Di malam-malam yang dipenuhi keputusasaan, aku selalu mencoba menghibur diriku sendiri. Aku berpikir bahwa kematian ibuku mungkin merupakan sebuah bentuk kebebasan dari penderitaan baginya. Namun, hidup ini penuh dengan kejutan. Aku tidak pernah menyangka bahwa kakak perempuanku satu-satunya juga meninggalkanku secepat ini.Dulu aku membayangkan kehidupan yang penuh gairah dan kebebasan. Sekarang, yang tersisa hanyalah diriku yang kesepian …."Apa kamu bilang? Ibumu punya penyakit mental?" Ayahku yang diam sedari tadi, akhirnya memberikan sedikit reaksi. "Kenapa kamu bisa tahu tentang kondisi ibumu? Selama ini aku nggak bisa mendapatkan kabar apa pun tentangnya."Aku mengeluarkan fotoku bersama Ibu dari tas. "Karena aku adalah Alina, anak yang hanya dibesarkan oleh ibunya.""Aku adalah putrimu yang terpaksa hidup bersama Ibu di ruangan sempit tanpa jendela selama belasan tahun, dihina, dan dicemooh oleh orang-orang. Anak dari golongan bawah yang bahkan nggak punya tempat untuk dimakamk
"Kamu tahu bagaimana dia 'menjaga' kakakku? Dengan menjadikannya sebagai ATM berjalan dan memanipulasinya! Semakin kamu minta dia untuk menjaga kakakku, semakin besar keinginannya untuk menggantikan kakakku. Paham?"Aku sadar, menyalahkan Hardi atas kejadian ini adalah tindakan bodoh. Setelah berusaha menenangkan diri, aku menatap pria di sofa itu dengan mata yang memerah dan berkata, "Janji ketemuan sama dia. Pilih tempat yang bisa 'terlihat' oleh kakakku."Ginny datang dengan penuh percaya diri dan mengenakan pakaian yang mencolok. Namun, yang menunggunya hanyalah aku."Ginny, mempermainkan orang itu menyenangkan ya?" tanyaku.Aku mengenakan gaun yang sama seperti yang dipakai kakakku saat ulang tahun ke-18. Renda putih pada gaun itu menonjolkan kulitku yang pucat. Seketika, wajah Ginny berubah menjadi seputih gaunku."Ashiya, apa maumu?!" teriaknya sambil mencoba untuk kabur. Dengan tenang, aku mengambil perekam suara dari saku dan menekan tombolnya."Foto-foto itu semuanya dari Gin
Kakak, Ibu, kenapa sekarang hanya tersisa aku seorang diri?Wajah Ginny telah hancur. Saat diadili di pengadilan, semua orang menebak-nebak seberapa banyaknya luka di balik perban itu. Hanya aku yang tahu jelas seberapa parahnya lukanya dan betapa memuaskannya perasaan itu.Akan tetapi, Ginny tidak berani menggugatku. Sebab, nyawa ayahnya yang pemabuk itu berada di bawah kendaliku dan Hardi."Aku tahu, keluargamu satu-satunya adalah ayahmu. Kalau kamu nggak mau dia menghilang tanpa jejak, serahkan dirimu ke kantor polisi dan tebus kesalahanmu dengan dipenjara seumur hidup."Ginny sadar bahwa dirinya sudah pasti tidak bisa lari dari jeratan hukum. Saat di pengadilan, dia bersikeras mengatakan bahwa luka di wajahnya adalah hasil perbuatannya sendiri. Sementara itu, ayah yang dilindunginya dengan kebohongan itu akhirnya meninggal di rumah sebulan kemudian karena minum alkohol berlebihan.Pria yang menyerang kakakku juga tidak luput dari hukuman. Sebelum dipenjara, Hardi sendiri yang "meng
Kakak kembarku meninggal di hari ulang tahunnya yang ke-18. Di sudut hotel yang gelap, dia dinodai dan kemudian meninggal akibat kegagalan pernapasan. Namun, sahabat dekat yang selalu dia bantu dan percayai, Ginny, berbalik menyebarkan foto-foto saat kakakku dinodai.Kemudian, aku perlahan-lahan menghancurkan wajah Ginny yang selalu ingin menggantikan kakakku.Darah mengalir deras dan aku memegang wajah Ginny seolah-olah memegang sebuah karya seni. "Kakakku yang paling kucintai sudah pergi, kalian yang menyakitinya juga nggak akan bisa lari."....Namaku Alina dan kakak kembarku adalah Ashiya."Semoga hidup selalu beruntung dan semuanya berjalan sesuai harapan." Itulah harapan terbesar orang tua kami untuk kami berdua.Namun, harapan itu hancur tak lama setelah kami lahir. Ayahku berselingkuh. Ibuku yang marah besar, membawaku pergi dan mengumumkan bahwa aku telah meninggal di luar negeri. Sementara itu, kakak kembarku tumbuh menjadi pribadi yang lembut dan baik hati di rumah di mana a
Aku sengaja menunjukkan ekspresi gugup dan ketakutan di wajahku. Benar saja, sudut bibir Ginny sedikit terangkat, meski dengan cepat dia mengganti raut wajahnya menjadi seolah-olah penuh perhatian."Ada yang ganggu kamu, Ashiya? Bilang saja padaku, akan kuberi pelajaran orang itu."Aku mencengkeram bahunya dengan kuat, berpura-pura mengingat kembali kenangan buruk. "Aku baik-baik saja, jangan tanya lagi, ya?" Namun dalam hatiku, aku sudah mengutuknya habis-habisan, 'Kamu pembunuh! Kamu orang terakhir yang menelepon kakakku.'....Ponsel kakakku menunjukkan bahwa orang terakhir yang berkomunikasi dengannya adalah Ginny. Berdasarkan urutan waktu, aku bisa menyimpulkan bahwa Ginny mungkin mengajak kakakku keluar dengan mengatakan bahwa dia ingin memberikan kejutan di tempat terpencil.Namun, yang menyambut kakakku bukanlah kejutan, melainkan sesuatu yang jauh lebih menakutkan ... mimpi buruk dan akhirnya kematian.Pikiranku semakin diperkuat oleh hasil penyelidikanku terhadap Ginny. Di de
Aku menyunggingkan senyum tipis. "Nggak apa-apa, cuma memastikan dugaanku saja," kataku dengan tenang.Aku menatap laptop di atas ranjang yang membelakangiku. Layarnya yang masih memancarkan cahaya putih telah menjelaskan semuanya. Mengikuti arah pandangku, Camilla langsung melompat dan menutup laptop itu tanpa memedulikan pinggangnya yang hampir terkilir."Memastikan apa? Apa yang menarik di sini?"Aku menatap matanya yang penuh kepanikan dengan senyum mengejek, lalu berbohong, "Nggak kok. Cuma mau mastiin apa kamu ngelakuin hal-hal buruk waktu ayahku nggak ada. Bagaimanapun, sifat seseorang nggak akan bisa berubah.""Apa maksudmu, dasar anak nggak tahu diri! Kamu mau nuduh aku selingkuh, ya? Lihat saja dirimu sendiri yang kotor itu!"Awalnya, aku berniat untuk pergi setelah memakinya. Namun, kesabaranku habis ketika mendengarnya mengucapkan hal keterlaluan seperti itu. Aku menarik kerah piamanya dan, menamparnya dua kali tanpa ragu-ragu."Ashiya? Kotor? Apa pantas kamu omongin orang
Ayahku akhirnya memutuskan untuk membiarkanku bertemu dengan Hardi. Bukan untuk menyelamatkan pernikahan, melainkan untuk memohon agar aku tetap diberikan status. Meski hanya sebagai wanita simpanan di sisinya, asalkan ada sedikit hubungan dengan Keluarga Lukman, itu sudah cukup.Lagi pula, karena "skandalku", semua orang yakin bahwa Keluarga Lukman pasti akan membatalkan pertunangan. Demi tidak menyinggung Keluarga Lukman, para pebisnis menolak memberikan suntikan dana kepada ayahku. Kalau bukan karena masalah uang, ayahku tidak akan pernah membiarkanku keluar.Hardi memang tampan dan kaya. Sikapnya juga menunjukkan bahwa dia adalah anak dari keluarga terpandang."Lama nggak ketemu, Hardi," sapaku memecah keheningan terlebih dahulu.Pria itu mengerutkan kening, lalu menyesap kopinya. "Ashiya, dulu kamu selalu manggil aku kakak, kenapa sekarang jadi asing?"Aku hampir tersedak mendengar kata-katanya. Tak kusangka, panggilan kakakku untuknya ternyata agak … menjijikkan."Bukannya situas
"Astaga!" seru Kepala departemen IT. "Teknik ini mirip sekali sama peretas internasional top yang misterius, Rosa." Aku hanya bisa tersenyum malu. Terlebih lagi, tatapan tajam dari Hardi hampir saja membunuh kepala departemen itu."Siapa kamu sebenarnya? Ashiya yang kukenal adalah seorang anak jurusan sastra."Sampai sejauh ini, sepertinya rahasia ini tidak bisa lagi disembunyikan. "Kamu tahu bunga favorit Ashiya, bukan? Baby breath?"Hardi mengangguk tegas. Aku melanjutkan, "Tapi bunga favoritku adalah mawar merah, simbol kehidupan yang penuh gairah dan kebebasan. Jadi, aku bukan dia. Aku adalah adiknya, Alina. Nama samaranku, Rosa."Aku bisa melihat dengan jelas bahwa semua kekuatan di tubuh Hardi seakan-akan lenyap begitu saja. Dia tiba-tiba mencengkeram bahuku dengan putus asa, "Kalau begitu, di mana kakakmu? Di mana Ashiya?""Dia sudah meninggal. Meninggal di hari ulang tahunnya yang ke-18." Air mata yang deras mengalir tanpa bisa kutahan. Ini pertama kalinya aku mengumumkan kemat