Plak!
Suara tamparan bergema dalam ruangan kantor yang membuat semua mata yang mendengar langsung mengerjap dan menatap penasaran pada sumber suara. Ketika mereka melihat bahwa presiden direktur mereka sedang menampar putrinya sendiri, mereka langsung secara sigap bangkit dari kursi dan meninggalkan ruangan tersebut.
Satu hal yang membuat mereka bertahan di perusahaan Sky Song Corporation selain gaji mereka adalah karena sikap sang presiden direktur yang tidak segan melakukan kekerasan terhadap siapapun yang dia rasa patut mendapatkannya. Dan mereka, 5 orang karyawan presiden itu tidak mau menjadi penerima tamparan berikutnya, makanya mereka langsung keluar dari ruangan itu meninggalkan apapun kesibukan mereka sebelumnya.
Senja mengerjap dan menatap nyalang pada ayahnya, "sekarang tamparan yang aku terima, besok apa lagi Pa?" tanyanya dengan nada sinis.
"Kau memang anak yang durhaka! Percuma Papa habis-habisan selama ini membiayai kuliahmu, jajanmu dan perhiasanmu jika kau sama sekali tidak bisa diandalkan ketika saat seperti ini! Perusahaan sedang membutuhkan bantuanmu, dan ini yang kau lakukan?!"
Gadis cantik berusia 25 tahun itu mendengus, "bantuan dengan menjual diriku? Kenapa gak sekalian Papa jual aja aku ke distrik merah dan biarkan aku memberikan pelayanan pada pria hidung belang agar aku bisa menghasilkan uang milyaran untuk melunasi hutang Papa?!" balasnya blak-blak-an.
"Apa kau ini bodoh! Langit Alvendra bukanlah pria hidung belang! Dia hanya membutuhkan keturunan langsung karena istrinya yang mandul, dan kau harusnya senang bisa menjadi kandidat ibu untuk putranya! Hidupmu akan lebih kaya dari ini, dan kau juga sekalian membantu perusahaan. Bukankah ini sama seperti menyelam minum air. Papa tidak mengerti mengapa kau menolak hal yang jelas-jelas hanya akan menguntungkan dirimu pada akhirnya!"
"Pa! Aku ini seorang perempuan, satu-satunya anakmu, dan Papa berpikir menjadi istri kedua seorang Langit Alvendra adalah keuntungan bagiku? Apa Papa gila?!" teriak Senja frustasi.
"Tentu saja ini keuntungan bagimu! Ketika kau melahirkan anaknya, kau bisa mendapatkan uang puluhan milyar! Bukan hanya itu, selama kau menjadi istrinya dan hamil, semua kepentinganmu akan terpenuhi! Kau bisa berfoya-foya tanpa harus bekerja keras! Bukankah itu sangat menguntungkan?" balas Papa Senja dengan wajah dan nada bijaksana.
Senja tertawa tanpa humor. "Papa gila harta, makanya bagi Papa ini sangat menguntungkan. Bagaimana dengan hatiku Pa? Aku ingin menikah dengan orang yang aku cintai dan mencintaiku juga. Aku tidak ingin membuang waktuku mengandung anak seorang pria yang tidak memiliki perasaan padaku, dan kemudian membiarkan anak yang aku kandung nanti diasuh bukan olehku," ucapnya dengan samar. Sudah menyerah untuk membuat ayahnya mengerti dan berpikir dengan perasaannya, bukan dengan logika rakusnya.
"Itu hanya satu tahun paling lama. Kau bisa bebas setelah itu. Apalah arti pengorbananmu selama satu tahun demi kelunasan hutang perusahaan, tambahan suntikan modal 10 Milyar dan kompensasi 10 Milyar yang juga akan kau dapatkan begitu keluar dari rumah Alvendra?" balas Papa Senja ringan dan dengan senyum penuh kemenangan.
"Aku tidak-"
"Jika kau masih menolak, Papa akan memastikan perawatan ibumu akan Papa hentikan dan Papa akan membiarkan wanita itu menunggu ajalnya di rumah sakit," ancam Papa Senja dingin, memotong penolakan Senja dengan tanpa perasaan.
Mata Senja membulat dan dia menatap tidak percaya pada ayahnya itu. "Dia istrimu! Kau akan membiarkannya mati begitu saja?!" serunya sambil memukul meja kerja ayahnya dengan penuh amarah.
"Dia hanya wanita yang telah melahirkan perempuan tidak tau diri seperti dirimu. Aku bisa mencari wanita lain untuk menjadi istriku ketika dia mati," balas pria itu dengan seringaian.
"Aku tidak percaya aku memanggil pria bejat sepertimu sebagai papaku," ucap Senja dengan mata yang basah. Dia menggelengkan kepala dan tertawa pahit melihat tatapan pria berumur 60 tahun yang jelas mengatakan bahwa dia akan melakukan semua ancamannya tanpa ragu.
"Oke, aku akan melakukannya. Aku akan menjadi istri kedua Langit Alvendra asalkan kau membiarkan semua urusan Mama jatuh ke tanganku dan kau bersumpah untuk tidak melakukan apapun pada Mama!" ucap Senja akhirnya dengan mata yang nyalang penuh kemarahan, walaupun basah oleh air mata.
"Deal. Aku akan membuat kontraknya dengan pengacara kita, dan kau bisa menandatanganinya untuk sebagai niat baikku," ucap pria itu dengan senyuman lebar dan wajah yang ramah. "Tentu saja setelah kau menandatangani kontrak dengan Langit Alvendra dan setelah suntikan dana itu masuk ke rekening perusahaan!" tambah pria itu dengan tawa riang.
Senja mengepalkan tangannya, menahan diri untuk tidak memukul pria yang selama ini ia panggil Papa itu dan segera memutar langkahnya, membanting pintu ruangan untuk segera berlari ke mobilnya dan menuju rumah sakit tempat ibunya selama 5 tahun terakhir ini dirawat karena koma. Sepanjang perjalanan, Senja tidak lagi menangis, melainkan wajahnya datar tanpa ekspresi apapun. Dia merasa mati rasa dan penyebabnya adalah ayah kandungnya sendiri.
Mungkin seharusnya Senja tidak lagi heran dengan hal itu. Pa- tidak, Hendra Hartawan bukan lagi papa Senja. Pria itu hanyalah lelaki rakus yang hanya peduli harta. Sejak Senja kecil, Hendra hanya memberikan uang padanya dalam setiap hal, seolah berpikir bahwa uang bisa menggantikan segalanya, dan membiarkan Senja melakukan apapun yang dia inginkan.
Jika bukan karena mama, Senja mungkin akan tumbuh dewasa menjadi wanita bermasalah yang ketergantungan narkoba atau semacamnya. Makanya, hanya Mama yang satu-satunya merupakan keluarga Senja. Dan sejak kecelakaan yang terjadi 5 tahun lalu, ketika Mama menuju pertemuan arisan rutinnya dan mobil yang dia tumpangi ditabrak, menyebabkan supir meninggal di tempat dan Mama koma sampai saat ini, Senja berusaha sekuat tenaga untuk menerima fakta bahwa dia harus menjadi dewasa dibawah tekanan yang diberikan masyarakat terhadapnya.
Dan Senja sangat beruntung dia bisa bertahan selama ini, menyelesaikan kuliahnya dan mendapatkan gelar S. Kom dalam waktu 3 tahun di umur 21 tahun. Dan selama empat tahun terakhir dia bekerja di perusahaan Sky Song, dibawah manajemen ayahnya dan diterima semua karyawan bukan sebagai anak dari presiden direktur, melainkan sebagai Senja Selena, karyawan magang yang bertahap menjadi manajer produksi.
Tetapi sekarang, sepertinya Senja harus membuang semua itu dan berubah profesi menjadi istri kedua Langit Alvendra. Seorang pria 37 tahun yang terkenal sebagai pria tanpa perasaan dan telah membuat bangkrut lebih dari 20 perusahaan besar dan mengambil alih sekitar 50 perusahaan lainnya. Dia menikah dengan Crystal Cantika-Alvendra, berumur 30 tahun, sejak 12 tahun lalu dan sampai saat ini masih belum dikarunia keturunan.
Senja tertawa dengan wajah datar.
"Fuck it!" ucapnya dan kembali menginjak gas, melewati beberapa mobil sekaligus dengan kecepatan tinggi dan berhenti tepat di area parkir Rumah Sakit International Mutiara Bunda.
Memastikan wajah dan dirinya dalam keadaan sempurna seperti biasa, Senja keluar dari mobilnya dan dengan senyuman ramah mengangguk pada security yang sudah hapal dengannya itu dan langsung menuju lift. Mengeluarkan ponselnya untuk mengecek sesuatu, Senja menunduk menatap ponselnya, sama sekali tidak peduli pada orang-orang yang masuk, perlahan mengisi lift dan hanya memastikan dia tidak terjepit atau mengganggu orang lain.Ketika sampai di lantai 15, Senja kemudian keluar lift dan langsung mengerjap ketika mendengar keributan di bagian informasi yang tersedia setiap lantai. Memasukkan ponselnya ke saku blazernya, Senja memperhatikan selama beberapa saat apa yang terjadi dan menaikkan sebelah alisnya begitu bisa menebak letak permasalahannya.Wanita yang Senja ketahui dari foto-fotonya di internet sebagai Crystal Cantika-Alvendra itu sedang mengomeli seorang suster atau petugas informasi karena perihal fasilitas ruangan atau semacamnya. Petugas atau suster itu terlihat sangat sedih den
Satu minggu kemudian, Senja berhadapan dengan pria tampan beraura dingin dan dua juru hukumnya. Mereka duduk di ruangan Hendra, dengan pria itu duduk di samping Senja dengan senyum paling lebar yang pernah gadis itu lihat.Selama beberapa saat Senja bertatapan dengan Langit, mereka berbagi tatapan datar tanpa ekspresi berarti sebelum kemudian pria itu menjentikkan tangannya, memberikan kode pada juru hukumnya untuk melakukan apa yang perlu di lakukan, tidak melepaskan tatapan dengan Senja.Senja menaikkan sebelah alisnya sebelum kemudian berpaling dan merebut kontrak yang akan ditandatangani Hendra. "Sebagai orang yang terlibat langsung dalam kontrak ini, tidak ada salahnya aku membacanya lebih dulu kan?" tanyanya tetapi tidak mengharapkan jawaban sama sekali dan langsung membaca kontrak yang tersedia.Semuanya normal, sepanjang pengetahuan Senja dalam hal dokumen kontrak, tidak ada pasal yang memberatkannya dan menjelaskan dengan pasti mengenai masa kontrak berlaku adalah satu tahun
Senja memandang gaun pengantin berwarna hitam yang dia pilih dengan senyuman datar. Dia sebetulnya sangat membenci warna gelap, tapi mulai dari detik ini, dia akan memastikan semua pakaiannya hanyalah yang berwarna gelap. Dia tidak berdiri di depan pendeta nantinya dengan suka citanya, dan tentu saja dia akan membuat semua tamu yang datang mengetahui itu. Meskipun sebenarnya yang menjadi tamu hanyalah keluarga Alvendra dan Katrina Sitompul, sahabatnya.Tapi, meskipun gaun pengantin itu berwarna hitam, tidak menghilangkan keanggunan gaun tersebut dan tentu saja membuat perhatian semua yang hadir tertuju padanya."Selena, lo tau apapun yang bakalan terjadi, gue selalu bersama lo kan?" tanya Katrina, suaranya penuh kekhawatiran saat dia menyelinap masuk ke ruangan.Senja memalingkan pandangannya dari cermin dan menatap sahabatnya dengan mata yang mencerminkan campuran antara keputusasaan dan keberanian. "Gue tau Kat, dan gue akan selalu ingat itu," angguknya dengan senyuman.Katrina meng
Senja duduk dengan kaku di tepi ranjang, dan langsung berdehem kecil ketika Langit mendongak untuk menatapnya. Senja kemudian menatap sekeliling kamar dengan kikuk dan telinga yang memerah dan bingung mau berbuat apa. Senja merasakan Langit bangkit dari posisinya dan berdiri di hadapannya, membuat Senja mau tidak mau mendongak dan kembali termangu ketika melihat tatapan penuh arti yang diberikan pria itu. Senja ingin berbicara sesuatu tapi entah kenapa mulutnya kaku dan otaknya tidak bisa memproses apa yang terjadi, jadi dia terdiam dan tenggelam dalam tatapan mata gelap pria di hadapannya itu. Langit kemudian menyentuh dagu Senja dan menaikkannya, menahan tatapan Senja dengannnya, "bagaimana mungkin ada perempuan yang masih perawan di umur 25 tahun?" tanya pria itu dengan suara beratnya yang sukses membuat Senja bergidik. "Kau menyelidiki tentangku," tuduh Senja beberapa saat kemudian ketika berhasil menemukan suaranya. "Tentu saja, menurutmu mengapa aku memilihmu diantara banyak
Beberapa hari sebelumnya di kediaman keluarga Alvendra.Crystal memainkan jarinya dengan gelisah, menunggu keputusan dari para tetua keluarga Alvendra. Langit, suaminya, tampak sibuk dengan dokumen-dokumen di tangannya, tidak terganggu oleh keributan di ruang keluarga."Langit, kami sudah memutuskan!" ucap Kakek Langit dengan nada penuh otoritas. Langit mengangkat kepalanya dari dokumen, menatap kakeknya dengan rasa penasaran.Crystal yang duduk di samping Langit semakin gugup. Ia ingin menggenggam tangan suaminya untuk mencari ketenangan, tapi mengurungkan niatnya karena tahu Langit tidak suka disentuh. Di bulan pertama pernikahan mereka, Langit masih bersedia menyentuh Crystal. Namun, setelah mereka menerima kabar dari rumah sakit tentang kemandulan Crystal, Langit tidak pernah menyentuhnya lagi. Pernikahan mereka hanya menjadi formalitas belaka."Kalian sudah menikah selama 12 tahun dan mustahil untuk mendapatkan keturunan langsung. Namun, kita membutuhkan ahli warismu, Langit. Mak
Senja tidak peduli apa yang sebenarnya diinginkan Crystal dengan mengumumkan kepada dunia bahwa dia adalah istri kedua Langit. Namun, Senja tidak ingin menukar perannya dengan wanita ini. Jadi, dia kembali memperingatkan Crystal bahwa akan ada risiko yang tidak diinginkannya jika ia tetap melanjutkan permainannya."Shut up, you wench!" Crystal mengangkat tangannya, siap menampar Senja lagi.Namun, kali ini Senja tidak tinggal diam. Dia menahan tangan Crystal dan memandang wanita itu dengan tatapan dingin. "Aku tidak peduli apa rencanamu, tapi jangan coba-coba untuk menyakitiku. Aku bukan wanita lemah yang akan diam saja jika diancam orang lain," ucapnya dengan nada datar."Kau!" Crystal meronta, berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Senja. Namun, Senja tidak melepaskannya. Sebaliknya, ia mendekatkan mulutnya ke telinga Crystal."Jangan lupa, kalian yang membutuhkan aku, bukan aku yang mengemis untuk berada di posisi ini," bisiknya dengan dingin sebelum melepaskan tangan Crystal
Senja membuka mulutnya, berniat untuk menjawab sesuatu ketika tiba-tiba sorakan dan bentakan terdengar di ruangan itu. Dua orang pejudi berdiri, saling memegang kerah lawan masing-masing, dipenuhi emosi berlebihan. Senja mengerjap, menatap Langit yang menyipitkan matanya mengamati kejadian tersebut.Keributan itu menarik perhatian semua orang di ruangan. Para pemain lain menoleh, beberapa di antaranya menyingkir untuk menghindari pertikaian. Seorang pria berbadan besar, yang tampaknya adalah petugas keamanan, segera melangkah maju, berusaha melerai pertengkaran."Tenang, semuanya! Tidak ada tempat untuk kekerasan di sini," seru petugas keamanan dengan suara menggelegar, memisahkan kedua pria yang berseteru.Langit menghela napas panjang, lalu menatap Senja. "Ini salah satu risiko di tempat seperti ini. Emosi bisa memuncak, terutama ketika uang banyak yang dipertaruhkan," ucapnya dengan nada tenang, meskipun matanya tetap awas mengamati situasi.Senja mengangguk, merasakan ketegangan d
Saat Senja sampai di ruang makan, seluruh tetua keluarga Alvendra telah duduk di kursi mereka masing-masing. Ruangan itu memancarkan aura keanggunan klasik dengan meja panjang yang dihiasi taplak bordir dan peralatan makan perak. Lampu gantung kristal yang tergantung di langit-langit memancarkan cahaya hangat, menciptakan suasana mewah dan megah.Ketika derap langkah Senja terdengar menuruni tangga, percakapan di ruangan itu mereda. Semua kepala menoleh ke arah tangga, dan mata mereka terpaku pada sosok Senja yang muncul. Dalam balutan gaun mewah yang dipilihnya, Senja tampak anggun dan memukau. Tatapan terpesona dari para tetua keluarga Alvendra mengiringi langkah Senja yang mantap dan percaya diri. Sejenak, suasana hening sebelum Kakek Langit, yang duduk di ujung meja, memberi isyarat dengan tangannya agar Senja mendekat. "Selamat datang, Senja," ucap Kakek Langit dengan suara berat namun ramah. "Kami senang kau bisa bergabung dengan kami malam ini."Senja tersenyum anggun dan men
"Aku... hamil?" Senja menatap hasil pemeriksaan yang diberikan dokter dengan wajah tidak percaya, sebelum kemudian menatap pada Langit yang juga memasang ekspresi terkejut."Jadi... alasan aku mood swings selama beberapa minggu terakhir, ditambah morning sickness itu karena aku tengah hamil dan sekarang usia kandunganku 2 bulan?" tanya Senja lagi dengan nada meminta konfirmasi.Dokter tersenyum lembut dan mengangguk. "Selamat, Tuan dan Nyonya Alvendra, Tuan Muda Bintang akan segera memiliki adik," ucapnya."Adik! Yeay!" Bintang yang mendengar itu langsung bersorak penuh semangat, melompat-lompat dengan kegembiraan di ruang pemeriksaan. Langit merangkul Senja erat, mencium keningnya dengan penuh kasih. "Kita akan memiliki bayi lagi. Aku sangat bahagia."Senja tersenyum, meskipun air mata kebahagiaan mulai menggenang di matanya. "Aku juga. Ini benar-benar kejutan yang luar biasa."Kembali ke rumah, suasana semakin hangat dan penuh kebahagiaan. Senja dan Langit memberi tahu keluarga bes
Ketika episode pertama akhirnya tayang di televisi, komentar netizen sangat beragam. Media sosial dipenuhi dengan berbagai pendapat dan reaksi dari para penonton yang antusias."Senja dan Langit benar-benar pasangan yang serasi! Mereka terlihat sangat natural dan kompak," tulis seorang pengguna di Twitter."Aku suka chemistry antara Kevin dan Lolita. Meskipun Kevin terlihat gugup, Lolita selalu bisa membuatnya merasa nyaman. Mereka benar-benar pasangan yang manis," komentar seorang penggemar di Instagram."Dody dan Melani benar-benar memukau! Mereka begitu percaya diri dan bersemangat. Tidak heran mereka bisa menang di game kata," tulis seorang netizen di Facebook.Namun, tidak semua komentar bernada positif. Beberapa penonton juga memberikan kritik dan masukan."Aku merasa Johan dan Ishava kurang menunjukkan sisi menarik mereka. Semoga di episode berikutnya mereka bisa lebih menonjol," tulis seorang pengguna di forum diskusi online."Kenapa
Selain Senja dan Langit, tim acara juga mengundang tiga pasangan suami istri lainnya yang tak kalah menarik. Pertama, ada Dody Anggara, seorang penyanyi terkenal berusia 35 tahun, dengan istrinya Melani Citra, seorang beauty blogger populer yang selalu tampil elegan di setiap kesempatan.Kemudian, ada Kevin Duwain, seorang artis pendatang baru berusia 25 tahun yang telah mendapatkan penghargaan sebagai pendatang baru terbaik. Istrinya, Lolita Fayek, adalah sahabat baiknya sejak kecil. Lolita, juga berusia 25 tahun, adalah seorang asisten dosen di salah satu universitas ternama, menambah kecerdasan dan pesona intelektual ke dalam kelompok ini.Pasangan ketiga adalah Johan, seorang pegawai kantoran berusia 30 tahun yang sederhana namun berwibawa. Istrinya, Ishava, adalah seorang penyanyi berbakat berusia 22 tahun yang telah menggeluti dunia tarik suara sejak umur 8 tahun. Kehadiran Ishava dengan bakat menyanyinya yang luar biasa dan pesona mudanya menambah keunikan dalam
Senja mengerutkan keningnya sambil membaca naskah program reality show terbaru yang ditawarkan oleh Armand. Ada sedikit kebingungan di wajahnya. Di sisi lain, Langit membacanya dengan penuh antusias. Naskah reality show tersebut berjudul "Perfectly Wedded Pair", yang sejak debut dua tahun lalu, cukup booming di kalangan penonton. Program ini mengundang selebriti yang telah menikah, baik dengan sesama selebriti, pengusaha, atau masyarakat sipil biasa. Kali ini, program tersebut mengundang Senja dan Langit, yang akhirnya diketahui oleh netizen telah menikah sejak lima tahun lalu dan memiliki seorang putra bernama Bintang yang berusia empat tahun.Naskah yang diberikan sebenarnya tidak bisa disebut naskah juga, melainkan hanya gambaran besar acara yang akan berlangsung selama maksimal sepuluh episode. Karena reality show ini lebih menekankan pada siaran secara langsung, para bintang tamu tidak diberikan naskah untuk berakting. Mereka akan dilibatkan secara alami, tanpa skenario
Berbanding terbalik dengan kebahagiaan yang menimpa Senja, nasib Kania justru memburuk. Manajemen yang seharusnya mendukung kariernya malah memperlakukannya dengan kasar dan tidak adil. Ketidakpuasan mereka bukan hanya karena persaingan internal, tetapi juga diperburuk oleh keputusan Langit, suami Senja, yang menggunakan uang untuk menutup mulut pihak-pihak yang masih tidak suka pada Senja.Kania, seorang artis yang juga berbakat, merasa semakin terpojok. Setiap langkah yang diambilnya seolah diawasi ketat dan setiap kesalahan kecil diperbesar. Manajemen yang sebelumnya ramah dan mendukung, kini berubah dingin dan penuh tuntutan. Kania sering diminta untuk melakukan tugas-tugas yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang artis, seperti mengurus logistik acara atau bahkan membuat kopi untuk para eksekutif."Apa ini semua karena Langit?" tanya Kania kepada sahabatnya, Mira, dengan mata berkaca-kaca. "Aku merasa seperti menjadi kambing hitam."Mira hanya bisa meng
Meski diterpa badai kritik dan gosip, Senja tetap berusaha tegar. Namun, tekanan dari pemberitaan negatif membuatnya tidak bisa mengabaikan pengaruh besar yang dirasakannya. Di balik senyumnya, ada kekhawatiran yang mendalam mengenai masa depannya dalam industri hiburan. Setiap kali membuka media sosial, ia melihat komentar-komentar yang menyakitkan, mempertanyakan karakternya dan meremehkan bakatnya.Di rumah, Senja mencoba tetap kuat di depan keluarganya. Namun, Langit bisa melihat kegelisahan di mata istrinya. "Senja, kamu harus ingat, kamu lebih kuat dari semua ini. Orang-orang yang benar-benar mengenalmu tahu siapa kamu sebenarnya," kata Langit sambil menggenggam tangan Senja dengan penuh kasih sayang.Sementara itu, manajer Senja, Armand, berjuang keras untuk mengendalikan kerusakan yang ditimbulkan oleh skandal yang kembali mencuat. Arisa mencoba berbagai cara untuk mengalihkan perhatian media, termasuk mengatur wawancara eksklusif di mana Senja bisa menjelaskan
"Senja sepertinya bermain dengan cukup baik, bukan? Jarang sekali melihat seseorang memainkan alat musik seperti ini. Adakah profesional yang mau berkomentar tentang seberapa bagus permainannya?""Sebagai seseorang yang mempelajari musik tradisional, saya harus mengatakan bahwa biolanya kurang halus. Tidak mudah untuk memainkan alat musik petik yang tidak halus ini. Mencoba menonjolkan pesona biola bahkan lebih menantang lagi," jawab seorang profesional musik dengan nada serius.Arisa mendengarkan sejenak, merasa lega, dan mengangguk puas. "Apa hanya 'sedikit'?"Senja tidak hanya sekadar 'sedikit'. Pada bagian pertama yang lincah, dia menggunakan banyak sekali gerakan jari melingkar - memetik, menggeser, menggulung - menampilkan keterampilan yang tak terduga. Melodi yang naik turun, tampak anggun dan merdu. Bahkan, orang yang tidak mengenal musik pun bisa merasakan kerinduan dan kegembiraan seorang pengembara yang meninggalkan rumah, di tengah-tengah dunia yang
Pada sore itu, Arisa masih sibuk mempersiapkan diri, sehingga Ira duduk di sampingnya dengan sedikit bosan. Sementara itu, Senja terus melirik ke arah biola Arisa, tampak tertarik namun ragu untuk mendekat. Melihat hal ini, Ira tertawa kecil dan menggoda, "Senja, kenapa kamu terus menatap biola Arisa? Apa kamu tertarik?"Senja langsung mengalihkan pandangannya, wajahnya memerah, dan ia menggelengkan kepala dengan malu-malu.Ira menepuk pundak Senja dan berkata, "Senja, aku sudah melihat hasil edit videomu. Gerakan tarianmu sangat memukau, dan penyampaian dialogmu luar biasa."Arisa, yang sedang memetik senar biolanya dengan jari-jarinya yang dihiasi kuku panjang, mendengar pujian Ira dan menatap Senja dengan penuh minat. "Apakah kamu tahu tentang opera tradisional?" tanyanya.Senja mengangguk pelan, "Sedikit."Arisa, dengan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul, mulai menciptakan sebuah syair spontan. Ia menyenandungkan beberapa bait lalu meno
Arisa mulai berbicara dengan penuh semangat, "Bunga pagi dan matahari terbenam. Jika kita berbicara tentang bunga, ada bunga pagi, bunga matahari, dan bunga teratai - ini semua adalah bunga yang mekar di pagi hari dan menutup di malam hari."Ira, merapikan rambutnya, menambahkan, "Tema episode ini adalah puisi, jadi bunga ini harus mencerminkan citra yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk tersebut." Kemudian, dia tersenyum pada Christopher. "Guru Chris, sebagai wakil presiden Asosiasi Puisi Ibu Kota, ini seharusnya menjadi keahlian Anda. Ada pendapat?"Christopher, dengan sedikit rasa malu, merasa pertanyaan Ira menjebaknya. "Saya memikirkan beberapa bunga yang berhubungan dengan anggur dan perjalanan - zhuyu, krisan, bunga persik. Tapi sepertinya tidak ada yang cocok dengan bunga pagi dan matahari terbenam."Melihat Matt dan Senja tetap diam, Arisa bertanya, "Guru Matt, Senja, bagaimana menurut kalian berdua?"Senja melirik Matt, dan lelaki tua itu m