Senja memandang gaun pengantin berwarna hitam yang dia pilih dengan senyuman datar. Dia sebetulnya sangat membenci warna gelap, tapi mulai dari detik ini, dia akan memastikan semua pakaiannya hanyalah yang berwarna gelap. Dia tidak berdiri di depan pendeta nantinya dengan suka citanya, dan tentu saja dia akan membuat semua tamu yang datang mengetahui itu. Meskipun sebenarnya yang menjadi tamu hanyalah keluarga Alvendra dan Katrina Sitompul, sahabatnya.
Tapi, meskipun gaun pengantin itu berwarna hitam, tidak menghilangkan keanggunan gaun tersebut dan tentu saja membuat perhatian semua yang hadir tertuju padanya.
"Selena, lo tau apapun yang bakalan terjadi, gue selalu bersama lo kan?" tanya Katrina, suaranya penuh kekhawatiran saat dia menyelinap masuk ke ruangan.
Senja memalingkan pandangannya dari cermin dan menatap sahabatnya dengan mata yang mencerminkan campuran antara keputusasaan dan keberanian. "Gue tau Kat, dan gue akan selalu ingat itu," angguknya dengan senyuman.
Katrina mengangguk dengan paham, menggenggam tangan Senja dengan erat.
Saat saat pernikahan mendekat, ruangan di mana Senja bersiap-siap dipenuhi dengan kehangatan dan dukungan dari keluarga dan sahabatnya. Mereka memberinya kekuatan untuk melangkah maju, meskipun dalam kegelapan, untuk menemukan cahaya baru di ujung jalan yang penuh dengan ketidakpastian.
Dan saat pintu gereja terbuka lebar, Senja melangkah ke lorong menuju masa depannya dengan penuh keyakinan. Gaun hitamnya berkilauan di bawah cahaya gemerlap lilin, dan langkahnya dihiasi dengan keberanian yang mempesona. Meskipun warna hitam mungkin melambangkan kesedihan, bagi Senja, itu adalah pilihan yang memancarkan keanggunan, keberanian, dan kekuatan untuk melangkah maju.
~o0o~
Tentu saja tidak semua orang senang dengan pilihan Langit, salah satunya istri pertamanya. Crystal, dengan gaun putih menawannya, menatap tajam dan penuh kebencian pada sosok Senja yang berjalan dengan kepala tertutup bridal veil berwarna hitam.
Selama prosesi pernikahan, Crystal tak henti-hentinya melayangkan tatapan kebencian pada gadis 25 tahun itu. Hatinya selalu mengumpat dan menyumpahi Senja yang ketika veilnya dibuka, terlihat jelas lebih cantik daripada dirinya, dan tentu saja lebih muda! Crystal bersumpah dalam hatinya, bahwa dia akan membuat kehidupan Senja seperti neraka ketika di kediaman Alvendra!
~o0o~
Begitu proses pernikahan selesai, Langit berjalan menuju mobil yang akan membawa mereka berbulan madu ke hotel mewah milik Langit pribadi setelah memastikan bahwa tidak ada satu orang pun yang akan mengucapkan sepatah kata pun mengenai kehadirannya bukan dengan Crystal selama semalam di sana.
Senja mengikutinya dengan langkah santai, dan tentu saja perlahan yang otomatis membuat Langit berdiri di depan mobil dengan dahi berkerut dan tatapan tajam dilayangkan kepada gadis yang sebentar lagi akan melepas keperawanannya itu dibawah Langit.
"Apa? Cobalah berjalan dengan heels setinggi 7 cm dan gaun seberat karung beras 10 kg ini, dan kau akan menyadari bahwa untuk berjalan dengan normal saja aku sudah sangat beruntung, jadi jangan berharap bisa mengimbangimu," ucap Senja datar tanpa menunggu kata-kata terucap dari mulut seksi pria matang tersebut.
Langit semakin mengerutkan keningnya sebelum kemudian membukakan pintu mobil tempatnya menunggu dan menunggu Senja untuk masuk, sebelum kemudian menutup pintu tersebut dan memutar menuju pintu satunya lagi dan menyuruh sopir untuk melajukan mobilnya.
Meninggalkan sekelompok keluarga Alvendra yang menganga melihat aksi kecil Langit yang bagi Katrina normal itu, tetapi tidak pernah Langit lakukan pada siapapun sebelumnya, termasuk ketika selesai pernikahannya dengan Crystal.
Crystal sendiri mengerutkan keningnya dengan tangan terkepal penuh kebencian.
~o0o~
Meskipun Senja memasang wajah datar seolah dia tidak merasakan apapun, sesungguhnya saat ini jantung Senja berdegup kencang, nervous dan khawatir dengan apa yang akan terjadi ketika mereka di hotel nanti. Senja memang tidak asing lagi dengan proses make love, tetapi dia tidak pernah merasakannya pribadi. Jangankan make love, make out saja dia tidak pernah! Lupakan make out, bergandengan tangan dengan seorang pria saja, Senja tidak pernah!
Dia beberapa kali menonton film dewasa karena dipaksa Katrina ketika mereka sedang bosan, tetapi bukannya malu-malu dan terangsang gairah ketika menontonnya, mereka berdua malah mengomentari posisi, proporsi dan skenario film tersebut secara keseluruhan, dengan Katrina yang sesekali menceritakan pengalamannya.
Dan sekarang Senja bingung akan berbuat apa. 'Apakah sebaiknya aku diam saja dan membiarkan Langit bekerja? Toh katanya jika ingin anak cowok posisinya adalah doggy style atau semacamnya yang memungkinkan penetrasi dari pria lebih dalam. Selain itu, aku juga lagi dalam masa subur, bukan mustahil jika kami hanya perlu melakukan ini satu kali dan voila, aku tidak perlu berhubungan lagi dengan Langit dan menunggu,' batinnya dengan penuh pemikiran.
Begitu sibuk dengan pemikirannya sendiri, Senja sama sekali tidak menyadari sudut mulut pria di sebelahnya yang terangkat dengan senyuman samar dan tatapan penuh arti pada Senja.
Ketika sampai di hotel, Senja akan membuka pintunya, tetapi kembali didahului oleh Langit yang membukakan pintu dan menyodorkan satu tangannya untuk dipegang Senja dengan ekspresi datar.
Mengerutkan keningnya heran, Senja ragu-ragu menerima tangan tersebut tetapi kemudian berpikir tidak ada salahnya, karena gaunnya cukup berat dan dia tidak bisa berdiri sendiri. Tidak sampai 10 kg, dia hanya melebih-lebihkan kata-katanya tadi. Dan ketika berjalan Langit sama sekali tidak melepaskan tangan Senja, dan Senja sendiri canggung jika harus menarik tangannya, jadi dia membiarkan itu.
Karena Langit juga memakai setelan hitam, ketika mereka berjalan tentu saja membuat semua mata memandang mereka dengan kagum, yang untungnya hanya para karyawan hotel yang tidak memegang ponsel. Meskipun pasangan tersebut berjalan dengan wajah tanpa ekspresi mereka, semua orang tidak bisa tidak berpikir bahwa mereka berdua adalah pasangan yang telah ditakdirkan oleh Tuhan karena keserasian mereka. Mereka memiliki wajah yang sama-sama menawan, langkah anggun yang tidak dibuat-buat dan aura mereka yang dingin dan menjauhkan semua orang, selain itu, beberapa orang yang peka bisa merasakan bahwa kedua orang itu memiliki kemistri yang tepat dan sesuai.
Mereka sampai di kamar hotel yang telah dihias sedemikian rupa oleh karyawan dan Senja langsung melepaskan tangan Langit dan mendudukkan diri di ranjang yang empuk, lalu melambaikan kakinya untuk melepaskan sepatunya, tetapi aksinya terhenti ketika Langit menunduk dan melepaskan sepasang heels bertali itu dan jantung Senja kembali berdegup kencang dengan mata yang membulat tidak percaya.
'What the heck?! What- Why- Wha-?' bahkan batin Senja tidak bisa berkata-kata dengan aksi romantis pria yang sejak 3 jam lalu menjadi suaminya itu. Bukankah Langit adalah pria dingin, kaku, cuek dan sama sekali tidak romantis? Semua orang mengetahui itu, dan bahkan istrinya mengakui itu! Tapi lihat, apa yang dilakukan Langit saat ini, dari segi manapun, itu akan disebut RO.MAN.TIS!
'WHAT THE HECK?!'
Senja duduk dengan kaku di tepi ranjang, dan langsung berdehem kecil ketika Langit mendongak untuk menatapnya. Senja kemudian menatap sekeliling kamar dengan kikuk dan telinga yang memerah dan bingung mau berbuat apa. Senja merasakan Langit bangkit dari posisinya dan berdiri di hadapannya, membuat Senja mau tidak mau mendongak dan kembali termangu ketika melihat tatapan penuh arti yang diberikan pria itu. Senja ingin berbicara sesuatu tapi entah kenapa mulutnya kaku dan otaknya tidak bisa memproses apa yang terjadi, jadi dia terdiam dan tenggelam dalam tatapan mata gelap pria di hadapannya itu. Langit kemudian menyentuh dagu Senja dan menaikkannya, menahan tatapan Senja dengannnya, "bagaimana mungkin ada perempuan yang masih perawan di umur 25 tahun?" tanya pria itu dengan suara beratnya yang sukses membuat Senja bergidik. "Kau menyelidiki tentangku," tuduh Senja beberapa saat kemudian ketika berhasil menemukan suaranya. "Tentu saja, menurutmu mengapa aku memilihmu diantara banyak
Beberapa hari sebelumnya di kediaman keluarga Alvendra.Crystal memainkan jarinya dengan gelisah, menunggu keputusan dari para tetua keluarga Alvendra. Langit, suaminya, tampak sibuk dengan dokumen-dokumen di tangannya, tidak terganggu oleh keributan di ruang keluarga."Langit, kami sudah memutuskan!" ucap Kakek Langit dengan nada penuh otoritas. Langit mengangkat kepalanya dari dokumen, menatap kakeknya dengan rasa penasaran.Crystal yang duduk di samping Langit semakin gugup. Ia ingin menggenggam tangan suaminya untuk mencari ketenangan, tapi mengurungkan niatnya karena tahu Langit tidak suka disentuh. Di bulan pertama pernikahan mereka, Langit masih bersedia menyentuh Crystal. Namun, setelah mereka menerima kabar dari rumah sakit tentang kemandulan Crystal, Langit tidak pernah menyentuhnya lagi. Pernikahan mereka hanya menjadi formalitas belaka."Kalian sudah menikah selama 12 tahun dan mustahil untuk mendapatkan keturunan langsung. Namun, kita membutuhkan ahli warismu, Langit. Mak
Senja tidak peduli apa yang sebenarnya diinginkan Crystal dengan mengumumkan kepada dunia bahwa dia adalah istri kedua Langit. Namun, Senja tidak ingin menukar perannya dengan wanita ini. Jadi, dia kembali memperingatkan Crystal bahwa akan ada risiko yang tidak diinginkannya jika ia tetap melanjutkan permainannya."Shut up, you wench!" Crystal mengangkat tangannya, siap menampar Senja lagi.Namun, kali ini Senja tidak tinggal diam. Dia menahan tangan Crystal dan memandang wanita itu dengan tatapan dingin. "Aku tidak peduli apa rencanamu, tapi jangan coba-coba untuk menyakitiku. Aku bukan wanita lemah yang akan diam saja jika diancam orang lain," ucapnya dengan nada datar."Kau!" Crystal meronta, berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Senja. Namun, Senja tidak melepaskannya. Sebaliknya, ia mendekatkan mulutnya ke telinga Crystal."Jangan lupa, kalian yang membutuhkan aku, bukan aku yang mengemis untuk berada di posisi ini," bisiknya dengan dingin sebelum melepaskan tangan Crystal
Senja membuka mulutnya, berniat untuk menjawab sesuatu ketika tiba-tiba sorakan dan bentakan terdengar di ruangan itu. Dua orang pejudi berdiri, saling memegang kerah lawan masing-masing, dipenuhi emosi berlebihan. Senja mengerjap, menatap Langit yang menyipitkan matanya mengamati kejadian tersebut.Keributan itu menarik perhatian semua orang di ruangan. Para pemain lain menoleh, beberapa di antaranya menyingkir untuk menghindari pertikaian. Seorang pria berbadan besar, yang tampaknya adalah petugas keamanan, segera melangkah maju, berusaha melerai pertengkaran."Tenang, semuanya! Tidak ada tempat untuk kekerasan di sini," seru petugas keamanan dengan suara menggelegar, memisahkan kedua pria yang berseteru.Langit menghela napas panjang, lalu menatap Senja. "Ini salah satu risiko di tempat seperti ini. Emosi bisa memuncak, terutama ketika uang banyak yang dipertaruhkan," ucapnya dengan nada tenang, meskipun matanya tetap awas mengamati situasi.Senja mengangguk, merasakan ketegangan d
Saat Senja sampai di ruang makan, seluruh tetua keluarga Alvendra telah duduk di kursi mereka masing-masing. Ruangan itu memancarkan aura keanggunan klasik dengan meja panjang yang dihiasi taplak bordir dan peralatan makan perak. Lampu gantung kristal yang tergantung di langit-langit memancarkan cahaya hangat, menciptakan suasana mewah dan megah.Ketika derap langkah Senja terdengar menuruni tangga, percakapan di ruangan itu mereda. Semua kepala menoleh ke arah tangga, dan mata mereka terpaku pada sosok Senja yang muncul. Dalam balutan gaun mewah yang dipilihnya, Senja tampak anggun dan memukau. Tatapan terpesona dari para tetua keluarga Alvendra mengiringi langkah Senja yang mantap dan percaya diri. Sejenak, suasana hening sebelum Kakek Langit, yang duduk di ujung meja, memberi isyarat dengan tangannya agar Senja mendekat. "Selamat datang, Senja," ucap Kakek Langit dengan suara berat namun ramah. "Kami senang kau bisa bergabung dengan kami malam ini."Senja tersenyum anggun dan men
Baru satu hari Senja menjalani kehidupan di kediaman Alvendra, tetapi Crystal sudah tidak sabar untuk membuatnya merasa malu.Crystal melayangkan tatapan sinis padanya ketika dia menuju ruang makan. "Wah, putri tidur akhirnya bangun. Enak ya, menjadi seorang putri yang ditungguin semua orang?" ucapnya dengan nada menghina, suaranya penuh dengan sindiran tajam.Senja mengerjap sejenak, mencoba menahan diri. Namun, saat dia mengingat alasan mengapa dia baru bangun pukul delapan pagi, tatapannya langsung beralih ke arah Langit. Pria itu duduk di ujung meja, tampak sibuk memeriksa lembaran dokumen, sama sekali tidak terlihat peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Wajahnya terlihat segar dan fokus, seolah-olah malam tadi adalah charger-an yang sempurna baginya."Selamat pagi," Senja berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang meskipun hatinya bergejolak. Dia tahu bahwa menunjukkan kelemahan hanya akan membuat Crystal semakin puas.Crystal mendengus pela
Senja sedang berusaha berkonsentrasi pada tugas yang diberikan oleh Raven, tutor yang disewa oleh Langit untuk membantunya memahami seluk-beluk bisnis keluarga Alvendra. Di ruang belajar yang tenang, Senja mencoba mencerna setiap penjelasan yang disampaikan Raven dengan seksama. Namun, notifikasi ponselnya terus-menerus berbunyi, mengganggu konsentrasinya.Menghela napas panjang dengan frustrasi, Senja akhirnya menyerah dan meraih ponselnya. Ia mengangkat sebelah alisnya ketika melihat layar ponselnya yang dipenuhi oleh notifikasi dari media sosial. Mention dari teman-temannya membanjiri feed-nya, membuatnya semakin penasaran. Dengan cepat, Senja membuka salah satu mention dan mendapati bahwa namanya tengah menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial."Senja, kamu lihat ini? OMG, kamu ada di mana-mana sekarang!" tulis salah seorang temannya dalam sebuah komentar yang disertai tautan ke artikel berita.Senja mengklik tautan itu dan matanya membelalak k
Senja membuka laci meja, mengingat bahwa pelayan telah menyediakan sebuah test pack sebagai langkah berjaga-jaga. Semua orang yang bekerja untuk keluarga Alvendra tahu bahwa meskipun Senja berstatus sebagai istri kedua, tujuan utamanya adalah memastikan bahwa dia hamil anak Langit. Setelah anak Langit lahir dengan selamat, Senja akan dikembalikan ke kehidupannya semula.Dia menghela napas dalam-dalam, merasakan beban tanggung jawab yang tiba-tiba membanjiri pikirannya. Tangannya gemetar saat dia mengambil test pack dari laci dan menuju kamar mandi. Beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam berlalu saat dia menunggu hasilnya. Akhirnya, dua garis merah muncul dengan jelas.Senja menatap alat tes di tangannya, hampir tidak percaya. "Aku hamil," bisiknya pelan, masih berusaha mencerna kenyataan ini.Dengan perasaan campur aduk, dia segera kembali ke ruang kerja Langit. Pikirannya berputar-putar, membayangkan berbagai reaksi yang mungkin diterima dari pria itu. K
"Aku... hamil?" Senja menatap hasil pemeriksaan yang diberikan dokter dengan wajah tidak percaya, sebelum kemudian menatap pada Langit yang juga memasang ekspresi terkejut."Jadi... alasan aku mood swings selama beberapa minggu terakhir, ditambah morning sickness itu karena aku tengah hamil dan sekarang usia kandunganku 2 bulan?" tanya Senja lagi dengan nada meminta konfirmasi.Dokter tersenyum lembut dan mengangguk. "Selamat, Tuan dan Nyonya Alvendra, Tuan Muda Bintang akan segera memiliki adik," ucapnya."Adik! Yeay!" Bintang yang mendengar itu langsung bersorak penuh semangat, melompat-lompat dengan kegembiraan di ruang pemeriksaan. Langit merangkul Senja erat, mencium keningnya dengan penuh kasih. "Kita akan memiliki bayi lagi. Aku sangat bahagia."Senja tersenyum, meskipun air mata kebahagiaan mulai menggenang di matanya. "Aku juga. Ini benar-benar kejutan yang luar biasa."Kembali ke rumah, suasana semakin hangat dan penuh kebahagiaan. Senja dan Langit memberi tahu keluarga bes
Ketika episode pertama akhirnya tayang di televisi, komentar netizen sangat beragam. Media sosial dipenuhi dengan berbagai pendapat dan reaksi dari para penonton yang antusias."Senja dan Langit benar-benar pasangan yang serasi! Mereka terlihat sangat natural dan kompak," tulis seorang pengguna di Twitter."Aku suka chemistry antara Kevin dan Lolita. Meskipun Kevin terlihat gugup, Lolita selalu bisa membuatnya merasa nyaman. Mereka benar-benar pasangan yang manis," komentar seorang penggemar di Instagram."Dody dan Melani benar-benar memukau! Mereka begitu percaya diri dan bersemangat. Tidak heran mereka bisa menang di game kata," tulis seorang netizen di Facebook.Namun, tidak semua komentar bernada positif. Beberapa penonton juga memberikan kritik dan masukan."Aku merasa Johan dan Ishava kurang menunjukkan sisi menarik mereka. Semoga di episode berikutnya mereka bisa lebih menonjol," tulis seorang pengguna di forum diskusi online."Kenapa
Selain Senja dan Langit, tim acara juga mengundang tiga pasangan suami istri lainnya yang tak kalah menarik. Pertama, ada Dody Anggara, seorang penyanyi terkenal berusia 35 tahun, dengan istrinya Melani Citra, seorang beauty blogger populer yang selalu tampil elegan di setiap kesempatan.Kemudian, ada Kevin Duwain, seorang artis pendatang baru berusia 25 tahun yang telah mendapatkan penghargaan sebagai pendatang baru terbaik. Istrinya, Lolita Fayek, adalah sahabat baiknya sejak kecil. Lolita, juga berusia 25 tahun, adalah seorang asisten dosen di salah satu universitas ternama, menambah kecerdasan dan pesona intelektual ke dalam kelompok ini.Pasangan ketiga adalah Johan, seorang pegawai kantoran berusia 30 tahun yang sederhana namun berwibawa. Istrinya, Ishava, adalah seorang penyanyi berbakat berusia 22 tahun yang telah menggeluti dunia tarik suara sejak umur 8 tahun. Kehadiran Ishava dengan bakat menyanyinya yang luar biasa dan pesona mudanya menambah keunikan dalam
Senja mengerutkan keningnya sambil membaca naskah program reality show terbaru yang ditawarkan oleh Armand. Ada sedikit kebingungan di wajahnya. Di sisi lain, Langit membacanya dengan penuh antusias. Naskah reality show tersebut berjudul "Perfectly Wedded Pair", yang sejak debut dua tahun lalu, cukup booming di kalangan penonton. Program ini mengundang selebriti yang telah menikah, baik dengan sesama selebriti, pengusaha, atau masyarakat sipil biasa. Kali ini, program tersebut mengundang Senja dan Langit, yang akhirnya diketahui oleh netizen telah menikah sejak lima tahun lalu dan memiliki seorang putra bernama Bintang yang berusia empat tahun.Naskah yang diberikan sebenarnya tidak bisa disebut naskah juga, melainkan hanya gambaran besar acara yang akan berlangsung selama maksimal sepuluh episode. Karena reality show ini lebih menekankan pada siaran secara langsung, para bintang tamu tidak diberikan naskah untuk berakting. Mereka akan dilibatkan secara alami, tanpa skenario
Berbanding terbalik dengan kebahagiaan yang menimpa Senja, nasib Kania justru memburuk. Manajemen yang seharusnya mendukung kariernya malah memperlakukannya dengan kasar dan tidak adil. Ketidakpuasan mereka bukan hanya karena persaingan internal, tetapi juga diperburuk oleh keputusan Langit, suami Senja, yang menggunakan uang untuk menutup mulut pihak-pihak yang masih tidak suka pada Senja.Kania, seorang artis yang juga berbakat, merasa semakin terpojok. Setiap langkah yang diambilnya seolah diawasi ketat dan setiap kesalahan kecil diperbesar. Manajemen yang sebelumnya ramah dan mendukung, kini berubah dingin dan penuh tuntutan. Kania sering diminta untuk melakukan tugas-tugas yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang artis, seperti mengurus logistik acara atau bahkan membuat kopi untuk para eksekutif."Apa ini semua karena Langit?" tanya Kania kepada sahabatnya, Mira, dengan mata berkaca-kaca. "Aku merasa seperti menjadi kambing hitam."Mira hanya bisa meng
Meski diterpa badai kritik dan gosip, Senja tetap berusaha tegar. Namun, tekanan dari pemberitaan negatif membuatnya tidak bisa mengabaikan pengaruh besar yang dirasakannya. Di balik senyumnya, ada kekhawatiran yang mendalam mengenai masa depannya dalam industri hiburan. Setiap kali membuka media sosial, ia melihat komentar-komentar yang menyakitkan, mempertanyakan karakternya dan meremehkan bakatnya.Di rumah, Senja mencoba tetap kuat di depan keluarganya. Namun, Langit bisa melihat kegelisahan di mata istrinya. "Senja, kamu harus ingat, kamu lebih kuat dari semua ini. Orang-orang yang benar-benar mengenalmu tahu siapa kamu sebenarnya," kata Langit sambil menggenggam tangan Senja dengan penuh kasih sayang.Sementara itu, manajer Senja, Armand, berjuang keras untuk mengendalikan kerusakan yang ditimbulkan oleh skandal yang kembali mencuat. Arisa mencoba berbagai cara untuk mengalihkan perhatian media, termasuk mengatur wawancara eksklusif di mana Senja bisa menjelaskan
"Senja sepertinya bermain dengan cukup baik, bukan? Jarang sekali melihat seseorang memainkan alat musik seperti ini. Adakah profesional yang mau berkomentar tentang seberapa bagus permainannya?""Sebagai seseorang yang mempelajari musik tradisional, saya harus mengatakan bahwa biolanya kurang halus. Tidak mudah untuk memainkan alat musik petik yang tidak halus ini. Mencoba menonjolkan pesona biola bahkan lebih menantang lagi," jawab seorang profesional musik dengan nada serius.Arisa mendengarkan sejenak, merasa lega, dan mengangguk puas. "Apa hanya 'sedikit'?"Senja tidak hanya sekadar 'sedikit'. Pada bagian pertama yang lincah, dia menggunakan banyak sekali gerakan jari melingkar - memetik, menggeser, menggulung - menampilkan keterampilan yang tak terduga. Melodi yang naik turun, tampak anggun dan merdu. Bahkan, orang yang tidak mengenal musik pun bisa merasakan kerinduan dan kegembiraan seorang pengembara yang meninggalkan rumah, di tengah-tengah dunia yang
Pada sore itu, Arisa masih sibuk mempersiapkan diri, sehingga Ira duduk di sampingnya dengan sedikit bosan. Sementara itu, Senja terus melirik ke arah biola Arisa, tampak tertarik namun ragu untuk mendekat. Melihat hal ini, Ira tertawa kecil dan menggoda, "Senja, kenapa kamu terus menatap biola Arisa? Apa kamu tertarik?"Senja langsung mengalihkan pandangannya, wajahnya memerah, dan ia menggelengkan kepala dengan malu-malu.Ira menepuk pundak Senja dan berkata, "Senja, aku sudah melihat hasil edit videomu. Gerakan tarianmu sangat memukau, dan penyampaian dialogmu luar biasa."Arisa, yang sedang memetik senar biolanya dengan jari-jarinya yang dihiasi kuku panjang, mendengar pujian Ira dan menatap Senja dengan penuh minat. "Apakah kamu tahu tentang opera tradisional?" tanyanya.Senja mengangguk pelan, "Sedikit."Arisa, dengan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul, mulai menciptakan sebuah syair spontan. Ia menyenandungkan beberapa bait lalu meno
Arisa mulai berbicara dengan penuh semangat, "Bunga pagi dan matahari terbenam. Jika kita berbicara tentang bunga, ada bunga pagi, bunga matahari, dan bunga teratai - ini semua adalah bunga yang mekar di pagi hari dan menutup di malam hari."Ira, merapikan rambutnya, menambahkan, "Tema episode ini adalah puisi, jadi bunga ini harus mencerminkan citra yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk tersebut." Kemudian, dia tersenyum pada Christopher. "Guru Chris, sebagai wakil presiden Asosiasi Puisi Ibu Kota, ini seharusnya menjadi keahlian Anda. Ada pendapat?"Christopher, dengan sedikit rasa malu, merasa pertanyaan Ira menjebaknya. "Saya memikirkan beberapa bunga yang berhubungan dengan anggur dan perjalanan - zhuyu, krisan, bunga persik. Tapi sepertinya tidak ada yang cocok dengan bunga pagi dan matahari terbenam."Melihat Matt dan Senja tetap diam, Arisa bertanya, "Guru Matt, Senja, bagaimana menurut kalian berdua?"Senja melirik Matt, dan lelaki tua itu m