 

"Satu juta cukup, kan?" tanya Rafandra sembari menyodorkan 10 lembar uang berawarna merah kepada si wanita.

“Apa maksudnya?!" si wanita mengernyitkan dahin saat menerima uang pemberian pria itu.

Situasi ini tentunya menarik perhatian pengunjung bengkel lainnya, tetapi tak ada satu orang pun yang berani ikut campur. 

"Ganti rugi lah, apalagi? Lagipula, gue tahu akal bulus kalian yang punya mobil tua kayak gitu. Mau nipu ya?" 

Rafandra berbisik di telinga si wanita disertai senyuman mengejek dari ujung bibirnya. Si wanita kesal. Rafandra tak menyadari bahwa kedua tangan si wanita mengepal. Kemudian, Rafandra berjalan meninggalkan si wanita. 

Si wanita berbalik, lalu memanggil Rafandra dengan suara lantang.

"Berhenti!" teriaknya. Pria itu berhenti dan menoleh ke belakang. "Tanggung jawab!"

Wanita asing itu berlari ke arah Rafandra, lalu menarik tangan kekarnya hingga punggung Rafandra ikut berbalik. 

“Lo harus tanggung jawab! Mobil gue rusak dan semua karena ulah lo!” teriak si wanita lebih kencang sehingga membuat Joni berlari ke arah mereka berdua.

“Neng Kayana, sabar! Semua ini bisa dibicarakan baik-baik,” ucap Joni mencoba meredakan emosi si wanita.

‘Oh, jadi wanita aneh ini bernama Kayana!’ seru Rafandra di dalam hati ketika mengetahui nama si wanita aneh itu.

"Tanggung jawab? Tanggung jawab apa? Mobil lo kan emang udah rusak,” jawab Rafandra.

Rafandra berbalik dan kembali menuju ruang tunggu, tak menghiraukan teriakan Kayana. Namun sebelum ia sampai, tangannya ditarik lagi ke belakang oleh Kayana yang entah sejak kapan sudah berada di belakangnya. Rafandra kembali menaikkan alisnya menatap heran pada keberanian si wanita aneh.

"Mau apa sih, Adik manis? Lebih baik pulang ke rumah, cuci kaki cuci tangan," ujar Rafandra sinis. Kayana memang tampak mungil, maka tak heran dirinya dianggap masih remaja.

"Tanggung jawab!" teriak Kayana sembari berkacak pinggang.

"Tanggung jawab apa? lo hamil?" tanya Rafandra geram.

Melihat tingkah keduanya, Joni dan pengunjung bengkel lainnya hanya bisa menggeleng. Mereka terkagum-kagum dengan keberanian Kayana.

Kayana menantang pria menyebalkan itu, ditambah dengan tatapan heran dari pengunjung bengkel yang tertuju padanya. “Lo udah ngerusak mobil gue. Lihat noh spionnya!” tunjuk Kayana. 

“Gue kan udah ganti rugi. Lo mau apalagi?” Rafandra mengibas tangan Kayana yang sejak tadi memegangi lengannya. Tatapannya berubah sinis dan tak bersahabat. “Gue tahu tipe orang kayak lo. Sengaja bilang mobil lo rusak biar orang ganti rugi padahal memang udah rusak.”

“Sembarangan kalau ngomong! Semua itu karena ulah lo!” teriak Kayana yang membuat pengunjung bengkel kembali menoleh kepadanya.

“Ya buktinya? Gue sering nemuin orang macam lo,”kilah Rafandra.

“Tapi semuanya ulah lo! Semua orang di sini bisa jadi saksi,” teriak Kayana lagi.

“Orang semacam lo sering banget memeras orang kaya buat melampiaskan kesalahannya sendiri. Gue memang nggak hati-hati saat parkir, tapi nggak ada yang tahu kalau mobil lo benar-benar rusak atau tidak,” balas Rafandra panjang lebar. Tangannya lantang menunjuk wajah Kayana dengan wajah sengit.

Mata Kayana memerah dan tangannya gemetar meremas lembaran uang yang ada di tangannya. Tampak butiran air mata yang siap turun dari pinggir matanya. “Lo itu jahat! Cowok paling jahat yang pernah gue temui,” hardik Kayana. Ia melempar seluruh uang yang ada di tangannya tepat di wajah pria itu. “Gue nggak butuh uang lo!”

Bisik-bisik pun terdengar. Joni yang sedari tadi diam kini menghampiri Rafandra yang mematung di tempatnya. Joni memukul pelan lengan Rafandra, lalu berkata, “Mas Rafa harus minta maaf. Sebagai seorang pria, harus bersikap lapang dada.”

“Tapi dia duluan, Mang. Dia yang bikin keributan,” jawab Rafandra yang masih tetap bertahan dengan egonya.

“Kan mas Rafa duluan yang nabrak spion mobilnya.”

Joni mencoba memberitahukan kesalahannya untuk menyadarkan Rafandra. 

“Tapi kan—”

“Tuh orangnya di dalam!” tunjuk  Joni ke arah Kayana. 

Rafandra memutar bola matanya malas. Ia terpaksa melakukan ini karena tak enak dengan Joni yang sering membantunya. 

Rafandra masuk ke ruang tunggu tempat Kayana duduk setelah terlibat adu mulut dengannya. Dilihatnya sosok gadis mungil yang tadi sempat membentaknya kini meringkuk membenamkan tubuhnya di sisi sofa. Rafandra jadi tak tega saat melihatnya.

“Ehem ….”

Rafandra tepat berdiri di depan Kayana. Hening sejenak, tak lama kemudian ia berdeham sehingga membuat Kayana bangun dan menengadahkan wajahnya menatapnya.  

“Gue minta maaf.” Rafandra mengulurkan tangannya. Kayana hanya meliriknya dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Kesal tak direspon, Rafandra mendecih tak suka. “Gue tulus minta maaf. Jarang banget loh kayak begini.”

“Lo minta maaf apa ngajak berantem sih?” tantang Kayana. 

“Minta maaf lah.”

Keduanya terdiam. Tiba-tiba saja di dalam ruangan itu seperti ada gerakan angin menyapu pipi Rafandra. Wajah Kayana yang sedang marah terlihat cantik dan membuat Rafandra terpesona dalam hitungan detik. Rafandra tak sadar bibirnya menyunggingkan senyum lebar.

"Kenapa senyum-senyum?! Lo mau tanggung jawab, kan?!" bentak Kayana. "Tahu nggak?! Mobil tua itu mahal harga suku cadangnya. Duit segitu mana cukup?!" tambahnya.

Rafandra hanya terdiam membatu seperti Malin kundang yang dikutuk ibunya. Wajah Kayana dan juga kata ketus yang keluar dari bibirnya seolah menambah pesona luar biasa dari gadis berambut hitam itu. 

‘Tak kusangka, ada gadis yang tak mudah luluh dengan wajah tampanku! Sungguh gadis yang unik,’ pikir Rafandra.

“Cantik,” ucap Rafandra pelan yang ternyata didengar oleh Kayana.

"Heh, mau pura-pura amnesia? Lo tuh harus—"

"Iya, gue mau tanggung jawab lahir batin sampai dunia akhirat. Berapa nomor ponsel lo?" tanya Rafandra diakhiri cengiran tak jelas.

Kayana mencebikkan bibirnya. Bahunya bergidik, lalu pergi meninggalkan Rafandra begitu saja di ruang tunggu tanpa kata. “Cowok aneh,” umpatnya dari kejauhan.

Rafandra menyusul Kayana keluar dan berlari mengejarnya sambil berteriak. “Heh, jadi nggak? Katanya mau gue tanggung jawab?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status