Menikah dengan acara dijodohkan tidak semuanya bahagia seperti yang dialami oleh Maya. Tidak ada sedikitpun cinta untuknya bahkan dirinya hamil sekalipun suaminya tidak peduli, terlebih Andi selalu memuji-muji selingkuhannya di depan Maya, seakan sengaja membuat wanita itu sakit hati. Hingga pada akhirnya Maya menyerah dan memilih mandiri karena ia sudah kehilangan kepercayaan pada suaminya sendiri.
Lihat lebih banyakBrug!
Tiba-tiba saja paper bag di tangan Maya jatuh bersamaan dengan ia menutup mulutnya menahan tangis.
Dua orang yang sedari tadi ia perhatikan kini menoleh menghadapnya setelah mendengar suara benda jatuh.
"Maya." ucap Andi kaget melihat wanita yang hampir satu tahun ini mengisi hidupnya.
Walaupun Andi tidak menganggapnya ada tapi ia akui Maya selalu berusaha menjadi istri yang baik untuknya.
"Siapa dia Mas?" tanya wanita berambut panjang di sampingnya.
Maya yang mendengar itu buru-buru mengambil paper bag lalu berjalan ke dekat mereka.
Andi bak patung saat melihat mata Maya sudah merah.
Seumur pernikahan mereka Andi memang tidak pernah peduli pada pada Maya.
Tapi kenapa kali ini ia merasa aneh saat melihat wanita itu sedih.
"Ma--maaf Pak ini makanannya saya tidak sengaja menjatuhkannya."
Maya berucap sedatar mungkin lalu menaruh paper bag di atas meja.
Andi sama sekali tidak bisa berbicara ia hanya mampu melihat Maya.
"Kenalin Mbak saya Maya cateringannya Mas Andi."
Maya mengulurkan tangannya pada Nora si gadis berambut panjang.
Deg!
Andi yang kaget mendengar ucapan Maya barusan berusaha untuk berbicara tapi rasanya lidahnya sangat kelu.
"Oalah cateringannya tah, saya pacarnya Mas Andi maaf ya tanganku tidak biasa menyentuh tanganmu jaga-jaga Mbak lagi pandemi." jawab Nora dengan santainya membuat Maya kembali menurunkan tangannya.
"Kalo begitu saya permisi silahkan di nikmati." lanjut Maya lalu ia berbalik hendak melangkah keluar.
"Eh tunggu! kamu lagi hamil ya?" tanya Nora.
Ia melihat perut buncit Maya yang sudah memasuki 7 bulan Maya hanya mengangguk sambil tersenyum manis.
"Ya ampun ... kok suaminya tega sih biarin istri kerja cateringan gini." ujar Nora sedikit kesal.
Maya yang mendengar itu langsung menyunggingkan senyum sekilas lalu ia buru-buru keluar dari ruangan Andi.
"Mas." panggil Maya berulang-ulang namun Andi tidak kunjung menyahut membuatnya langsung kesal dan menepuk lengan Andi.
"Eh iya, kenapa?" tanya Andi tersadar dari lamunannya.
"Kamu kenapa sih? Perasaan tadi kamu ceria banget kok sekarang malah diam gini.
Kamu kasihan juga ya sama Mbak catering kamu tadi." tebak Nora membuat Andi menghirup nafas lalu ia membuangnya dengan kasar lalu mengangguk sekilas.
'Sejak kapan Maya di situ? Apa dia mendengar semua gombalanku pada Nora?' batin Andi mulai gelisah.
Disisi lain, Maya berjalan ke toilet dan menumpahkan semua tangisnya yang sedari ia tahan-tahan.
Ia merasa hidupnya hancur sekarang semua pertanyaan yang sering muncul di kepalanya semenjak satu tahun yang lalu sudah terjawab jelas.
Cukup lama ia di toilet setelahn itu ia memutuskan pulang dan bertekad pada dirinya sendiri untuk tidak terlihat lemah di mata Andi.
Maya bertekad kuat untuk melawan suaminya setelah satu tahun ia hanya menurut saja.
***
Malam hari
Terdengar suara mobil yang terparkir di halaman rumah.
Maya tahu kalau itu suaminya tapi kali ini ia tidak ingin menyambutnya.
"Assalamualaikum." ucap Andi yang sudah di ambang pintu.
Maya hanya menjawab di dalam hati tanpa menoleh apalagi berdiri dari tempat duduknya.
Andi yang melihat perubahan Maya hanya bisa menghela nafas panjang.
Ia tahu untuk sekarang ini istrinya pasti butuh ketenangan.
"Aku mau pergi." ucap Maya tegas begitu Andi hendak mendekat.
Andi yang kaget dengan ucapan Maya barusan langsung menatap tajam Maya.
"Apa maksud kamu? Kamu mau pergi kemana?" tanya Andi berusaha menahan amarahnya tapi Maya terlihat begitu santai.
"Gak ada gunanya Mas aku bertahan disini, ini udah bukan wilayahku lagi.
Jika selama ini kamu menganggapku hanya perempuan miskin yang tidak punya apa-apa aku nggak masalah.
Toh kenyataannya begitu tapi ini bukan di sinetron Mas yang dengan santainya kamu selingkuh untuk membuatku menderita.
Sekarang aku tidak mau bertahan dalam pernikahannya seperti ini." tegas Maya sambil membalas tatapan tajam Andi.
Sekarang ia beranjak menuju kamar Andi yang melihat itu langsung mengejar Maya kamu mencekal pergelangan tangannya.
"Jangan egois May, kamu lagi mengandung anakku." cegah Andi, anehnya Maya hanya terkekeh mendengar ucapan barusan.
Apa telinga tidak salah Andi memanggil anak yang dikandungnya dengan sebutan "anakku"
Bahkan sekarang kehamilannya yang sudah menginjak 7 bulan Andi tidak pernah peduli apalagi menanyakan apa yang sedang ia inginkan, miris sekali.
"Hari ini adalah hari pertama aku datang ke kantormu Mas.
Aku datang bukan karena apa-apa melainkan karena bayi ini.
Ntah kenapa bawaannya aku selalu ingin bertemu denganmu.
Tapi apa yang kuinginkan tidak sama dengan apa yang aku dapatkan.
Sekarang aku sadar Mas di umur pernikahan kita yang menjelang satu tahun ini kamu tidak pernah sekalipun membawaku ke kantor atau sekedar mengenalkanku dan aku rasa di matamu aku lebih buruk dari sampah.
Sehingga kamu sangat jijik untuk mengakuiku."
Maya berucap panjang lebar dengan nada tertahan agar pertahanannya tidak runtuh lalu ia menghempaskan tangan Andi.
Andi hanya diam mendengar semua ucapan Maya.
Gadis lugu yang ia kenal selama ini berubah menjadi gadis yang tegas membuat Andi bingung bagaimana harus membujuknya.
Andi masuk ke dalam kamar ia melihat Maya sudah mengemasi pakaiannya.
Ntah kenapa Andi malah tidak suka melihatnya harusnya ia bahagia melihat Maya pergi.
Tapi ini malah sebaliknya, ia malah takut jika Maya meninggalkannya.
"Aku pergi Mas." ucapan Maya menyadarkan Andi dari lamunannya.
Andi langsung memasang wajah sendu kemana Maya pergi semalam ini.
Sedangkan Maya hanyalah gadis yatim piatu yang dulunya tinggal di panti asuhan.
"May aku minta tolong kasih aku kesempatan setidaknya sampai anak ini lahir." ucap Andi memelas membuat mata Maya kembali berkaca-kaca.
Rasanya hidupnya seperti boneka yang harus menuruti semua keinginan Andi.
"Baik jika itu permintaanmu tapi aku izin tidur di gudang."
jawaban Maya membuat Andi kaget bukan main, rumah seluas ini masa Maya memilih di gudang dekat kamar mandi belakang.
"Kenapa harus pisah kamar May? Bukankah kamu bilang ingin selalu melihatku." tanya Andi lembut.
Tapi tidak membuat Maya luluh sama sekali Maya merasa harinya sekarang sudah seperti batu.
"Aku sudah mengatakan ini tadi rumah sudah bukan ranahku lagi.
Jika kamu mau aku di sini sampai anak ini lahir, aku akan ke gudang dan jika tidak diizinkan aku akan pergi."
Ketegasan Maya membuat Andi bingung lama kelamaan ia mengatakan pasrah.
Maya menyeret kopernya menuju gudang Andi terus mengikuti Maya rasanya ia ingin membantu Maya membawa koper.
Tapi niat itu lebih baik di urungkan dari pada Maya marah bagitu Maya membuka pintu gudang.
Ia langsung membersihkan sebisanya di tambah perutnya yang besar membuat Maya sedikit kesusahan untuk bergerak.
Andi yang sedari tadi memperhatikan Maya sama sekali tidak tega melihatnya membersihkan gudang sendirian.
Apalagi Maya terlihat sesekali memegangi pinggangnya yang terasa sakit.
Andi tidak tinggal diam ia ikut membersihkan gudang.
Walaupun ini kali pertamanya ia mengerjakan pekerjaan yang seperti ini.
Pandangannya tidak luput dari Maya yang terlihat buru-buru untuk membersihkannya.
Saat Maya menaiki dua anak tangga untuk membersihkan debu di dinding.
Tiba-tiba saja kakinya tergelincir membuat Maya limbung dan langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Bruk!
"Bagaimana dengan Devan?"pertanyaan Andi sukses membuat Maya terdiam lalu kembali menunduk, air matanya kembali menggenang membuat Andi kaget."Hey ... kok malah nangis sayang, kenapa?" tanya Andi lagi sambil tangannya meraih wajah Maya.Maya menepis tangan Andi lalu berhambur kepelukan suaminya itu.Andi paham dengan posisi Maya, mungkin saja istrinya ini masih diambang kebimbangan dengan keputusannya.Andi mengusap punggung Maya lembut sambil menciumi puncak kepala wanita itu."Mas," lirih Maya."Iya sayang mau apa, hem?" "Bantu Kak Devan ketemu Wini please." pintanya membuat Andi diam sejenak."Kak Devan cinta banget sama Wini Mas, aku jahat.Aku udah buat Wini pergi, aku tuduh Wini yang bukan-bukan, hiks." Maya kembali terisak, Andi hanya tersenyum sambil tangannya mengusap air mata Maya."Ada syaratnya," tantang Andi."Apa itu?""Kamu nggak boleh nangis lagi, kalo kamu nangis-nangis terus kayak gini, aku nggak mau bantu." tegas Andi membuat Maya langsung mengangguk."Hu'um aku
Devan benar-benar putus asa setelah melihat pesawat yang di tumpangi Wini lepas landas.Hatinya terasa perih dan ngilu, andai ia bisa mengulang waktu ingin rasanya ia memahami perempuan itu terlebih dahulu.***Tiga hari kemudian, Andi sedang di rumah orang tuanya, di ruang tamu mereka ngobrol terkait Andi dan Maya. Andi hanya diam mendengarkan omongan kedua orangtuanya."Assalamualaikum." panggil seseorang dari pintu membuat semuanya langsung menoleh, jantung Andi terasa berdetak lebih kencang melihat wanita itu.'Apakah pagi ini bener-bener fix semuanya berakhir, intinya apapun itu aku harus terima dengan lapang dada.' ucap Andi dalam hati."Sini Nak, kita ngobrol secara kekeluargaan dulu." ucap Ayah yang dibalas anggukan oleh Maya."Gimana May, disini Ayah dan Mama hanya mengikuti kemauan kalian. Rencana ini sudah lama dan banyak sekali pertimbangan." ucap Ayah memulai percakapan, Andi langsung tercekat."Em ... Maaf Ayah, Mama untuk keputusan aku serahkan ke Maya sepenuhnya, jadi
"Sebentar aku periksa dulu." ucap Devan.Maya langsung menjauh sedikit lalu Devan memeriksa Hana, bibir Maya terus berdoa begitu juga dengan Wini dan Andi."Alhamdulillah, Hana nggak kenapa-kenapa kok ini efek obat, Hana lagi istirahat aja kasih ketenangan dulu ya." terang Devan lalu mengusap kepala Hana.Maya kembali mendekap Hana lalu tangisnya kembali pecah, andai boleh mengubah keadaan Maya ingin sekali menggantikan posisi Hana."Hana ... jangan tinggalin Bunda, Nak. Hana satu-satunya kebahagiaan Bunda, kasian sama Bunda sayang, Bunda mohon banget sama Hana." irih Maya bahkan matanya mulai terasa perih dan kepalanya sakit karena terlalu lama menangis.Air mata Andi ikut berjatuhan melihat pemandangan menyakitkan itu di hadapannya.Wini tidak kuat melihat itu, ia langsung memilih keluar dan berlari ke taman belakang rumah sakit sambil menutup mulutnya menahan tangis.'Ya Allah aku mohon banget beri Hana kesembuhan, bayi itu hadir menjadi kebahagiaan buat semuanya menjadi pemersatu
"Kamu masih sayang sama Andi?" tanya Devan, membuat Maya mendongak lalu menggeleng pelan.“Aku nggak tau kak, tapi aku nggak bisa ngebayangin jika Mas Andi beneran ninggalin Hana." lirih Maya, Devan tersenyum sekilas lalu menuntun maya untuk duduk.“Kamu ingat May, kamu selalu bilang Hana adalah kekuatan dan kebahagiaan kamu dan kebahagiaan Hana sekarang adalah Ayahnya.Kamu gak tega memisahkan Hana dengan kebahagiaannya dan yang aku lihat itu adalah kebahagiaan kamu juga.” ucap Devan Panjang lebar membuat Maya menunduk melihat Hana yang di balut jas Andi.“Tanyakan hati kecil kamu May, jangan hanya emosi sesaat kamu malah salah ambil langkah.Kamu malah ngorbanin Hana dan masalah aku nggak perlu khawatir, I am okey.Kamu tahu nggak alasanku selama ini selalu mengunjungimu hampir setiap hari?” tanya Devan, lagi-lagi maya hanya menggeleng.“Awalnya jujur aku suka sama kamu, tapi semakin hari apalagi melihat perjuangan Andi untuk menemui Hana itu sangat tulus.Aku langsung sadar ternyat
“Nggak May ... Aku memang lagi ada tugas di luar kota, nanti begitu semuanya selesai aku segera kembali kok, aku akan datang jenguk Hana lagi." jawab Andi berusaha santai agar Maya tidak semakin curiga.“Bohong kan Mas, ada yang kamu sembunyikan dari aku dan Kak Devan.Kamu selama ini tetap kontakan sama Wini?” tanya Maya membuat Andi kaget, tapi sebisa mungkin Andi berusaha tetap tenang, sedangkan Devan langsung melihat Maya.‘Wini, Andi kontakan sama wini?’ ucap Devan dalam hati, sudah hampir tiga bulan ia tidak mendengar gadis lucu imut itu. Andi menggeleng sekilas lalu ia fokus melihat Hana, Maya yang melihat itu hanya tersenyum mengejek sambil menggeleng tidak habis pikir dengan Andi.“Mas ingin melihatku bahagia dengan Kak Devan, Mas tidak ingin melihatku menangis lagi, Mas ingin semuanya baik-baik saja.Namun itu semua cuma di mulut nyatanya Mas cemburu melihatku dengan Kak Devan, Mas nggak sanggup melihatku semakin hari semakin dekat dengan Kak Devan begini bukan yang Mas bil
Saat Andi hampir saja tertidur, Hana mulai serba salah dan merengek membuat Andi kembali membuka matanya.Ia melihat Maya sudah pulas sambil menggenggam erat tangannya.Perlahan ia melepaskan tangan Maya lalu ia beralih menggendong Hana karena jika tidak Hana pasti akan mengamuk seperti biasanya."Udah mainnya sayang, udah ngantuk?" ucap Andi mulai menimang-nimang Hana.Tapi bayi itu tidak langsung tidur melainkan serba salah seperti biasa mencari posisi ternyaman.Maya terjaga dari tidurnya mendengar suara Hana, ia melihat Andi sedang berusaha menenangkan putrinya."Mas." panggil Maya membuat Andi menoleh."Sini Hana biar aku susuin dulu." ucap Maya.Andi hanya mengangguk lalu merebahkan Hana di samping Maya, saat Maya hendak membuka kancing baju atasannya, tiba-tiba ia teringat ada Andi.Maya menoleh ke arah Andi membuat sang empu paham maksud Maya."Aku di ruang tengah aja." ucap Andi karena tahu pasti Maya malu menyusui Hana di depannya.Setelah Andi keluar, Maya langsung memberi
"Ya sudah, aku pamit dulu assalamualaikum." pamit Andi lalu ia bergegas pergi Maya masih mematung melihat punggung Andi yang mulai menjauh hingga laki-laki itu masuk ke dalam mobil.Disisi lain, sebelum menjalankan mobil Andi melihat sekilas ke arah Maya dan Devan ntah kenapa ia malah cemburu.Tanpa membuang waktu ia langsung meninggalkan tempat tersebut.***Hari demi hari berlalu, Andi sangat sibuk bekerja sehingga untuk menjenguk Hana pun ia sampe sering tidur di mobil.Hari ini adalah hari weekend, Andi sengaja pagi-pagi datang ke kontrakan Maya, ia ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama putrinya.Bagitu ia sampai alangkah kagetnya ia melihat Maya dan Devan sedang jogging di sekitar komplek kontrakan Maya.Sebenarnya ini bukan hal yang baru lagi namun ntah kenapa akhir-akhir ini Andi malah selalu cemburu melihat keduanya."Eh Andi, baru datang mau ikut olahraga nggak?" tanya Devan begitu melihat Andi."Nggak usah terima kasih, aku mau ketemu Hana dulu." jawab Andi berusaha
"Selama ini kamu membuntuti, Maya?" Devan bertanya sedikit tegas, Andi langsung paham jika Devan tidak suka ia langsung mengangguk sekilas."Tapi Di sepertinya niat kami tetap tidak akan berubah deh untuk menggugat ceraimu," lanjut Devan membuat Andi mematung sejenak lalu mengangguk."Aku tidak mempermasalahkan itu sedikitpun, apapun yang ingin kalian lakukan lanjutkan." jawab Andi datar berusaha menata hatinya.Ia langsung mencium Hana hanya pada bayi itu ia bisa melimpahkan isi hatinya."Em ... Aku bawa Hana ke depan dulu ya jalan-jalannkalian lanjutin aja dulu ngobrolnya," ucap Andi sambil berdiri lalu membawa Hana pergi.Setelah melihat Andi pergi Maya langsung menoleh ke arah Devan."Kak bagaimana dengan Wini? Apa Kakak tidak punya perasaan sedikitpun samanya?" tanya Maya serius.Devan langsung menyandarkan punggungnya di kursi plastik tersebut."Akan kupikirkan dulu lagi tapi bukan berarti ngasih kesempatan secepat itu sama Andi," jawab Devan membuat Maya langsung melihat Andi y
4 hari telah berlaluNamun Devan tak kunjung datang ke rumah Maya begitu juga dengan Andi.Karena terlalu penasaran Maya sampai nekat ke kantor Andintapi lagi-lagi usahanya gagal karena Andi sedang ada tugas di luar kota.Sedangkan Devan, Maya tidak berani menganggunya karena Devan sibuk operasi selama seminggu itu.Mau tidak mau Maya harus sabar menunggu keduanya mengunjungi Hana.***Disisi lain Andi tengah bersiap kembali pulang ke Indonesia sekarang ia tengah memandangi keindahan Singapura dari kamar hotelnya.'Andai aja bisa bawa Maya dan Hana kesini pasti lebih seru dan menyenangkan ditemani istri dan anak," ucap Andi dalam hati sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.Lama ia bergelut dengan pikirannya hingga tidak sengaja netranya menangkap seseorang yang tidak asing baginya ia melihat perempuan tersebut baru keluar mini market."Wini!" Andi tersadar ia langsung mengucek-ngucek berkali-kali sambil memicingkan matanyaTanpa membuang waktu ia langsung berlari k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen