Senja duduk dengan kaku di tepi ranjang, dan langsung berdehem kecil ketika Langit mendongak untuk menatapnya. Senja kemudian menatap sekeliling kamar dengan kikuk dan telinga yang memerah dan bingung mau berbuat apa.
Senja merasakan Langit bangkit dari posisinya dan berdiri di hadapannya, membuat Senja mau tidak mau mendongak dan kembali termangu ketika melihat tatapan penuh arti yang diberikan pria itu. Senja ingin berbicara sesuatu tapi entah kenapa mulutnya kaku dan otaknya tidak bisa memproses apa yang terjadi, jadi dia terdiam dan tenggelam dalam tatapan mata gelap pria di hadapannya itu. Langit kemudian menyentuh dagu Senja dan menaikkannya, menahan tatapan Senja dengannnya, "bagaimana mungkin ada perempuan yang masih perawan di umur 25 tahun?" tanya pria itu dengan suara beratnya yang sukses membuat Senja bergidik. "Kau menyelidiki tentangku," tuduh Senja beberapa saat kemudian ketika berhasil menemukan suaranya. "Tentu saja, menurutmu mengapa aku memilihmu diantara banyak anak perempuan dari orang-orang yang terlibat denganku jika aku tidak menyelidimu sebelumnya?" respon Langit datar sambil menggerakkan wajah Senja ke kiri dan ke kanan dengan serius. Senja mengerutkan keningnya, namun tidak melakukan apapun dan membiarkan Langit melakukan sesukanya, bagaimanapun, untuk malam ini, hanya malam ini saja, dia akan pasrah dan memastikan segera hamil! Langit kemudian melepaskan dagu Senja dan mengulurkan tangannya, membuat Senja menyambutnya dengan otomatis dan menarik gadis itu untuk berdiri di hadapannya. Langit kemudian memperhatikan Senja dengan seksama dari atas ke bawah sebelum kemudian mengangguk puas. "Kau tipeku, jadi aku tidak akan begitu keberatan dengan malam pertama kita," ucapnya sambil melepaskan veil Senja dan membuangnya sembarangan lalu melonggarkan ikatan dasinya dengan tatapan terfokus pada Senja. "Tapi, jangan berharap hal ini sering berulang. Kita hanya perlu melakukan ini sampai kau positif hamil, dan kau lebih baik berharap bahwa anak dalam kandunganmu nanti adalah anak laki-laki," sambung pria itu dengan ultimatum. Sekarang Senja kehabisan kesabaran, jadi dia menampar tangan Langit yang memegang bahunya dengan kasar. "Jadikan ini pertama dan terakhir kalinya Tuan Alvendra, karena saat ini aku dalam masa subur dan jika spermamu tidak bermasalah, maka bisa dipastikan ini akan menjadi terakhir kalinya kau menyentuhku seperti ini. Jangan lupa, kau yang membutuhkan diriku, aku tidak peduli sama sekali dengan perusahaan ataupun Hendra Hartawan, jadi kau tidak bisa mengancamku dengan itu," ucapnya dengan sinis lalu dengan sekali renggutan ritsleting di belakangnya, gaun itu terjatuh ke lantai dengan bunyi berdering karena kristal-kristal di gaun itu bertabrakan dengan keramik. Dengan wajah penuh provokasi, Senja melepaskan tank topnya dan membuat dirinya bugil, "itu pun kalau kau bisa bangun dengan normal dan tidak lekas loyo,"ucapnya dengan seringaian sinis, yang langsung membuat Langit berdecak dan melapaskan pakaiannya dengan cepat lalu mendorong Senja ke ranjang yang empuk. ~o0o~ Senja membuka matanya dengan susah payah, sedikit menyesal dia memprovokasi Langit sebegitunya hingga membuat pria itu tidak berhenti sampai dia pingsan ketika jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Dahi Senja berkerut ketika merasakan kerongkongannya yang kering dan sedikit sakit karena kebanyakan berteriak. Ketika dia bangun, berniat untuk mengambil minum, Senja merasakan ngilu tidak tertahankan di area wanitanya dan langsung mengumpat nama Langit. Tetapi rangkaian kata mutiaranya terhenti ketika melihat segelas air yang masih hangat berada di meja dekat ranjang dan Senja langsung meminumnya dengan perasaan lega. Senja kemudian mengerutkan keningnya untuk melihat jam dan tersentak ketika mendapati bahwa dia tertidur seharian, karena jam di meja menunjukkan pukul 19.05. Menghela nafas lelah ketika merasakan perutnya keroncongan karena tidak diisi makanan seharian, Senja berniat menghubungi Room Service ketika tiba-tiba pintu dibuka dari luar, dan Senja secara otomatis menaikkan selimut untuk menutupi tubuhnya, sebelum kemudian dia menyadari bahwa dia mengenakan sebuah piyama sutra dan memasang wajah datar ketika melihat Langit memasuki kamar dengan membawa dua orang wanita yang membawa sebuah troli berisi makanan. Melihat Senja menatapnya dengan wajah datar, Langit menyeringai dan melambaikan tangannya, membuat dua wanita berseragam hotel itu membungkuk hormat sebelum kemudian pergi meninggalkan ruangan. "Bisakah kau berhenti melakukan itu?" protes Senja dengan dahi berkerut. Langit menaikkan sebelah alisnya, tidak mengerti. "Melambaikan tanganmu dan semacamnya. Bukankah kau punya suara, apa susahnya mengeluarkan suara emasmu untuk mempersilahkan mereka pergi dan semacamnya?" jelas Senja dengan gelengan kecil dan bersusah payah untuk mendudukkan diri di ranjang dengan nyaman. Langit angkat bahu, "seperti yang kau bilang, suaraku ini emas, bukankah akan semakin berharga jika tidak sering aku keluarkan?" Senja tidak menjawab, melainkan hanya mendengus sinis. Lalu dengan tanpa basa-basi, dia membuka tudung saji dan tersenyum puas ketika mendapati bahwa makanan yang dipesan Langit adalah bubur ayam persis seperti kesukaannya. Bergumam pelan menyebut bahwa Langit adalah seorang stalker, Senja mengucapkan terima kasih pada pria itu dan langsung menikmati sarapannya yang makan malam itu. "Kau bisa istirahat dulu malam ini disini, kita akan kembali besok pagi," ucap Langit sambil meletakkan sebuah kartu hitam dan ponsel di meja. "Malam ini aku akan ke perusahaan dan menyelesaikan beberapa hal, jadi besok pagi aku akan meminta supir untuk menunggumu di parkiran hotel jam 8 pagi. Kau bebas melakukan apapun sebelum itu, kalau kau sanggup," sambungnya dengan senyuman mencemooh. Senja memutar matanya dan mengangguk, tetapi tetap fokus pada makanannya. Membuat Langit yang menatapnya mengerutkan kening dengan tatapan yang sulit diartikan sebelum pria itu kemudian menggeleng dan pergi meninggalkan kamar. ~o0o~ Senja menikmati berendam dengan air hangat dan bath bomb wangi lavender ketika jam menunjukkan pukul 9 malam. Kemudian ketika selesai, dia mengenakan baju yang disediakan entah Langit atau pihak hotel. Itu merupakan sebuah gaun panjang dengan lengan panjang dan menutupi dadanya berwarna navy dengan rok mengembang khas princess, dan Senja menggeleng ketika mencobanya yang ternyata sangat sesuai dengan tubuhnya. Mengambil ponsel di meja dan mengutak-atiknya, Senja memasukkan semua data penting yang biasa ada di ponsel utamanya dan menyimpan nomor-nomor penting yang dia ingat. Setelah itu, dia kemudian memeriksa kartu hitam yang ditinggalkan Langit dan menaikkan sebelah alisnya ketika mendapati bahwa itu adalah kartu kredit tanpa limit. Menggeleng tidak suka, Senja hanya memasukkan kartu itu ke belakang soft case ponselnya dan berjalan meninggalkan kamar. Dia berniat mengelilingi hotel mewah ini karena mengingat salah satu temannya yang mengatakan bahwa terdapat semacam kasino di hotel ini, dan dia penasaran ingin mencobanya. Senja mengingat-ingat password yang dia butuhkan agar bisa memasuki kasino tersebut ketika seorang perempuan menghadangnya dan tanpa aba-aba langsung menamparnya. "I fuxking hate you!"Beberapa hari sebelumnya di kediaman keluarga Alvendra.Crystal memainkan jarinya dengan gelisah, menunggu keputusan dari para tetua keluarga Alvendra. Langit, suaminya, tampak sibuk dengan dokumen-dokumen di tangannya, tidak terganggu oleh keributan di ruang keluarga."Langit, kami sudah memutuskan!" ucap Kakek Langit dengan nada penuh otoritas. Langit mengangkat kepalanya dari dokumen, menatap kakeknya dengan rasa penasaran.Crystal yang duduk di samping Langit semakin gugup. Ia ingin menggenggam tangan suaminya untuk mencari ketenangan, tapi mengurungkan niatnya karena tahu Langit tidak suka disentuh. Di bulan pertama pernikahan mereka, Langit masih bersedia menyentuh Crystal. Namun, setelah mereka menerima kabar dari rumah sakit tentang kemandulan Crystal, Langit tidak pernah menyentuhnya lagi. Pernikahan mereka hanya menjadi formalitas belaka."Kalian sudah menikah selama 12 tahun dan mustahil untuk mendapatkan keturunan langsung. Namun, kita membutuhkan ahli warismu, Langit. Mak
Senja tidak peduli apa yang sebenarnya diinginkan Crystal dengan mengumumkan kepada dunia bahwa dia adalah istri kedua Langit. Namun, Senja tidak ingin menukar perannya dengan wanita ini. Jadi, dia kembali memperingatkan Crystal bahwa akan ada risiko yang tidak diinginkannya jika ia tetap melanjutkan permainannya."Shut up, you wench!" Crystal mengangkat tangannya, siap menampar Senja lagi.Namun, kali ini Senja tidak tinggal diam. Dia menahan tangan Crystal dan memandang wanita itu dengan tatapan dingin. "Aku tidak peduli apa rencanamu, tapi jangan coba-coba untuk menyakitiku. Aku bukan wanita lemah yang akan diam saja jika diancam orang lain," ucapnya dengan nada datar."Kau!" Crystal meronta, berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Senja. Namun, Senja tidak melepaskannya. Sebaliknya, ia mendekatkan mulutnya ke telinga Crystal."Jangan lupa, kalian yang membutuhkan aku, bukan aku yang mengemis untuk berada di posisi ini," bisiknya dengan dingin sebelum melepaskan tangan Crystal
Senja membuka mulutnya, berniat untuk menjawab sesuatu ketika tiba-tiba sorakan dan bentakan terdengar di ruangan itu. Dua orang pejudi berdiri, saling memegang kerah lawan masing-masing, dipenuhi emosi berlebihan. Senja mengerjap, menatap Langit yang menyipitkan matanya mengamati kejadian tersebut.Keributan itu menarik perhatian semua orang di ruangan. Para pemain lain menoleh, beberapa di antaranya menyingkir untuk menghindari pertikaian. Seorang pria berbadan besar, yang tampaknya adalah petugas keamanan, segera melangkah maju, berusaha melerai pertengkaran."Tenang, semuanya! Tidak ada tempat untuk kekerasan di sini," seru petugas keamanan dengan suara menggelegar, memisahkan kedua pria yang berseteru.Langit menghela napas panjang, lalu menatap Senja. "Ini salah satu risiko di tempat seperti ini. Emosi bisa memuncak, terutama ketika uang banyak yang dipertaruhkan," ucapnya dengan nada tenang, meskipun matanya tetap awas mengamati situasi.Senja mengangguk, merasakan ketegangan d
Saat Senja sampai di ruang makan, seluruh tetua keluarga Alvendra telah duduk di kursi mereka masing-masing. Ruangan itu memancarkan aura keanggunan klasik dengan meja panjang yang dihiasi taplak bordir dan peralatan makan perak. Lampu gantung kristal yang tergantung di langit-langit memancarkan cahaya hangat, menciptakan suasana mewah dan megah.Ketika derap langkah Senja terdengar menuruni tangga, percakapan di ruangan itu mereda. Semua kepala menoleh ke arah tangga, dan mata mereka terpaku pada sosok Senja yang muncul. Dalam balutan gaun mewah yang dipilihnya, Senja tampak anggun dan memukau. Tatapan terpesona dari para tetua keluarga Alvendra mengiringi langkah Senja yang mantap dan percaya diri. Sejenak, suasana hening sebelum Kakek Langit, yang duduk di ujung meja, memberi isyarat dengan tangannya agar Senja mendekat. "Selamat datang, Senja," ucap Kakek Langit dengan suara berat namun ramah. "Kami senang kau bisa bergabung dengan kami malam ini."Senja tersenyum anggun dan men
Baru satu hari Senja menjalani kehidupan di kediaman Alvendra, tetapi Crystal sudah tidak sabar untuk membuatnya merasa malu.Crystal melayangkan tatapan sinis padanya ketika dia menuju ruang makan. "Wah, putri tidur akhirnya bangun. Enak ya, menjadi seorang putri yang ditungguin semua orang?" ucapnya dengan nada menghina, suaranya penuh dengan sindiran tajam.Senja mengerjap sejenak, mencoba menahan diri. Namun, saat dia mengingat alasan mengapa dia baru bangun pukul delapan pagi, tatapannya langsung beralih ke arah Langit. Pria itu duduk di ujung meja, tampak sibuk memeriksa lembaran dokumen, sama sekali tidak terlihat peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Wajahnya terlihat segar dan fokus, seolah-olah malam tadi adalah charger-an yang sempurna baginya."Selamat pagi," Senja berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang meskipun hatinya bergejolak. Dia tahu bahwa menunjukkan kelemahan hanya akan membuat Crystal semakin puas.Crystal mendengus pela
Senja sedang berusaha berkonsentrasi pada tugas yang diberikan oleh Raven, tutor yang disewa oleh Langit untuk membantunya memahami seluk-beluk bisnis keluarga Alvendra. Di ruang belajar yang tenang, Senja mencoba mencerna setiap penjelasan yang disampaikan Raven dengan seksama. Namun, notifikasi ponselnya terus-menerus berbunyi, mengganggu konsentrasinya.Menghela napas panjang dengan frustrasi, Senja akhirnya menyerah dan meraih ponselnya. Ia mengangkat sebelah alisnya ketika melihat layar ponselnya yang dipenuhi oleh notifikasi dari media sosial. Mention dari teman-temannya membanjiri feed-nya, membuatnya semakin penasaran. Dengan cepat, Senja membuka salah satu mention dan mendapati bahwa namanya tengah menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial."Senja, kamu lihat ini? OMG, kamu ada di mana-mana sekarang!" tulis salah seorang temannya dalam sebuah komentar yang disertai tautan ke artikel berita.Senja mengklik tautan itu dan matanya membelalak k
Senja membuka laci meja, mengingat bahwa pelayan telah menyediakan sebuah test pack sebagai langkah berjaga-jaga. Semua orang yang bekerja untuk keluarga Alvendra tahu bahwa meskipun Senja berstatus sebagai istri kedua, tujuan utamanya adalah memastikan bahwa dia hamil anak Langit. Setelah anak Langit lahir dengan selamat, Senja akan dikembalikan ke kehidupannya semula.Dia menghela napas dalam-dalam, merasakan beban tanggung jawab yang tiba-tiba membanjiri pikirannya. Tangannya gemetar saat dia mengambil test pack dari laci dan menuju kamar mandi. Beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam berlalu saat dia menunggu hasilnya. Akhirnya, dua garis merah muncul dengan jelas.Senja menatap alat tes di tangannya, hampir tidak percaya. "Aku hamil," bisiknya pelan, masih berusaha mencerna kenyataan ini.Dengan perasaan campur aduk, dia segera kembali ke ruang kerja Langit. Pikirannya berputar-putar, membayangkan berbagai reaksi yang mungkin diterima dari pria itu. K
Langit memiliki tatapan yang dalam, penuh perhatian, dan setiap gerakannya seolah-olah penuh kasih sayang. Namun, Senja tahu lebih baik daripada terpikat oleh ilusi tersebut. Dia menyadari bahwa di balik setiap tindakan manis Langit, ada satu keinginan yang jelas dan kuat: memiliki seorang anak kandung, darah dagingnya sendiri.Senja sering bertanya-tanya dalam hatinya, apakah sikap lembut Langit akan tetap sama setelah anak itu lahir? Apakah dia akan tetap peduli dan perhatian, atau akankah semua ini hanya sementara, hanya sampai tujuannya tercapai? Kekhawatiran itu menggelayut dalam pikirannya, menambah beban pada hatinya yang sudah penuh dengan ketidakpastian.Senja menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dia tahu bahwa menaruh harapan terlalu tinggi hanya akan menyebabkan kekecewaan lebih dalam jika kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Dia tidak ingin menipu dirinya sendiri dengan angan-angan kosong tentang cinta yang mungkin tidak
"Aku... hamil?" Senja menatap hasil pemeriksaan yang diberikan dokter dengan wajah tidak percaya, sebelum kemudian menatap pada Langit yang juga memasang ekspresi terkejut."Jadi... alasan aku mood swings selama beberapa minggu terakhir, ditambah morning sickness itu karena aku tengah hamil dan sekarang usia kandunganku 2 bulan?" tanya Senja lagi dengan nada meminta konfirmasi.Dokter tersenyum lembut dan mengangguk. "Selamat, Tuan dan Nyonya Alvendra, Tuan Muda Bintang akan segera memiliki adik," ucapnya."Adik! Yeay!" Bintang yang mendengar itu langsung bersorak penuh semangat, melompat-lompat dengan kegembiraan di ruang pemeriksaan. Langit merangkul Senja erat, mencium keningnya dengan penuh kasih. "Kita akan memiliki bayi lagi. Aku sangat bahagia."Senja tersenyum, meskipun air mata kebahagiaan mulai menggenang di matanya. "Aku juga. Ini benar-benar kejutan yang luar biasa."Kembali ke rumah, suasana semakin hangat dan penuh kebahagiaan. Senja dan Langit memberi tahu keluarga bes
Ketika episode pertama akhirnya tayang di televisi, komentar netizen sangat beragam. Media sosial dipenuhi dengan berbagai pendapat dan reaksi dari para penonton yang antusias."Senja dan Langit benar-benar pasangan yang serasi! Mereka terlihat sangat natural dan kompak," tulis seorang pengguna di Twitter."Aku suka chemistry antara Kevin dan Lolita. Meskipun Kevin terlihat gugup, Lolita selalu bisa membuatnya merasa nyaman. Mereka benar-benar pasangan yang manis," komentar seorang penggemar di Instagram."Dody dan Melani benar-benar memukau! Mereka begitu percaya diri dan bersemangat. Tidak heran mereka bisa menang di game kata," tulis seorang netizen di Facebook.Namun, tidak semua komentar bernada positif. Beberapa penonton juga memberikan kritik dan masukan."Aku merasa Johan dan Ishava kurang menunjukkan sisi menarik mereka. Semoga di episode berikutnya mereka bisa lebih menonjol," tulis seorang pengguna di forum diskusi online."Kenapa
Selain Senja dan Langit, tim acara juga mengundang tiga pasangan suami istri lainnya yang tak kalah menarik. Pertama, ada Dody Anggara, seorang penyanyi terkenal berusia 35 tahun, dengan istrinya Melani Citra, seorang beauty blogger populer yang selalu tampil elegan di setiap kesempatan.Kemudian, ada Kevin Duwain, seorang artis pendatang baru berusia 25 tahun yang telah mendapatkan penghargaan sebagai pendatang baru terbaik. Istrinya, Lolita Fayek, adalah sahabat baiknya sejak kecil. Lolita, juga berusia 25 tahun, adalah seorang asisten dosen di salah satu universitas ternama, menambah kecerdasan dan pesona intelektual ke dalam kelompok ini.Pasangan ketiga adalah Johan, seorang pegawai kantoran berusia 30 tahun yang sederhana namun berwibawa. Istrinya, Ishava, adalah seorang penyanyi berbakat berusia 22 tahun yang telah menggeluti dunia tarik suara sejak umur 8 tahun. Kehadiran Ishava dengan bakat menyanyinya yang luar biasa dan pesona mudanya menambah keunikan dalam
Senja mengerutkan keningnya sambil membaca naskah program reality show terbaru yang ditawarkan oleh Armand. Ada sedikit kebingungan di wajahnya. Di sisi lain, Langit membacanya dengan penuh antusias. Naskah reality show tersebut berjudul "Perfectly Wedded Pair", yang sejak debut dua tahun lalu, cukup booming di kalangan penonton. Program ini mengundang selebriti yang telah menikah, baik dengan sesama selebriti, pengusaha, atau masyarakat sipil biasa. Kali ini, program tersebut mengundang Senja dan Langit, yang akhirnya diketahui oleh netizen telah menikah sejak lima tahun lalu dan memiliki seorang putra bernama Bintang yang berusia empat tahun.Naskah yang diberikan sebenarnya tidak bisa disebut naskah juga, melainkan hanya gambaran besar acara yang akan berlangsung selama maksimal sepuluh episode. Karena reality show ini lebih menekankan pada siaran secara langsung, para bintang tamu tidak diberikan naskah untuk berakting. Mereka akan dilibatkan secara alami, tanpa skenario
Berbanding terbalik dengan kebahagiaan yang menimpa Senja, nasib Kania justru memburuk. Manajemen yang seharusnya mendukung kariernya malah memperlakukannya dengan kasar dan tidak adil. Ketidakpuasan mereka bukan hanya karena persaingan internal, tetapi juga diperburuk oleh keputusan Langit, suami Senja, yang menggunakan uang untuk menutup mulut pihak-pihak yang masih tidak suka pada Senja.Kania, seorang artis yang juga berbakat, merasa semakin terpojok. Setiap langkah yang diambilnya seolah diawasi ketat dan setiap kesalahan kecil diperbesar. Manajemen yang sebelumnya ramah dan mendukung, kini berubah dingin dan penuh tuntutan. Kania sering diminta untuk melakukan tugas-tugas yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang artis, seperti mengurus logistik acara atau bahkan membuat kopi untuk para eksekutif."Apa ini semua karena Langit?" tanya Kania kepada sahabatnya, Mira, dengan mata berkaca-kaca. "Aku merasa seperti menjadi kambing hitam."Mira hanya bisa meng
Meski diterpa badai kritik dan gosip, Senja tetap berusaha tegar. Namun, tekanan dari pemberitaan negatif membuatnya tidak bisa mengabaikan pengaruh besar yang dirasakannya. Di balik senyumnya, ada kekhawatiran yang mendalam mengenai masa depannya dalam industri hiburan. Setiap kali membuka media sosial, ia melihat komentar-komentar yang menyakitkan, mempertanyakan karakternya dan meremehkan bakatnya.Di rumah, Senja mencoba tetap kuat di depan keluarganya. Namun, Langit bisa melihat kegelisahan di mata istrinya. "Senja, kamu harus ingat, kamu lebih kuat dari semua ini. Orang-orang yang benar-benar mengenalmu tahu siapa kamu sebenarnya," kata Langit sambil menggenggam tangan Senja dengan penuh kasih sayang.Sementara itu, manajer Senja, Armand, berjuang keras untuk mengendalikan kerusakan yang ditimbulkan oleh skandal yang kembali mencuat. Arisa mencoba berbagai cara untuk mengalihkan perhatian media, termasuk mengatur wawancara eksklusif di mana Senja bisa menjelaskan
"Senja sepertinya bermain dengan cukup baik, bukan? Jarang sekali melihat seseorang memainkan alat musik seperti ini. Adakah profesional yang mau berkomentar tentang seberapa bagus permainannya?""Sebagai seseorang yang mempelajari musik tradisional, saya harus mengatakan bahwa biolanya kurang halus. Tidak mudah untuk memainkan alat musik petik yang tidak halus ini. Mencoba menonjolkan pesona biola bahkan lebih menantang lagi," jawab seorang profesional musik dengan nada serius.Arisa mendengarkan sejenak, merasa lega, dan mengangguk puas. "Apa hanya 'sedikit'?"Senja tidak hanya sekadar 'sedikit'. Pada bagian pertama yang lincah, dia menggunakan banyak sekali gerakan jari melingkar - memetik, menggeser, menggulung - menampilkan keterampilan yang tak terduga. Melodi yang naik turun, tampak anggun dan merdu. Bahkan, orang yang tidak mengenal musik pun bisa merasakan kerinduan dan kegembiraan seorang pengembara yang meninggalkan rumah, di tengah-tengah dunia yang
Pada sore itu, Arisa masih sibuk mempersiapkan diri, sehingga Ira duduk di sampingnya dengan sedikit bosan. Sementara itu, Senja terus melirik ke arah biola Arisa, tampak tertarik namun ragu untuk mendekat. Melihat hal ini, Ira tertawa kecil dan menggoda, "Senja, kenapa kamu terus menatap biola Arisa? Apa kamu tertarik?"Senja langsung mengalihkan pandangannya, wajahnya memerah, dan ia menggelengkan kepala dengan malu-malu.Ira menepuk pundak Senja dan berkata, "Senja, aku sudah melihat hasil edit videomu. Gerakan tarianmu sangat memukau, dan penyampaian dialogmu luar biasa."Arisa, yang sedang memetik senar biolanya dengan jari-jarinya yang dihiasi kuku panjang, mendengar pujian Ira dan menatap Senja dengan penuh minat. "Apakah kamu tahu tentang opera tradisional?" tanyanya.Senja mengangguk pelan, "Sedikit."Arisa, dengan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul, mulai menciptakan sebuah syair spontan. Ia menyenandungkan beberapa bait lalu meno
Arisa mulai berbicara dengan penuh semangat, "Bunga pagi dan matahari terbenam. Jika kita berbicara tentang bunga, ada bunga pagi, bunga matahari, dan bunga teratai - ini semua adalah bunga yang mekar di pagi hari dan menutup di malam hari."Ira, merapikan rambutnya, menambahkan, "Tema episode ini adalah puisi, jadi bunga ini harus mencerminkan citra yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk tersebut." Kemudian, dia tersenyum pada Christopher. "Guru Chris, sebagai wakil presiden Asosiasi Puisi Ibu Kota, ini seharusnya menjadi keahlian Anda. Ada pendapat?"Christopher, dengan sedikit rasa malu, merasa pertanyaan Ira menjebaknya. "Saya memikirkan beberapa bunga yang berhubungan dengan anggur dan perjalanan - zhuyu, krisan, bunga persik. Tapi sepertinya tidak ada yang cocok dengan bunga pagi dan matahari terbenam."Melihat Matt dan Senja tetap diam, Arisa bertanya, "Guru Matt, Senja, bagaimana menurut kalian berdua?"Senja melirik Matt, dan lelaki tua itu m