Share

Bab 4

Ayahku akhirnya memutuskan untuk membiarkanku bertemu dengan Hardi. Bukan untuk menyelamatkan pernikahan, melainkan untuk memohon agar aku tetap diberikan status. Meski hanya sebagai wanita simpanan di sisinya, asalkan ada sedikit hubungan dengan Keluarga Lukman, itu sudah cukup.

Lagi pula, karena "skandalku", semua orang yakin bahwa Keluarga Lukman pasti akan membatalkan pertunangan. Demi tidak menyinggung Keluarga Lukman, para pebisnis menolak memberikan suntikan dana kepada ayahku. Kalau bukan karena masalah uang, ayahku tidak akan pernah membiarkanku keluar.

Hardi memang tampan dan kaya. Sikapnya juga menunjukkan bahwa dia adalah anak dari keluarga terpandang.

"Lama nggak ketemu, Hardi," sapaku memecah keheningan terlebih dahulu.

Pria itu mengerutkan kening, lalu menyesap kopinya. "Ashiya, dulu kamu selalu manggil aku kakak, kenapa sekarang jadi asing?"

Aku hampir tersedak mendengar kata-katanya. Tak kusangka, panggilan kakakku untuknya ternyata agak … menjijikkan.

"Bukannya situasinya sudah beda sekarang? Lagian, hari ini aku datang untuk membicarakan pembatalan pertunangan." Aku menelan ludah yang terasa getir di tenggorokanku. "Aku tahu, Keluarga Lukman pasti menungguku untuk memulai pembicaraan ini."

Kalaupun orang yang duduk di hadapannya ini memang benar-benar kakakku yang sesungguhnya, tetap saja tidak ada keluarga yang bisa menerima calon menantu seperti ini, bukan? Apalagi, yang duduk di sini sekarang adalah aku, Alina, yang baru pertama kali bertemu dengannya.

Namun, apa yang dikatakan Hardi setelahnya sungguh di luar dugaanku.

"Ashiya, kalau yang kamu maksud adalah kejadian yang tersebar di internet sebelumnya, aku bisa bilang padamu dengan yakin bahwa aku nggak peduli. Keperawanan nggak pernah menjadi standar untuk menilai baik buruknya seorang wanita. Lagian, yang salah itu bukan kamu, tapi orang-orang jahat itu."

Aku tertegun. Pria yang disukai kakakku ternyata memang bukan orang biasa.

"Kejadian sebelumnya sedang dalam penyelidikan. Rekaman CCTV hotel sudah dihapus semuanya. Masalah ini memang agak rumit, tapi tolong beri aku sedikit waktu. Aku akan bantu kamu selidiki semuanya."

Aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kalau begitu, apa kamu pernah menyukaiku?"

Maksudku, apakah kamu pernah menyukai kakakku? Apakah kalian memang saling mencintai?

"Aku nggak pernah menganggap hubungan kita sebagai sekadar perjodohan bisnis. Sejak usia tujuh tahun, kamu adalah satu-satunya wanita yang ingin kunikahi," katanya dengan serius.

Melihat ketulusannya, hatiku terasa perih. Seandainya saja tidak ada orang-orang jahat itu … seandainya saja kakakku tidak mengalami nasib buruk yang merenggut nyawanya, mereka berdua pasti akan menjadi pasangan yang sempurna.

Tiba-tiba, dering telepon memecah keheningan di antara kami.

"Apa? Sistem kantor pusat diretas? Aku segera ke sana." Suaranya yang berat dan berkarisma terdengar agak cemas. Tampaknya ini adalah masalah yang mendesak.

"Ashiya, aku suruh sopir antar kamu pulang," katanya sambil bergegas untuk pergi. Aku mengambil jasnya yang tertinggal di sofa, lalu berhenti sejenak sebelum berkata, "Aku ikut. Mungkin aku bisa membantu."

Ini tampaknya adalah krisis terbesar yang dihadapi Keluarga Lukman dalam beberapa dekade. Sistem kantor pusat perusahaan telah diretas dan rahasia bisnis bernilai triliunan rupiah terancam bocor.

Kepala departemen IT melapor kepada Hardi dengan gugup, "Lawan kita terlalu hebat. Kami butuh setidaknya tiga hari untuk membangun ulang sistem. Pada saat itu, mungkin mereka sudah dapat semua datanya."

Sebelum Hardi marah, aku segera angkat bicara, "Pak Hardi, kalau kamu percaya padaku, boleh nggak biarkan aku mencobanya?"

Di bawah tatapan terkejut semua orang, aku hanya butuh waktu kurang dari 20 menit untuk mengacak ulang dan memperbaiki sistem. Sambil tersenyum, aku menemukan alamat IP peretasnya.

"Kalian bisa pakai alamat ini untuk menangkap pelakunya. Kalau terlambat, mungkin mereka sudah kabur."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status