Hello readers..
Terimakasih yang sudah mampir ke cerita ini, selamat membaca dan menikmati kisah penuh intrik yang akan membuat kalian ikut hanyut dan terbawa dalam setiap babnya.
Maaf jika di dalam cerita ini masih terdapat percakapan yang sekiranya kurang pantas, ataupun kehidupan yang begitu bebas, saya hanya ingin membuat pembaca merasa jika inilah sebuah fenomena kehidupan yang terjadi di sekitar kita. Sehingga semua tampak begitu mengalir seperti nyata. Karena pada setiap novel saya, saya mengedepan tentang realita kehidupan.
Cerita ini hanyalah fiktif dan imajinasi penulis yang sudah disesuaikan dengan realita hidup disekitar kita. Semoga kalian suka.
Terimakasih
Keep stay tuned 💞❤️
Yasmine akhirnya membuka mata, dia tampak begitu malu karena ternyata Rio tidak melakukan suatu hal yang tidak seperti dia bayangkan. Sepanjang perjalanan, hanya keheningan yang tercipta antara keduanya. Setengah jam kemudian, mereka telah sampai di depan kediaman Tuan Wijaya. "Terimakasih Rio, sudah mengantarku. Aku masuk dulu, sampai besok." Namun saat Yasmine akan membuka pintu mobil, Rio memegang tangannya. "Tunggu Yasmine." "Ada apa?" "Ada yang ingin kukatakan padamu." "Kamu mau bilang apa Rio?" "Yasmine, sebenarnya sudah lama aku memendam perasaan padamu." Yasmine begitu terkejut mendengar pengakuan Rio, dia benar-benar tak menyangka jika Rio akan berkata seperti itu. Yang Yasmine tahu, Rio adalah laki-laki yang begitu cuek padanya. Namun kenapa dia tiba-tiba menyatakan perasaannya. "Jangan bercanda Rio, aku tak bisa kau bohongi." "Aku serius, aku tak berbohong padamu Yasmine?" "Maaf, aku tak bisa
Baru beberapa langkah kaki Yasmine masuk ke dalam kampus, dia dikejutkan oleh sebuah suara."Yas.""Rio!!!""Ayo ikut aku Yas!""Kemana Rio?"Namun Rio tak menjawab, tangannya lalu menggenggam tangan Yasmine dan membawanya ke arah parkiran mobil."Rio kita mau kemana?""Udah ikut aja!"Mereka lalu masuk ke dalam mobil. Kemudian Rio mengendarai mobilnya masuk ke dalam jalan tol, dan mengarahkan mobilnya ke luar kota."Rio kita mau kemana?""Kamu ga usah khawatir Yas, aku ga akan culik kamu kok.""Iya tapi kita mau kemana?""Yas, aku cuma ingin menghabiskan hari ini sama kamu Yas, kamu tahu sendiri selama ini kita belum pernah bisa bersama. Aku mau mencari tempat yang aman sehingga kita ga ketahuan para bodyguardmu."Yasmine lalu mengangguk. Ternyata Rio membawanya pergi ke Pantai Anyer."Surprise... Kamu suka pantai kan Yas?""Kok kamu tahu sih.""Apa yang
Semalaman Yasmine tidak tidur memikirkan Adrian, kini dia semakin bimbang dengan perasaannya. 'Siapa yang sebenarnya aku cintai? Adrian atau Rio?' gumam Yasmine dalam hati. "Adrian kamu dimana? Maafkan sikapku Adrian. Yasmine seharusnya kamu sadar, Rio hanyalah pelarian, kamu hanya mengaguminya Yasmine tidak lebih, sedangkan hatimu hanya milik Adrian. Oh Tuhan kenapa semuanya terasa begitu rumit?" kata Yasmine pada dirinya sendiri. Tanpa sadar, Yasmine melangkahkan kakinya ke dalam kamar Adrian. Kamar yang begitu rapi dan harum, tidak seperti kamar laki-laki pada umumnya karena Adrian merupakan laki-laki yang disiplin dan rapi. Yasmine lalu melangkahkan kakinya ke meja kecil di salah satu sudut kamar. Tampak di salah satu bagian meja tumpukan album yang berisi foto masa kecilnya masih tersimpan rapi. "Adrian sudah begitu lama aku tak masuk ke kamar ini, dan semua masih sama seperti dulu saat kita masih kecil. Maafkan aku Adrian, karena rasa dengkiku tel
Setelah satu setengah jam perjalanan menggunakan pesawat terbang, akhirnya Melati sampai juga di Bandara Soekarno Hatta.Meski sebenarnya Melati sangat bingung, namun dia berusaha untuk tidak terlihat kampungan. Setelah keluar dari Bandara, dia lalu naik ke dalam taksi yang ada di sekitar Bandara tersebut. Sesuai perintah Yasmine, dia menyebutkan alamat yang sudah dikirimkan melalui chat.Hiruk pikuk kota Jakarta, dan tingginya gedung-gedung, serta beberapa ruas jalan fly over membuat Melati begitu terkagum-kagum, namun dia hanya memendamnya dalam hati. Dia takut jika sopir taksi tersebut tahu dia berasal dari kampung, Melati akan di bohongi dengan berkeliling-keliling dahulu dan akan membuat ongkos taksi semakin membengkak, seperti yang pernah Melati baca di koran-koran.Satu jam kemudian, mereka telah sampai di sebuah rumah yang menurut Melati luar biasa besar. Setelah membayar ongkos taksi, dia kemudia turun. "Wahhhh ini rumah kok gede banget ya, jauh l
Melati memandang wajah Sean yang kini terlelap di sampingnya. "Kasihan kamu sayang, doakan tante agar bisa membebaskan mamamu ya." kata Melati.Melati lalu bangun dari tempat tidur dan beranjak mengelilingi kamar Yasmine. Dia tertarik untuk berjalan ke meja rias dekat tempat tidur, tampak beraneka macam jenis make up dan minyak wangi yang masih tertata begitu rapi, lalu dia membuka salah satu lacinya. Kemudian mengambil sebuah album foto, dan membukanya, tampak foto Yasmine saat masih kecil bersama seorang anak laki-laki yang tampan. 'Ini pasti Adrian.' gumam Yasmine.Melati sebenarnya sangat terkejut karena wajah Yasmine kecil begitu mirip dengannya. Lalu dia membuka album jauh lebih dalam, tampak dua orang bayi kembar yang baru saja lahir, saat mereka duduk bersama, dan saat mereka merayakan ulang tahunnya yang pertama dan kedua, bersama orang tua mereka dan Tuan Wijaya. Lalu saat Yasmine ulang tahun di usianya yang ketiga, anak yang begitu mirip dengan
Adrian masuk ke dalam kamarnya, dadanya kian sesak melihat Yasmine kembali ke rumah ini. Masih teringat begitu jelas saat-saat terakhir Yasmine di rumah ini. Saat itu adalah masa-masa yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Bahkan mereka pernah melewatkan sebuah malam yang tak pernah Adrian lupakan sepanjang hidupnya. Saat Yasmine mengungkapkan perasaan cinta padanya, dan mereka melewati malam bersama layaknya sepasang suami istri. Semuanya terasa begitu mengalir dan begitu sulit untuk dicegah. Saat Yasmine mulai mencium bibirnya, nalurinya sebagai seorang laki-laki begitu bergejolak mendapat sentuhan dari orang yang amat dicintainya. "Maafkan aku Yasmine, aku sudah membuatmu melakukan semua ini denganku." "Tak ada yang perlu disesali Adrian, aku mencintaimu dan begitu menginginkanmu. Aku yang sudah begitu bodoh menuruti ego ku sehingga sempat tertarik pada Rio, namun saat bersamanya hatiku hampa, tidak sama saat aku bersamamu." "Lalu bagaimana hubunganmu d
"TIDAKKKK!!!""Siapa kamu? Kamu bukan Yasmine!""Mas Adrian bukankah sudah berulang kali kuberitahu jika saya adalah Melati, bukan Yasmine.""Bodoh!!! Aku benar-benar bodoh!!" teriak Adrian."Mas Adrian kenapa? Ada yang salah dengan Melati?""Ya kesalahan terbesarku adalah sudah menyentuhmu Melati, karena aku mengira kau adalah Yasmine!!!"Hati Melati seakan ditusuk pisau mendengar kata-kata yang menyakitkan dari Adrian. Beberapa menit yang lalu dia begitu bahagia karena merasa telah mendapatkan hati Adrian, namun kini dia harus mengalami kejadian yang begitu pahit telah memberikan kehormatannya pada orang yang bahkan tidak mencintainya."Maafkan aku, hapus air matamu lalu segera pakai bajumu!"Melati lalu memakai kembali bajunya, meski dengan hati yang begitu sakit dia memberanikan diir untuk berbicara pada Adrian."Mas Adrian...""Ada perlu apalagi Melati?"
"Ada apa Mas?""Sean Mel, Sean diculik.""Astaghfirullah, lalu apa yang harus kita lakukan Mas?""Kita harus segera ke Puncak Mel, ikut ke tempat Gathering Opa.""Ayo Mas, kita harus cepat."Adrian dan Melati lalu berganti pakaian dan bergegas akan menuju Puncak. Namun saat mereka baru saja keluar dari rumah, tiba-tiba ponsel Adrian berbunyi kembali.[Ya Tuan.][Adrian, Sean sudah kembali, kamu tidak usah ke sini Nak. Kamu tunggu saja kedatangan kami besok do rumah.][Bagaimana keadaan Sean Tuan?][Sean baik-baik saja, kamu tenang saja di rumah, ada Tigor dan anak buahnya yang akan mengamankan kami malam ini dan besok saat pulang ke rumah.][Baik Tuan, jaga diri Tuan baik-baik.]"Bagaimana Mas? Apakah Sean sudah ditemukan?""Iya Mel.""Syukurlah jika Sean sudah kembali Mas.""Tapi aku curiga Mel, semudah itukah Sean ditemukan? Untu