Saat Senja sampai di ruang makan, seluruh tetua keluarga Alvendra telah duduk di kursi mereka masing-masing. Ruangan itu memancarkan aura keanggunan klasik dengan meja panjang yang dihiasi taplak bordir dan peralatan makan perak. Lampu gantung kristal yang tergantung di langit-langit memancarkan cahaya hangat, menciptakan suasana mewah dan megah.Ketika derap langkah Senja terdengar menuruni tangga, percakapan di ruangan itu mereda. Semua kepala menoleh ke arah tangga, dan mata mereka terpaku pada sosok Senja yang muncul. Dalam balutan gaun mewah yang dipilihnya, Senja tampak anggun dan memukau. Tatapan terpesona dari para tetua keluarga Alvendra mengiringi langkah Senja yang mantap dan percaya diri. Sejenak, suasana hening sebelum Kakek Langit, yang duduk di ujung meja, memberi isyarat dengan tangannya agar Senja mendekat. "Selamat datang, Senja," ucap Kakek Langit dengan suara berat namun ramah. "Kami senang kau bisa bergabung dengan kami malam ini."Senja tersenyum anggun dan men
Baru satu hari Senja menjalani kehidupan di kediaman Alvendra, tetapi Crystal sudah tidak sabar untuk membuatnya merasa malu.Crystal melayangkan tatapan sinis padanya ketika dia menuju ruang makan. "Wah, putri tidur akhirnya bangun. Enak ya, menjadi seorang putri yang ditungguin semua orang?" ucapnya dengan nada menghina, suaranya penuh dengan sindiran tajam.Senja mengerjap sejenak, mencoba menahan diri. Namun, saat dia mengingat alasan mengapa dia baru bangun pukul delapan pagi, tatapannya langsung beralih ke arah Langit. Pria itu duduk di ujung meja, tampak sibuk memeriksa lembaran dokumen, sama sekali tidak terlihat peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Wajahnya terlihat segar dan fokus, seolah-olah malam tadi adalah charger-an yang sempurna baginya."Selamat pagi," Senja berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang meskipun hatinya bergejolak. Dia tahu bahwa menunjukkan kelemahan hanya akan membuat Crystal semakin puas.Crystal mendengus pela
Senja sedang berusaha berkonsentrasi pada tugas yang diberikan oleh Raven, tutor yang disewa oleh Langit untuk membantunya memahami seluk-beluk bisnis keluarga Alvendra. Di ruang belajar yang tenang, Senja mencoba mencerna setiap penjelasan yang disampaikan Raven dengan seksama. Namun, notifikasi ponselnya terus-menerus berbunyi, mengganggu konsentrasinya.Menghela napas panjang dengan frustrasi, Senja akhirnya menyerah dan meraih ponselnya. Ia mengangkat sebelah alisnya ketika melihat layar ponselnya yang dipenuhi oleh notifikasi dari media sosial. Mention dari teman-temannya membanjiri feed-nya, membuatnya semakin penasaran. Dengan cepat, Senja membuka salah satu mention dan mendapati bahwa namanya tengah menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial."Senja, kamu lihat ini? OMG, kamu ada di mana-mana sekarang!" tulis salah seorang temannya dalam sebuah komentar yang disertai tautan ke artikel berita.Senja mengklik tautan itu dan matanya membelalak k
Senja membuka laci meja, mengingat bahwa pelayan telah menyediakan sebuah test pack sebagai langkah berjaga-jaga. Semua orang yang bekerja untuk keluarga Alvendra tahu bahwa meskipun Senja berstatus sebagai istri kedua, tujuan utamanya adalah memastikan bahwa dia hamil anak Langit. Setelah anak Langit lahir dengan selamat, Senja akan dikembalikan ke kehidupannya semula.Dia menghela napas dalam-dalam, merasakan beban tanggung jawab yang tiba-tiba membanjiri pikirannya. Tangannya gemetar saat dia mengambil test pack dari laci dan menuju kamar mandi. Beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam berlalu saat dia menunggu hasilnya. Akhirnya, dua garis merah muncul dengan jelas.Senja menatap alat tes di tangannya, hampir tidak percaya. "Aku hamil," bisiknya pelan, masih berusaha mencerna kenyataan ini.Dengan perasaan campur aduk, dia segera kembali ke ruang kerja Langit. Pikirannya berputar-putar, membayangkan berbagai reaksi yang mungkin diterima dari pria itu. K
Langit memiliki tatapan yang dalam, penuh perhatian, dan setiap gerakannya seolah-olah penuh kasih sayang. Namun, Senja tahu lebih baik daripada terpikat oleh ilusi tersebut. Dia menyadari bahwa di balik setiap tindakan manis Langit, ada satu keinginan yang jelas dan kuat: memiliki seorang anak kandung, darah dagingnya sendiri.Senja sering bertanya-tanya dalam hatinya, apakah sikap lembut Langit akan tetap sama setelah anak itu lahir? Apakah dia akan tetap peduli dan perhatian, atau akankah semua ini hanya sementara, hanya sampai tujuannya tercapai? Kekhawatiran itu menggelayut dalam pikirannya, menambah beban pada hatinya yang sudah penuh dengan ketidakpastian.Senja menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dia tahu bahwa menaruh harapan terlalu tinggi hanya akan menyebabkan kekecewaan lebih dalam jika kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Dia tidak ingin menipu dirinya sendiri dengan angan-angan kosong tentang cinta yang mungkin tidak
Senja mengerjap, menatap Langit dengan mata melebar, seolah tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. Dia memandang pria itu, berharap Langit akan mengulangi perkataannya agar dia yakin tidak salah dengar.Langit menghela napas dalam-dalam, merespons tatapan penuh harap Senja. "Aku berpikir bahwa berdiam diri di rumah saja tidak baik untukmu. Aku ingin kau menyelesaikan kuliahmu di universitas pilihanku. Bukankah ini akan memberimu sesuatu yang berarti untuk dilakukan selama beberapa bulan ke depan? Selain itu, kau juga bisa mempraktikkan ilmu yang kau pelajari."Senja masih tercengang, mencoba mencerna kata-kata Langit. "Kau benar-benar ingin aku melanjutkan kuliah?" tanyanya pelan, seolah memastikan bahwa ini bukan mimpi.Langit mengangguk, matanya penuh dengan kesungguhan. "Ya, aku ingin kau melanjutkan kuliahmu. Aku tahu ini mungkin tidak mudah, tetapi aku yakin ini adalah yang terbaik untukmu. Aku ingin kau memiliki sesuatu yang berarti dalam hidupmu
Meskipun dengan ragu, Senja akhirnya merasa itu adalah langkah yang tepat untuk mengikuti saran Langit. Dia akan membuktikan bahwa dia mampu mengatasi tantangan apa pun yang dihadapinya, bahkan jika itu berarti memasuki dunia kampus lagi.Pada hari yang penuh harapan itu, Senja bersiap untuk memasuki babak baru dalam hidupnya. Namun, ketika waktu pelaksanaannya tiba, Langit terpaksa absen karena urusan bisnis yang mendesak. Sebagai pengganti, seorang tetua keluarga Alvendra yang jarang terlihat di depan publik menggantikan peran Langit.Tetua itu memberikan wejangan bijak kepada Senja, membagikan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Setelah memberikan saran yang berharga, tetua itu meninggalkan Senja, membiarkannya menyusuri perjalanan baru ini dengan kebijaksanaan yang baru saja diberikan.Saat berjalan melalui koridor-koridor kampus yang megah, Senja merenungkan kata-kata bijak yang baru saja didengarnya. Dia merasa didorong oleh semangat baru untuk me
Satu minggu menjalani kehidupan kampus, Senja cepat menjadi sorotan di kalangan mahasiswa. Kehadirannya yang ramah dan kesediaannya berbagi ilmu membuatnya disukai banyak orang. Di setiap sudut kampus, terlihat dirinya dikelilingi oleh kelompok mahasiswa yang membutuhkan penjelasan lebih rinci mengenai mata kuliah mereka. Senja selalu siap membantu dengan senyuman, membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan interaktif.Di salah satu sudut taman kampus, Senja duduk dikelilingi oleh beberapa mahasiswa yang mendengarkan penjelasannya tentang teori manajemen. "Jadi, dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana keputusan strategis dapat mempengaruhi keseluruhan struktur organisasi," kata Senja dengan antusias, tangan-tangannya bergerak untuk menekankan poin-poin penting."Senja, kamu benar-benar punya bakat mengajar," ujar salah satu mahasiswa, Maria, sambil mencatat dengan tekun."Terima kasih, Maria. Aku hanya ingin memastikan kita semua bi
"Aku... hamil?" Senja menatap hasil pemeriksaan yang diberikan dokter dengan wajah tidak percaya, sebelum kemudian menatap pada Langit yang juga memasang ekspresi terkejut."Jadi... alasan aku mood swings selama beberapa minggu terakhir, ditambah morning sickness itu karena aku tengah hamil dan sekarang usia kandunganku 2 bulan?" tanya Senja lagi dengan nada meminta konfirmasi.Dokter tersenyum lembut dan mengangguk. "Selamat, Tuan dan Nyonya Alvendra, Tuan Muda Bintang akan segera memiliki adik," ucapnya."Adik! Yeay!" Bintang yang mendengar itu langsung bersorak penuh semangat, melompat-lompat dengan kegembiraan di ruang pemeriksaan. Langit merangkul Senja erat, mencium keningnya dengan penuh kasih. "Kita akan memiliki bayi lagi. Aku sangat bahagia."Senja tersenyum, meskipun air mata kebahagiaan mulai menggenang di matanya. "Aku juga. Ini benar-benar kejutan yang luar biasa."Kembali ke rumah, suasana semakin hangat dan penuh kebahagiaan. Senja dan Langit memberi tahu keluarga bes
Ketika episode pertama akhirnya tayang di televisi, komentar netizen sangat beragam. Media sosial dipenuhi dengan berbagai pendapat dan reaksi dari para penonton yang antusias."Senja dan Langit benar-benar pasangan yang serasi! Mereka terlihat sangat natural dan kompak," tulis seorang pengguna di Twitter."Aku suka chemistry antara Kevin dan Lolita. Meskipun Kevin terlihat gugup, Lolita selalu bisa membuatnya merasa nyaman. Mereka benar-benar pasangan yang manis," komentar seorang penggemar di Instagram."Dody dan Melani benar-benar memukau! Mereka begitu percaya diri dan bersemangat. Tidak heran mereka bisa menang di game kata," tulis seorang netizen di Facebook.Namun, tidak semua komentar bernada positif. Beberapa penonton juga memberikan kritik dan masukan."Aku merasa Johan dan Ishava kurang menunjukkan sisi menarik mereka. Semoga di episode berikutnya mereka bisa lebih menonjol," tulis seorang pengguna di forum diskusi online."Kenapa
Selain Senja dan Langit, tim acara juga mengundang tiga pasangan suami istri lainnya yang tak kalah menarik. Pertama, ada Dody Anggara, seorang penyanyi terkenal berusia 35 tahun, dengan istrinya Melani Citra, seorang beauty blogger populer yang selalu tampil elegan di setiap kesempatan.Kemudian, ada Kevin Duwain, seorang artis pendatang baru berusia 25 tahun yang telah mendapatkan penghargaan sebagai pendatang baru terbaik. Istrinya, Lolita Fayek, adalah sahabat baiknya sejak kecil. Lolita, juga berusia 25 tahun, adalah seorang asisten dosen di salah satu universitas ternama, menambah kecerdasan dan pesona intelektual ke dalam kelompok ini.Pasangan ketiga adalah Johan, seorang pegawai kantoran berusia 30 tahun yang sederhana namun berwibawa. Istrinya, Ishava, adalah seorang penyanyi berbakat berusia 22 tahun yang telah menggeluti dunia tarik suara sejak umur 8 tahun. Kehadiran Ishava dengan bakat menyanyinya yang luar biasa dan pesona mudanya menambah keunikan dalam
Senja mengerutkan keningnya sambil membaca naskah program reality show terbaru yang ditawarkan oleh Armand. Ada sedikit kebingungan di wajahnya. Di sisi lain, Langit membacanya dengan penuh antusias. Naskah reality show tersebut berjudul "Perfectly Wedded Pair", yang sejak debut dua tahun lalu, cukup booming di kalangan penonton. Program ini mengundang selebriti yang telah menikah, baik dengan sesama selebriti, pengusaha, atau masyarakat sipil biasa. Kali ini, program tersebut mengundang Senja dan Langit, yang akhirnya diketahui oleh netizen telah menikah sejak lima tahun lalu dan memiliki seorang putra bernama Bintang yang berusia empat tahun.Naskah yang diberikan sebenarnya tidak bisa disebut naskah juga, melainkan hanya gambaran besar acara yang akan berlangsung selama maksimal sepuluh episode. Karena reality show ini lebih menekankan pada siaran secara langsung, para bintang tamu tidak diberikan naskah untuk berakting. Mereka akan dilibatkan secara alami, tanpa skenario
Berbanding terbalik dengan kebahagiaan yang menimpa Senja, nasib Kania justru memburuk. Manajemen yang seharusnya mendukung kariernya malah memperlakukannya dengan kasar dan tidak adil. Ketidakpuasan mereka bukan hanya karena persaingan internal, tetapi juga diperburuk oleh keputusan Langit, suami Senja, yang menggunakan uang untuk menutup mulut pihak-pihak yang masih tidak suka pada Senja.Kania, seorang artis yang juga berbakat, merasa semakin terpojok. Setiap langkah yang diambilnya seolah diawasi ketat dan setiap kesalahan kecil diperbesar. Manajemen yang sebelumnya ramah dan mendukung, kini berubah dingin dan penuh tuntutan. Kania sering diminta untuk melakukan tugas-tugas yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang artis, seperti mengurus logistik acara atau bahkan membuat kopi untuk para eksekutif."Apa ini semua karena Langit?" tanya Kania kepada sahabatnya, Mira, dengan mata berkaca-kaca. "Aku merasa seperti menjadi kambing hitam."Mira hanya bisa meng
Meski diterpa badai kritik dan gosip, Senja tetap berusaha tegar. Namun, tekanan dari pemberitaan negatif membuatnya tidak bisa mengabaikan pengaruh besar yang dirasakannya. Di balik senyumnya, ada kekhawatiran yang mendalam mengenai masa depannya dalam industri hiburan. Setiap kali membuka media sosial, ia melihat komentar-komentar yang menyakitkan, mempertanyakan karakternya dan meremehkan bakatnya.Di rumah, Senja mencoba tetap kuat di depan keluarganya. Namun, Langit bisa melihat kegelisahan di mata istrinya. "Senja, kamu harus ingat, kamu lebih kuat dari semua ini. Orang-orang yang benar-benar mengenalmu tahu siapa kamu sebenarnya," kata Langit sambil menggenggam tangan Senja dengan penuh kasih sayang.Sementara itu, manajer Senja, Armand, berjuang keras untuk mengendalikan kerusakan yang ditimbulkan oleh skandal yang kembali mencuat. Arisa mencoba berbagai cara untuk mengalihkan perhatian media, termasuk mengatur wawancara eksklusif di mana Senja bisa menjelaskan
"Senja sepertinya bermain dengan cukup baik, bukan? Jarang sekali melihat seseorang memainkan alat musik seperti ini. Adakah profesional yang mau berkomentar tentang seberapa bagus permainannya?""Sebagai seseorang yang mempelajari musik tradisional, saya harus mengatakan bahwa biolanya kurang halus. Tidak mudah untuk memainkan alat musik petik yang tidak halus ini. Mencoba menonjolkan pesona biola bahkan lebih menantang lagi," jawab seorang profesional musik dengan nada serius.Arisa mendengarkan sejenak, merasa lega, dan mengangguk puas. "Apa hanya 'sedikit'?"Senja tidak hanya sekadar 'sedikit'. Pada bagian pertama yang lincah, dia menggunakan banyak sekali gerakan jari melingkar - memetik, menggeser, menggulung - menampilkan keterampilan yang tak terduga. Melodi yang naik turun, tampak anggun dan merdu. Bahkan, orang yang tidak mengenal musik pun bisa merasakan kerinduan dan kegembiraan seorang pengembara yang meninggalkan rumah, di tengah-tengah dunia yang
Pada sore itu, Arisa masih sibuk mempersiapkan diri, sehingga Ira duduk di sampingnya dengan sedikit bosan. Sementara itu, Senja terus melirik ke arah biola Arisa, tampak tertarik namun ragu untuk mendekat. Melihat hal ini, Ira tertawa kecil dan menggoda, "Senja, kenapa kamu terus menatap biola Arisa? Apa kamu tertarik?"Senja langsung mengalihkan pandangannya, wajahnya memerah, dan ia menggelengkan kepala dengan malu-malu.Ira menepuk pundak Senja dan berkata, "Senja, aku sudah melihat hasil edit videomu. Gerakan tarianmu sangat memukau, dan penyampaian dialogmu luar biasa."Arisa, yang sedang memetik senar biolanya dengan jari-jarinya yang dihiasi kuku panjang, mendengar pujian Ira dan menatap Senja dengan penuh minat. "Apakah kamu tahu tentang opera tradisional?" tanyanya.Senja mengangguk pelan, "Sedikit."Arisa, dengan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul, mulai menciptakan sebuah syair spontan. Ia menyenandungkan beberapa bait lalu meno
Arisa mulai berbicara dengan penuh semangat, "Bunga pagi dan matahari terbenam. Jika kita berbicara tentang bunga, ada bunga pagi, bunga matahari, dan bunga teratai - ini semua adalah bunga yang mekar di pagi hari dan menutup di malam hari."Ira, merapikan rambutnya, menambahkan, "Tema episode ini adalah puisi, jadi bunga ini harus mencerminkan citra yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk tersebut." Kemudian, dia tersenyum pada Christopher. "Guru Chris, sebagai wakil presiden Asosiasi Puisi Ibu Kota, ini seharusnya menjadi keahlian Anda. Ada pendapat?"Christopher, dengan sedikit rasa malu, merasa pertanyaan Ira menjebaknya. "Saya memikirkan beberapa bunga yang berhubungan dengan anggur dan perjalanan - zhuyu, krisan, bunga persik. Tapi sepertinya tidak ada yang cocok dengan bunga pagi dan matahari terbenam."Melihat Matt dan Senja tetap diam, Arisa bertanya, "Guru Matt, Senja, bagaimana menurut kalian berdua?"Senja melirik Matt, dan lelaki tua itu m