Janur kuning telah melengkung di depan sebuah gedung megah yang telah berhiaskan dekorasi mewah nan cantik dipenuhi berbagai bunga warna-warni. Dendang lagu-lagu khas pernikahan pun berkumandang. Yasmine tampak masuk ke sebuah ruangan dengan begitu terburu-buru.
"Mba, udah selesai belum? Sebentar lagi udah mau ijab qabul nih." kata Yasmine pada seorang MUA."Udah Mba Yasmine, tenang saja. Mba Mel udah cantik banget nih bagai bidadari."Yasmine lalu menghampiri Melati yang masih duduk sambil sesekali terlihat membetulkan kebaya yang dikenakannya. "Mba ini bagian perut bisa ga dilonggarin dikit."kata Melati."Yah Mel, kamu sih udah tau mau nikah malah ga bisa kontrol makanan, jadi begah kan? Udah cakep gitu masih aja ngurusin perut." gerutu Yasmine "Hahahaha kok jadi kamu yang sewot Yas." kata Melati.'Yas, perutku seperti ini bukan karena makanan, tapi karena ada janin dalam kandunganku.' kata Melati dalam hati.<Seorang gadis berusia tujuh belas tahun tampak mengendap-endap keluar dari sebuah rumah mewah, dengan hati-hati dia berjalan di halaman rumah dan melewati pos penjagaan. Terlihat dua orang petugas keamanan tertidur begitu lelap. 'Yes rencana gue berhasil, selamat tidur.' Satu jam yang lalu dua cangkir kopi yang Bi Sumi antarkan untuk mereka telah Yasmine campurkan dengan obat tidur, sekarang mereka tampak tertidur begitu pulas. Seorang laki-laki dengan tubuh penuh tato menghembuskan kepulan asap rokok ke udara, sejenak dia memandang ke sebuah rumah mewah. Senyum pun menghiasi bibirnya takkala seorang wanita cantik memakai dress merah diatas lutut dengan belahan dada rendah mulai mendekat padanya. "Yuk cabut Nik, keburu ketahuan Opa bisa berabe." "Siap Tuan Putri, let's go!" Setengah jam kemudian, mereka sudah sampai di sebuah kelab malam di pinggiran kota Jakarta. Tampak beberapa orang duduk di sofa dengan memegang botol minuman di tan
Sebuah mobil BMW sport warna merah berhenti di pelataran kampus. "Ini hari pertamamu kuliah, ingat Yasmine jangan banyak bertingkah!" "Cerewet banget sih, pantes aja selama ini loe ga pernah punya pacar, mana mau ada cewe yang mau sama cowo galak kaya kamu Adrian." "Udah ngomongnya, kalau udah silahkan turun, kampusku tak jauh dari sini, jika kamu membutuhkanku segera hubungi aku." "Dasar batu." Yasmine lalu turun dari dalam mobil sambil menutup pintu dengan keras. "Selamat pagi Yasmine." tiga orang wanita tampak menghampiri Yasmine. "Kalian, tumben pagi banget udah sampe, dulu aja waktu masih sekolah kalian paling males kalo berangkat." "Helloooo Yasmine come on get up, kita udah kuliah, disini banyak cowok-cowok ganteng, ga kaya jaman SMA, cupu semua." "Terserah kalian deh." "Eh Yasmine, kok tadi Adrian ga turun, kita kan kangen dah lama ga liat dia." "Idihhhh kalian kenapa sih cowo kaya batu aja dikan
Cahaya lampu redup tampak menerangi seorang wanita muda yang duduk dengan khusyuk berdoa pada Sang Pencipta di waktu sepertiga malam. Gemercik air sungai di samping gubuk ikut menambah syahdu lantunan doa yang dia panjatkan. Satu jam lamanya bermunajat pada Sang Pencipta, begitu banyak doa dan harapan yang dia panjatkan untuk hari ini, karena menurutnya hari ini adalah hari yang istimewa baginya untuk sebuah kehidupan baru. Saat bau wangi dari arah dapur menyeruak sampai ke indra penciumannya, dia lalu bergegas menyelesaikan doanya dan beranjak menuju dapur. "Ibu biar Melati bantu ya?" "Sudah ga usah, nanti kamu bisa terlambat kalau kamu bantuin ibu, lebih baik kamu bersiap-siap sebelum Mba Sari jemput kamu." "Sebentar saja bu, Melati udah beres-beres bu, lagipula barang-barang Melati kan juga sedikit, ini hari terakhir Melati di rumah, besok dan seterusnya Mel kan sudah ga disini lagi." "Ya sudah semua terserah kamu saja." Sel
"TIDAAKKKK!!!"Melati lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, sedangkan Yasmine masih melotot tajam pada sosok yang berdiri di depannya. Saat tersadar Yasmine lalu memutari tubuh Melati dan mengamatinya dari atas sampai bawah. "Hei siapa nama loe?" Perlahan Melati membuka kedua tangan yang menutup wajahnya. Namun dia hanya terdiam, begitu pula Yasmine yang juga masih syok melihat sosok wanita di depannya. "Ga...ga mungkin, kembaran gue udah meninggal 20 tahun yang lalu." "Saya Melati, ampun nyah saya bukan kembaran Nyonya, saya masih memiliki kedua orang tua, kita ga mungkin kembar." "Lalu kenapa kita begitu mirip? mustahil dua orang memiliki wajah dan penampilan yang begitu mirip tanpa ikatan keluarga?" "Saya juga tidak tahu nyah yang saya tahu sejak kecil saya hidup bersama kedua orang tua saya." "Ah udahlah ga penting, nanti gue pikirin lagi, ngomong-ngomong loe darimana? kenapa loe bisa sampai disini?
"Siap ya Mba, kalau saya sudah memberi aba-aba Mba langsung ambil nafas dan mulai mengejan, ya ambil nafas Mba sekarang dorong sekuat tenaga, ya dorong Mba, ya bagus sedikit lagi dorong Mba, ya bagus... sudah Mba sudah selesai!""Ea ea ea." suara tangis bayi pun terdengar, peluh menetes di setiap bagian tubuhnya. Rasa lelah dan sakit semua telah sirna. Sesosok bayi mungil kini tak jauh darinya sedang mendengarkan lantunan adzan dari seorang laki-laki paruh baya yang rambutnya telah beruban seluruhnya."Non Yasmine, non baik-baik saja kan, non butuh apa?""Ngga Bi Sumi, gue cuma pengen istirahat aja.""Ya sudah bibi mau lihat dede bayi dulu ya, non istirahat saja disini.""Iya bi."Yasmine hanya terdiam melihat bayi di sampingnya yang mulai menangis, terbersit keinginan untuk menyentuhnya namun rasa sakit dan keengganan dalam hati kembali muncul.Sejak kelahirannya sampai hari ini tepat satu minggu usianya, Yasmine sama sekali tidak pernah memberinya ASI da
Yasmine masuk ke dalam ruangan kuliah, Rio terlihat sedang asyik memainkan ponsel ketika Yasmine duduk di depannya. Yasmine pikir, sikap Rio akan berubah menjadi lebih hangat padanya setelah kejadian yang mereka alami. Namun Rio tetaplah menjadi lelaki yang dingin, sama seperti biasanya. Yasmine pun mencoba menegurnya saat jam kuliah berakhir. "Sampai bertemu besok Rio." Tak ada sepatah katapun yang Rio ucapkan, hanya sebuah anggukan sebagai jawaban. Selanjutnya dia pergi dari hadapan Yasmine. Yasmine yang tampak begitu kesal pergi dari kampus tanpa mengindahkan teman-temannya yang memanggilnya. Tiba-tiba Diana sudah menyamai langkahnya di sampingnya. "Yas, loe kenapa sih? Kok tiba-tiba jadi bete gini? Jangan-jangan lor kesambet setan lift lagi." "Enak aja, gue cape mau pulang." "Ih ga asyik loe Yas, kita ngemall dulu yuk?" "Ogah, ah ntar Adrian marah-marah lagi." "Ajak Adrian sekalian dong Yas, kita kan pengen se
Hello readers.. Terimakasih yang sudah mampir ke cerita ini, selamat membaca dan menikmati kisah penuh intrik yang akan membuat kalian ikut hanyut dan terbawa dalam setiap babnya. Maaf jika di dalam cerita ini masih terdapat percakapan yang sekiranya kurang pantas, ataupun kehidupan yang begitu bebas, saya hanya ingin membuat pembaca merasa jika inilah sebuah fenomena kehidupan yang terjadi di sekitar kita. Sehingga semua tampak begitu mengalir seperti nyata. Karena pada setiap novel saya, saya mengedepan tentang realita kehidupan. Cerita ini hanyalah fiktif dan imajinasi penulis yang sudah disesuaikan dengan realita hidup disekitar kita. Semoga kalian suka. Terimakasih Keep stay tuned 💞❤️
Yasmine akhirnya membuka mata, dia tampak begitu malu karena ternyata Rio tidak melakukan suatu hal yang tidak seperti dia bayangkan. Sepanjang perjalanan, hanya keheningan yang tercipta antara keduanya. Setengah jam kemudian, mereka telah sampai di depan kediaman Tuan Wijaya. "Terimakasih Rio, sudah mengantarku. Aku masuk dulu, sampai besok." Namun saat Yasmine akan membuka pintu mobil, Rio memegang tangannya. "Tunggu Yasmine." "Ada apa?" "Ada yang ingin kukatakan padamu." "Kamu mau bilang apa Rio?" "Yasmine, sebenarnya sudah lama aku memendam perasaan padamu." Yasmine begitu terkejut mendengar pengakuan Rio, dia benar-benar tak menyangka jika Rio akan berkata seperti itu. Yang Yasmine tahu, Rio adalah laki-laki yang begitu cuek padanya. Namun kenapa dia tiba-tiba menyatakan perasaannya. "Jangan bercanda Rio, aku tak bisa kau bohongi." "Aku serius, aku tak berbohong padamu Yasmine?" "Maaf, aku tak bisa