Share

Bab Dua Puluh Empat

"Ya ampun, kamu cerewet sekali. Bisa pusing kepalaku kalau jadi suamimu," keluh Om Ilham, seraya menutup kedua telinganya dengan bantal. Tanpa ia sadari, ucapannya seketika telah berhasil membungkam mulutku yang tadinya masih ingin berbicara.

Aku segera berpaling darinya. Berdiri menghadap jendela. Mengalihkan pandangan ke samping rumah Nenek. Perkataannya tadi, sungguh telah membuatku teringat dengan pembicaraan antara aku dan kedua orang tuaku semalam

Tiba-tiba sepasang lengan melingkar di perutku. Hembusan hangat napasnya terasa menyentuh kulit tengkukku.

"Om ...." Aku berusaha melepaskan pelukannya. Ini terasa sangat aneh bagiku. Namun, bukannya terlepas, ia justru semakin mengeratkannya.

"Ayah dan Ibu kamu pasti udah ngomongin semuanya, kan?" tanyanya, meletakkan dagu di pundakku. Membuat detak jantungku seakan berpacu dengan cepat.

"Om, aku-"

"Sstt ...! Aku gak minta pendapatmu. Aku cuma butuh kesiapanmu. Kapan kamu siap jadi istriku?" Pertanyaan Om Ilham, tak serta merta mampu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status