Cahaya lampu redup tampak menerangi seorang wanita muda yang duduk dengan khusyuk berdoa pada Sang Pencipta di waktu sepertiga malam. Gemercik air sungai di samping gubuk ikut menambah syahdu lantunan doa yang dia panjatkan.
Satu jam lamanya bermunajat pada Sang Pencipta, begitu banyak doa dan harapan yang dia panjatkan untuk hari ini, karena menurutnya hari ini adalah hari yang istimewa baginya untuk sebuah kehidupan baru.
Saat bau wangi dari arah dapur menyeruak sampai ke indra penciumannya, dia lalu bergegas menyelesaikan doanya dan beranjak menuju dapur.
"Ibu biar Melati bantu ya?"
"Sudah ga usah, nanti kamu bisa terlambat kalau kamu bantuin ibu, lebih baik kamu bersiap-siap sebelum Mba Sari jemput kamu."
"Sebentar saja bu, Melati udah beres-beres bu, lagipula barang-barang Melati kan juga sedikit, ini hari terakhir Melati di rumah, besok dan seterusnya Mel kan sudah ga disini lagi."
"Ya sudah semua terserah kamu saja."
Selama satu jam lamanya Melati membantu ibunya membuat gethuk pisang khas Kediri. Gethuk pisang tersebut lalu di stok di Pasar ataupun Toko yang sudah menjadi langganan mereka.
Jam menunjukkan pukul 07.30, sebuah mobil berwarna hitam tepat berhenti di depan sebuah gubuk reyot. Seorang wanita bertubuh tinggi dengan kulit hitam manis lalu mengetuk pintu rumah.
"Assalamualaikum, Melati."
"Waalaikumsalam ya Mba Sari, sebentar."
Beberapa saat kemudian tampak Melati keluar dari dalam rumah sambil membawa satu tas berwarna hitam dan tas kecil berwarna cokelat terselempang di pundaknya.
"Masuk dulu Mba Sari."
"Ga usah Mel, yuk kita berangkat kalau kita kesiangan bisa kena macet di jalan."
"Ayo Mba sebentar Mel pamit sama Bapak dan Ibu dulu ya."
"Ya Mel, Mba tunggu kamu di mobil ya."
"Ya Mba."
Melati lalu menghampiri kedua orang tuanya. "Bapak Ibu Melati pergi dulu ya, sekarang Melati sudah punya pekerjaan, Bapak sama Ibu ga usah kerja terlalu berat, setiap bulan pasti Mel kirim uang."
"Iya Mel kamu hati-hati di jalan, jaga diri ya nak, Bapak dan Ibu pasti merindukan mu." kata Bapak Melati sambil memeluknya bergantian dengan Ibunya. Mereka lalu berpelukan begitu lama sambil diiringi isak tangis.
Suasana haru terpecah saat klakson mobil yang menunggu Melati berbunyi.
"Ya sudah Bapak Ibu Melati pamit dulu ya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." jawab mereka.
Melati lalu memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil, hanya sedikit barang yang dia bawa. Bukan karena repot membawa barang-barang terlalu banyak, namun karena dia memang tidak memiliki apa-apa.
Di dalam kamarnya saja hanya terdapat sebuah tempat tidur dengan kasur usang dan sebuah lemari kayu tak berpintu uang usianya mungkin lebih tua dari Melati.
Melati hanyalah anak seorang tukang becak, sedangkan ibunya adalah seorang penjual gethuk pisang, rumah mereka hanya sebuah gubug reot di tepi sungai di pinggiran kota Kediri. Tak ada yang istimewa dari dirinya kecuali kecantikan wajahnya.
Lekuk wajahnya begitu sempurna dengan hidung mancung dan kulit putih yang menawan. Sebenarnya begitu banyak pemuda yang sudah melamarnya, namun Melati menolaknya, karena cita-citanya adalah membahagiakan orang tuanya terlebih dahulu.
Selama ini sebenarnya Melati sudah bekerja di beberapa toko di kota Kediri, namun ijazah yang dimilikinya hanyalah ijazah SMP, dan gaji yang diperolehnya pun tak seberapa sehingga tak pernah bisa membantu kehidupan ekonomi keluarganya.
Hingga sebuah tawaran datang dari tetangganya, Sari. Dia menawarkan sebuah pekerjaan menjadi asisten rumah tangga di Surabaya. Saudara sepupu dari majikannya sedang membutuhkan seorang pembantu, dan gaji yang ditawarkan cukup besar sehingga membuat Melati tertarik meskipun harus meninggalkan kedua orang tuanya.
"Mel, kok melamun sih, jangan bilang kamu nyesel udah ninggalin kedua orangtuamu loh.", kata Sari sambil tersenyum.
"Ga Mba, maklum Melati kan belum pernah naik mobil dan belum pernah bepergian jauh ke luar kota, jadi pengin liat pemandangan di luar Mba."
"Oh ya, gini Mel majikan kamu itu namanya Pak Rio, dia sepupu dari majikan Mba yang bernama Pak Adam dan Bu Sally, dia sudah memiliki istri namun belum memiliki seorang anak, kerja kamu di sana cukup ngerjain semua pekerjaannya rumah dan nemenin istri Pak Rio."
"Memangnya kenapa dengan istri Pak Rio mba? Kok harus ditemenin?"
"Mba juga kurang tahu sebenarnya bagaimana kehidupan mereka, yang Mba tahu Pak Rio agak protektif dan jarang mengajak istrinya keluar rumah makanya dia kesepian."
"Mba sudah pernah ketemu mereka apa belum?"
"Kalo sama Pak Rio sih sering tapi kalau istrinya belum pernah sama sekali."
"Oh." jawab Melati singkat.
Tiba-tiba mata Melati terasa begitu mengantuk, sepanjang sisa perjalanan akhirnya dia habiskan dengan tidur. Matanya mulai terbuka saat mobil yang ditumpangi berjalan dengan lambat, memasuki sebuah komplek perumahan mewah di tengah kota Surabaya.
Matanya terbuka begitu lebar saat di depan matanya tampak berjejer rumah-runah mewah. "Wah rumahnya bagus-bagus banget ya Mba Sari, Mel pasti betah kalo disuruh tinggal disini."
Sari hanya tersenyum melihat tingkah Melati. Lalu mobil itu berhenti di depan sebuah rumah mewah model minimalis dengan halaman yang tidak begitu luas namun dipenuhi berbagai macam tanaman dan bunga-bunga yang sangat cantik.
"Kamu tunggu sebentar ya Mel, saya mau bicara sama Pak Satpam dulu." kata sang sopir.
Sopir mobil lalu turun dan menghampiri satpam yang sedang berjaga di rumah tersebut. Beberapa saat kemudian sang sopir masuk kembali ke dalam mobil.
"Mel kamu langsung turun dan temui satpam itu ya, nanti dia yang mengantarmu bertemu dengan majikanmu."
"Iya Pak Sopir, Mba Sari Melati turun dulu ya terimakasih banyak sudah memberikan Melati pekerjaan, Pak Sopir terimakasih banyak juga sudah mengantar Melati."
"Iya Mel, kamu jaga diri baik-baik, yang betah ya."
Melati lalu mengangguk kemudian turun dari dalam mobil dan menghampiri satpam yang sedang berjaga.
"Selamat siang Pak Satpam, saya Melati pembantu baru Pak Rio."
Namun satpam yang sedang berjaga tak merespon kata-katanya, dia hanya memandang Melati dari atas sampai bawah dengan begitu terheran-heran.
Melati yang dipandang seperti itu tampak begitu risih. 'Ini Pak Satpam ngapain sih, aku tahu dandananku kampungan tapi ga usah dilihat seperti ini dong' batin Melati dalam hati.
"Pak Satpam...Pak Satpam." kata Melati.
"E..eh eh iya ayo neng kita masuk, tapi neng Pak Rio sedang ada urusan bisnis di luar kota selama beberapa hari, di sini cuma ada istrinya, Nyonya sekarang ada di belakang rumah di dekat kolam, kita ke sana ya neng."
Melati lalu mengangguk dan berjalan mengikuti satpam tersebut.
"Maaf nyonya, ini ada pembantu baru datang."
Seorang wanita lalu membalikan badannya.
"TIIIDAAAAKKKKKK." kata Yasmine dan Melati bersamaan.
"TIDAAKKKK!!!"Melati lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, sedangkan Yasmine masih melotot tajam pada sosok yang berdiri di depannya. Saat tersadar Yasmine lalu memutari tubuh Melati dan mengamatinya dari atas sampai bawah. "Hei siapa nama loe?" Perlahan Melati membuka kedua tangan yang menutup wajahnya. Namun dia hanya terdiam, begitu pula Yasmine yang juga masih syok melihat sosok wanita di depannya. "Ga...ga mungkin, kembaran gue udah meninggal 20 tahun yang lalu." "Saya Melati, ampun nyah saya bukan kembaran Nyonya, saya masih memiliki kedua orang tua, kita ga mungkin kembar." "Lalu kenapa kita begitu mirip? mustahil dua orang memiliki wajah dan penampilan yang begitu mirip tanpa ikatan keluarga?" "Saya juga tidak tahu nyah yang saya tahu sejak kecil saya hidup bersama kedua orang tua saya." "Ah udahlah ga penting, nanti gue pikirin lagi, ngomong-ngomong loe darimana? kenapa loe bisa sampai disini?
"Siap ya Mba, kalau saya sudah memberi aba-aba Mba langsung ambil nafas dan mulai mengejan, ya ambil nafas Mba sekarang dorong sekuat tenaga, ya dorong Mba, ya bagus sedikit lagi dorong Mba, ya bagus... sudah Mba sudah selesai!""Ea ea ea." suara tangis bayi pun terdengar, peluh menetes di setiap bagian tubuhnya. Rasa lelah dan sakit semua telah sirna. Sesosok bayi mungil kini tak jauh darinya sedang mendengarkan lantunan adzan dari seorang laki-laki paruh baya yang rambutnya telah beruban seluruhnya."Non Yasmine, non baik-baik saja kan, non butuh apa?""Ngga Bi Sumi, gue cuma pengen istirahat aja.""Ya sudah bibi mau lihat dede bayi dulu ya, non istirahat saja disini.""Iya bi."Yasmine hanya terdiam melihat bayi di sampingnya yang mulai menangis, terbersit keinginan untuk menyentuhnya namun rasa sakit dan keengganan dalam hati kembali muncul.Sejak kelahirannya sampai hari ini tepat satu minggu usianya, Yasmine sama sekali tidak pernah memberinya ASI da
Yasmine masuk ke dalam ruangan kuliah, Rio terlihat sedang asyik memainkan ponsel ketika Yasmine duduk di depannya. Yasmine pikir, sikap Rio akan berubah menjadi lebih hangat padanya setelah kejadian yang mereka alami. Namun Rio tetaplah menjadi lelaki yang dingin, sama seperti biasanya. Yasmine pun mencoba menegurnya saat jam kuliah berakhir. "Sampai bertemu besok Rio." Tak ada sepatah katapun yang Rio ucapkan, hanya sebuah anggukan sebagai jawaban. Selanjutnya dia pergi dari hadapan Yasmine. Yasmine yang tampak begitu kesal pergi dari kampus tanpa mengindahkan teman-temannya yang memanggilnya. Tiba-tiba Diana sudah menyamai langkahnya di sampingnya. "Yas, loe kenapa sih? Kok tiba-tiba jadi bete gini? Jangan-jangan lor kesambet setan lift lagi." "Enak aja, gue cape mau pulang." "Ih ga asyik loe Yas, kita ngemall dulu yuk?" "Ogah, ah ntar Adrian marah-marah lagi." "Ajak Adrian sekalian dong Yas, kita kan pengen se
Hello readers.. Terimakasih yang sudah mampir ke cerita ini, selamat membaca dan menikmati kisah penuh intrik yang akan membuat kalian ikut hanyut dan terbawa dalam setiap babnya. Maaf jika di dalam cerita ini masih terdapat percakapan yang sekiranya kurang pantas, ataupun kehidupan yang begitu bebas, saya hanya ingin membuat pembaca merasa jika inilah sebuah fenomena kehidupan yang terjadi di sekitar kita. Sehingga semua tampak begitu mengalir seperti nyata. Karena pada setiap novel saya, saya mengedepan tentang realita kehidupan. Cerita ini hanyalah fiktif dan imajinasi penulis yang sudah disesuaikan dengan realita hidup disekitar kita. Semoga kalian suka. Terimakasih Keep stay tuned 💞❤️
Yasmine akhirnya membuka mata, dia tampak begitu malu karena ternyata Rio tidak melakukan suatu hal yang tidak seperti dia bayangkan. Sepanjang perjalanan, hanya keheningan yang tercipta antara keduanya. Setengah jam kemudian, mereka telah sampai di depan kediaman Tuan Wijaya. "Terimakasih Rio, sudah mengantarku. Aku masuk dulu, sampai besok." Namun saat Yasmine akan membuka pintu mobil, Rio memegang tangannya. "Tunggu Yasmine." "Ada apa?" "Ada yang ingin kukatakan padamu." "Kamu mau bilang apa Rio?" "Yasmine, sebenarnya sudah lama aku memendam perasaan padamu." Yasmine begitu terkejut mendengar pengakuan Rio, dia benar-benar tak menyangka jika Rio akan berkata seperti itu. Yang Yasmine tahu, Rio adalah laki-laki yang begitu cuek padanya. Namun kenapa dia tiba-tiba menyatakan perasaannya. "Jangan bercanda Rio, aku tak bisa kau bohongi." "Aku serius, aku tak berbohong padamu Yasmine?" "Maaf, aku tak bisa
Baru beberapa langkah kaki Yasmine masuk ke dalam kampus, dia dikejutkan oleh sebuah suara."Yas.""Rio!!!""Ayo ikut aku Yas!""Kemana Rio?"Namun Rio tak menjawab, tangannya lalu menggenggam tangan Yasmine dan membawanya ke arah parkiran mobil."Rio kita mau kemana?""Udah ikut aja!"Mereka lalu masuk ke dalam mobil. Kemudian Rio mengendarai mobilnya masuk ke dalam jalan tol, dan mengarahkan mobilnya ke luar kota."Rio kita mau kemana?""Kamu ga usah khawatir Yas, aku ga akan culik kamu kok.""Iya tapi kita mau kemana?""Yas, aku cuma ingin menghabiskan hari ini sama kamu Yas, kamu tahu sendiri selama ini kita belum pernah bisa bersama. Aku mau mencari tempat yang aman sehingga kita ga ketahuan para bodyguardmu."Yasmine lalu mengangguk. Ternyata Rio membawanya pergi ke Pantai Anyer."Surprise... Kamu suka pantai kan Yas?""Kok kamu tahu sih.""Apa yang
Semalaman Yasmine tidak tidur memikirkan Adrian, kini dia semakin bimbang dengan perasaannya. 'Siapa yang sebenarnya aku cintai? Adrian atau Rio?' gumam Yasmine dalam hati. "Adrian kamu dimana? Maafkan sikapku Adrian. Yasmine seharusnya kamu sadar, Rio hanyalah pelarian, kamu hanya mengaguminya Yasmine tidak lebih, sedangkan hatimu hanya milik Adrian. Oh Tuhan kenapa semuanya terasa begitu rumit?" kata Yasmine pada dirinya sendiri. Tanpa sadar, Yasmine melangkahkan kakinya ke dalam kamar Adrian. Kamar yang begitu rapi dan harum, tidak seperti kamar laki-laki pada umumnya karena Adrian merupakan laki-laki yang disiplin dan rapi. Yasmine lalu melangkahkan kakinya ke meja kecil di salah satu sudut kamar. Tampak di salah satu bagian meja tumpukan album yang berisi foto masa kecilnya masih tersimpan rapi. "Adrian sudah begitu lama aku tak masuk ke kamar ini, dan semua masih sama seperti dulu saat kita masih kecil. Maafkan aku Adrian, karena rasa dengkiku tel
Setelah satu setengah jam perjalanan menggunakan pesawat terbang, akhirnya Melati sampai juga di Bandara Soekarno Hatta.Meski sebenarnya Melati sangat bingung, namun dia berusaha untuk tidak terlihat kampungan. Setelah keluar dari Bandara, dia lalu naik ke dalam taksi yang ada di sekitar Bandara tersebut. Sesuai perintah Yasmine, dia menyebutkan alamat yang sudah dikirimkan melalui chat.Hiruk pikuk kota Jakarta, dan tingginya gedung-gedung, serta beberapa ruas jalan fly over membuat Melati begitu terkagum-kagum, namun dia hanya memendamnya dalam hati. Dia takut jika sopir taksi tersebut tahu dia berasal dari kampung, Melati akan di bohongi dengan berkeliling-keliling dahulu dan akan membuat ongkos taksi semakin membengkak, seperti yang pernah Melati baca di koran-koran.Satu jam kemudian, mereka telah sampai di sebuah rumah yang menurut Melati luar biasa besar. Setelah membayar ongkos taksi, dia kemudia turun. "Wahhhh ini rumah kok gede banget ya, jauh l