Semalaman Yasmine tidak tidur memikirkan Adrian, kini dia semakin bimbang dengan perasaannya. 'Siapa yang sebenarnya aku cintai? Adrian atau Rio?' gumam Yasmine dalam hati.
"Adrian kamu dimana? Maafkan sikapku Adrian. Yasmine seharusnya kamu sadar, Rio hanyalah pelarian, kamu hanya mengaguminya Yasmine tidak lebih, sedangkan hatimu hanya milik Adrian. Oh Tuhan kenapa semuanya terasa begitu rumit?" kata Yasmine pada dirinya sendiri.
Tanpa sadar, Yasmine melangkahkan kakinya ke dalam kamar Adrian. Kamar yang begitu rapi dan harum, tidak seperti kamar laki-laki pada umumnya karena Adrian merupakan laki-laki yang disiplin dan rapi. Yasmine lalu melangkahkan kakinya ke meja kecil di salah satu sudut kamar. Tampak di salah satu bagian meja tumpukan album yang berisi foto masa kecilnya masih tersimpan rapi.
"Adrian sudah begitu lama aku tak masuk ke kamar ini, dan semua masih sama seperti dulu saat kita masih kecil. Maafkan aku Adrian, karena rasa dengkiku tel
Setelah satu setengah jam perjalanan menggunakan pesawat terbang, akhirnya Melati sampai juga di Bandara Soekarno Hatta.Meski sebenarnya Melati sangat bingung, namun dia berusaha untuk tidak terlihat kampungan. Setelah keluar dari Bandara, dia lalu naik ke dalam taksi yang ada di sekitar Bandara tersebut. Sesuai perintah Yasmine, dia menyebutkan alamat yang sudah dikirimkan melalui chat.Hiruk pikuk kota Jakarta, dan tingginya gedung-gedung, serta beberapa ruas jalan fly over membuat Melati begitu terkagum-kagum, namun dia hanya memendamnya dalam hati. Dia takut jika sopir taksi tersebut tahu dia berasal dari kampung, Melati akan di bohongi dengan berkeliling-keliling dahulu dan akan membuat ongkos taksi semakin membengkak, seperti yang pernah Melati baca di koran-koran.Satu jam kemudian, mereka telah sampai di sebuah rumah yang menurut Melati luar biasa besar. Setelah membayar ongkos taksi, dia kemudia turun. "Wahhhh ini rumah kok gede banget ya, jauh l
Melati memandang wajah Sean yang kini terlelap di sampingnya. "Kasihan kamu sayang, doakan tante agar bisa membebaskan mamamu ya." kata Melati.Melati lalu bangun dari tempat tidur dan beranjak mengelilingi kamar Yasmine. Dia tertarik untuk berjalan ke meja rias dekat tempat tidur, tampak beraneka macam jenis make up dan minyak wangi yang masih tertata begitu rapi, lalu dia membuka salah satu lacinya. Kemudian mengambil sebuah album foto, dan membukanya, tampak foto Yasmine saat masih kecil bersama seorang anak laki-laki yang tampan. 'Ini pasti Adrian.' gumam Yasmine.Melati sebenarnya sangat terkejut karena wajah Yasmine kecil begitu mirip dengannya. Lalu dia membuka album jauh lebih dalam, tampak dua orang bayi kembar yang baru saja lahir, saat mereka duduk bersama, dan saat mereka merayakan ulang tahunnya yang pertama dan kedua, bersama orang tua mereka dan Tuan Wijaya. Lalu saat Yasmine ulang tahun di usianya yang ketiga, anak yang begitu mirip dengan
Adrian masuk ke dalam kamarnya, dadanya kian sesak melihat Yasmine kembali ke rumah ini. Masih teringat begitu jelas saat-saat terakhir Yasmine di rumah ini. Saat itu adalah masa-masa yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Bahkan mereka pernah melewatkan sebuah malam yang tak pernah Adrian lupakan sepanjang hidupnya. Saat Yasmine mengungkapkan perasaan cinta padanya, dan mereka melewati malam bersama layaknya sepasang suami istri. Semuanya terasa begitu mengalir dan begitu sulit untuk dicegah. Saat Yasmine mulai mencium bibirnya, nalurinya sebagai seorang laki-laki begitu bergejolak mendapat sentuhan dari orang yang amat dicintainya. "Maafkan aku Yasmine, aku sudah membuatmu melakukan semua ini denganku." "Tak ada yang perlu disesali Adrian, aku mencintaimu dan begitu menginginkanmu. Aku yang sudah begitu bodoh menuruti ego ku sehingga sempat tertarik pada Rio, namun saat bersamanya hatiku hampa, tidak sama saat aku bersamamu." "Lalu bagaimana hubunganmu d
"TIDAKKKK!!!""Siapa kamu? Kamu bukan Yasmine!""Mas Adrian bukankah sudah berulang kali kuberitahu jika saya adalah Melati, bukan Yasmine.""Bodoh!!! Aku benar-benar bodoh!!" teriak Adrian."Mas Adrian kenapa? Ada yang salah dengan Melati?""Ya kesalahan terbesarku adalah sudah menyentuhmu Melati, karena aku mengira kau adalah Yasmine!!!"Hati Melati seakan ditusuk pisau mendengar kata-kata yang menyakitkan dari Adrian. Beberapa menit yang lalu dia begitu bahagia karena merasa telah mendapatkan hati Adrian, namun kini dia harus mengalami kejadian yang begitu pahit telah memberikan kehormatannya pada orang yang bahkan tidak mencintainya."Maafkan aku, hapus air matamu lalu segera pakai bajumu!"Melati lalu memakai kembali bajunya, meski dengan hati yang begitu sakit dia memberanikan diir untuk berbicara pada Adrian."Mas Adrian...""Ada perlu apalagi Melati?"
"Ada apa Mas?""Sean Mel, Sean diculik.""Astaghfirullah, lalu apa yang harus kita lakukan Mas?""Kita harus segera ke Puncak Mel, ikut ke tempat Gathering Opa.""Ayo Mas, kita harus cepat."Adrian dan Melati lalu berganti pakaian dan bergegas akan menuju Puncak. Namun saat mereka baru saja keluar dari rumah, tiba-tiba ponsel Adrian berbunyi kembali.[Ya Tuan.][Adrian, Sean sudah kembali, kamu tidak usah ke sini Nak. Kamu tunggu saja kedatangan kami besok do rumah.][Bagaimana keadaan Sean Tuan?][Sean baik-baik saja, kamu tenang saja di rumah, ada Tigor dan anak buahnya yang akan mengamankan kami malam ini dan besok saat pulang ke rumah.][Baik Tuan, jaga diri Tuan baik-baik.]"Bagaimana Mas? Apakah Sean sudah ditemukan?""Iya Mel.""Syukurlah jika Sean sudah kembali Mas.""Tapi aku curiga Mel, semudah itukah Sean ditemukan? Untu
Setelah Tuan Wijaya mengambil salah satu helai rambut milik Melati, dia lalu menyimpannya di saku jasnya."Nak, anggapah rumah ini seperti rumah milikmu sendiri. Jangan pernah sungkan padaku.""Baik Tuan, Terimakasih." jawab Melati.Tuan Wijaya lalu memberikan rambut milik Melati pada Adrian. "Adrian cepat bawa sample rambut ini ke rumah sakit.""Baik Tuan."Adrian lalu bergegas menuju ke rumah sakit. Satu jam lamanya Tuan Wijaya menunggu di rumah dengan penuh kecemasan. Senyum pun mengembang di bibirnya saat melihat mobil Adrian masuk ke halaman rumah."Bagaimana apa hasilnya sudah keluar Adrian?""Tidak bisa secepat itu Tuan, kita baru bisa mendapatkan hasilnya setelah satu minggu.""Apa tidak bisa lebih cepat lagi?""Tidak bisa Tuan.""Tapi kini aku yakin dialah cucuku." kata Tuan Wijaya sambil menangis."Jika benar dia adalah cucu anda, lalu siapa yang ada di
Adrian mengambil nafas dalam-dalam ketika melangkahkan kakinya di Surabaya. "Yasmine, aku datang."Dia lalu pergi ke sebuah hotel tak jauh dari komplek perumahan tempat tinggal Yasmine, setelah itu, dia mendatangi alamat yang telah diberikan oleh Melati.Dia lalu turun dari mobil dan mendatangi seorang satpam yang tengah berjaga di rumah tersebut. tak lupa atribut penyamaran berupa kumis palsu, kacamata dan topi telah Adrian kenakan. Tampak beberapa orang anak buah Rio berjaga di sekeliling rumah tersebut."Permisi Pak.""Ya ada apa?""Apakah benar ini rumah Pak Rio?""Benar Mas, maaf ada keperluan apa ya Mas?""Begini Pak, seminggu yang lalu saya dihubungi oleh Nyonya Yasmine untuk membersihkan AC di kamarnya. Namun karena saya sibuk, saya baru bisa datang hari ini.""Oh begitu, sebentar saya tanyakan dulu pada Nyonya Yasmine. Maaf kalau boleh tahu, Mas namanya siapa ya?""Bilan
Adrian dan Yasmine lalu masuk ke dalam kamar hotel. Yasmine lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur. "Istirahatlah Yasmine, besok pagi kita akan pulang ke Jakarta. Kamu pasti sudah begitu merindukan Opa."Mendengar kata-kata Adrian, Yasmine lalu memeluk tubuh Adrian. "Aku juga merindukanmu Adrian, sudah satu tahun kita tak bertemu.""Apa kau tidak lelah Yasmine?""Rasanya lebih melelahkan penantian selama satu tahun ini Adrian." kata Yasmine lalu mencium bibir Adrian.Keduanya lalu saling berciuman penuh gairah."Adrian kini aku akan membalas perbuatanmu.""Bisa apa kau Yasmine?""Lihat ini." kata Yasmine sambil menggigit bibir Adrian."Hahahaha, dasar nakal."Adrian lalu memeluk tubuh Yasmine, mencium bagian leher dan meremas gunung kembar milik Yasmine. Yasmine pun dengan tidak sabar membuka seluruh pakaian mi
Janur kuning telah melengkung di depan sebuah gedung megah yang telah berhiaskan dekorasi mewah nan cantik dipenuhi berbagai bunga warna-warni. Dendang lagu-lagu khas pernikahan pun berkumandang. Yasmine tampak masuk ke sebuah ruangan dengan begitu terburu-buru."Mba, udah selesai belum? Sebentar lagi udah mau ijab qabul nih." kata Yasmine pada seorang MUA."Udah Mba Yasmine, tenang saja. Mba Mel udah cantik banget nih bagai bidadari."Yasmine lalu menghampiri Melati yang masih duduk sambil sesekali terlihat membetulkan kebaya yang dikenakannya. "Mba ini bagian perut bisa ga dilonggarin dikit."kata Melati."Yah Mel, kamu sih udah tau mau nikah malah ga bisa kontrol makanan, jadi begah kan? Udah cakep gitu masih aja ngurusin perut." gerutu Yasmine"Hahahaha kok jadi kamu yang sewot Yas." kata Melati.'Yas, perutku seperti ini bukan karena makanan, tapi karena ada janin dalam kandunganku.' kata Melati dalam hati.
"Sayang, sejak kapan kamu ada di dapur? Aku pikir kamu masih ada di kantor." kata Yasmine saat Adrian mendekat pada mereka."Ya, aku sengaja pulang lebih awal Yas, karena aku tahu Melati akan pulang dengan calon suaminya. Aku juga ingin berkenalan dengan calon suami Melati." kata Adrian sambil melirik Melati. Melihat lirikan Bram, Melati lalu mengalihkan pandangannya pada Bram.Bram lalu ikut memandang ke arah Melati, dan Melati pun mengangguk."Adrian, kenalkan Bram, calon suami Melati."Bram lalu mengulurkan tangannya, Adrian lalu membalas jabat tangan dari Bram. Adrian mencengkeram telapak tangan Bram dengan begitu keras, sedangkan Bram menatap Adrian dengan tatapan yang tajam."Heiiii, kenapa kalian berjabat tangan begitu lama?" kata Yasmine."Maaf, rasanya saya seperti sudah pernah melihat anda Tuan Bram." kata Adrian berbasa-basi."Mungkinkah sebelumnya kita pernah bertemu Adrian?""Ah, mun
"Mel, kamu kenapa?"Namun Melati hanya terdiam. "Nak Bram, apa sebaiknya kita bawa Melati ke rumah sakit saja?""Iya Bu, kita bawa Melati ke rumah sakit saja."Mereka bertiga lalu membawa Melati ke rumah sakit terdekat. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya dokter yang menangani Melati pun keluar dari ruangan. Dia lalu berbincang-bincamg dengan Bram. Setelah selesai berbicara dengan dokter, Bram lalu mendekati orang tua Melati."Nak Bram, apa yang dokter tadi katakan?""Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Pak, Bu, Melati hanya kelelahan dan sedikit stres, nanti jika sudah siuman, Melati bisa langsung diperbolehkan pulang.""Alhamdulilah.""Lebih baik Bapak dan Ibu pulang saja dulu dan siapkan makan malam untuk Melati, kita harus membahagiakan Melati agar tidak stres. Saya sudah pesankan taxi untuk Bapak dan Ibu.""Baik Nak Bram, terimakasih."Bram lalu mengantar Bapak dan Ibu Melati
Adrian menunggu Yasmine dengan penuh kebimbangan. 'Melati, semudah itukah kau melupakan aku?' gumam Adrian."Adrian." Sebuah tepukan dari Yasmine membuyarkan lamunannya. "Kamu kenapa sayang? Kok tiba-tiba diem gitu?""Gapapa cuma cape.""Kamu memang tadi terlalu bersemangat Adrian." kata Yasmine sambil tersenyum."Yas, gimana tadi Melati.""Oh Melati, dia mau nikah sama siapa ya aku lupa namanya, Oh iya Bram, namanya Bram.""Kok mendadak banget sih Yas, emang mereka udah saling mengenal?""Kata Opa sih Melati bilang mereka sudah pacaran sejak di Jakarta, tapi baru ngomong ke Opa tadi pagi, ya kamu tau sendiri kan kalau Melati itu pemalu.""Terus kenapa bisa secepat ini Yas?""Si Bram katanya di desak sama orang tuanya buat buru-buru nikah, soalnya mereka kan kuliah bareng takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.""Oh." jawab Adrian singkat, berbagai macam pikiran m
"Apa Mas?""Menikahlah denganku Mel!""Menikah?""Ya, anggap saja ini sebuah kompromi Mel, bukan pernikahan.""Sungguh aku tak mengerti Mas.""Mel, bukankah kau membutuhkan suami untuk menjadi Ayah dari anakmu?"Melati hanya terdiam mendengar kata-kata Bram. "Mel, aku juga membutuhkan istri Mel, keluargaku begitu menuntutku untuk kembali menikah.""Kembali menikah? Jadi Mas Bram sudah pernah menikah?""Ya Mel, aku dan mantan istriku, Reina bertemu saat kuliah dan kami berpacaran. Lalu kami memutuskan untuk menikah, namun sebuah kecelakaan pesawat telah membunuh istriku, Reina saat di dalam perjalanan pulang ke Indonesia. Aku begitu terpukul dan hidupku jatuh pada titik terendah selama dua tahun terkahir ini Mel. Aku selalu dituntut Mami untuk membuka lembaran baru dalam hidupku, namun semua terasa begitu sulit karena aku sangat mencintai Reina. Itulah sebabnya aku kembali ke sini.""Ma
Bram llau mengangkat panggilan dari orang tuanya dengan malas.[Iya Mam.][Gimana Bram?][Mami, Bram kan baru saja sampai di sini kemarin, jangan tanyakan itu dulu deh Mam.][Bram, kamu juga harus ngertiin Mami dong.][Iya, iya, udah dulu ya. Bram mau kuliah dulu.][Bram, Mami kan belum selesai ngomong, Bram.]Bram lalu mematikan teleponnya dan masuk ke dalam kampus.Jam menunjukkan pukul 12.30 waktu Moulbourne, Melati tampak keluar dari ruang kuliah dengan sedikit lemas. Tiba-tiba kepalanya terasa sedikit pusing, dia lalu menyandarkan tubuhnya pada tembok."Mel.""Eh, Mas Bram.""Kamu kenapa Mel?""Gapapa Mas, cuma sedikit pusing.""Kamu lapar ya?"Melati hanya diam, lalu mengangguk dengan malu-malu. "Hahahaha, orang hamil itu memang mudah lapar Mel, aku tahu itu karena kakak perempuanku hampir satu jam sekali makan sa
Melati menginjakkan kakinya di kota Moulbourne, dia lalu menghirup nafas dalam-dalam. 'Selamat datang kehidupan baru.' batin Melati. Dia dan kedua orang tuanya lalu pergi ke apartemen milik Tuan Wijaya yang tidak begitu jauh dari Monash University, tempat dia akan menimba ilmu."Mel." kata Bu Marini."Ya Bu.""Kamu baik-baik saja kan?""Jauh lebih baik dibandingkan saat harus tinggal bersama mereka Bu.""Mel, kami akan selalu ada di sampingmu Nak.""Iya Pak.""Bapak dan Ibu lebih baik istirahat dulu saja, tadi kan penerbangan pertama Bapak sama Ibu, pasti melelahkan.""Iya Mel, sebenarnya Ibu memang sedikit pusing, apalagi suhu udara di sini dingin, ga kaya di Indonesia.""Iya Bu, bapak juga rasanya seperti meriang.""Iya Pak, ga nyangka ya kita sekarang hidup di luar negeri, padahal dulu kita buat makan aja susah." kata Bu Marini sambil tersipu malu.
"Adrian aku mencintaimu Adrian." kata Melati diiringi desahan dan erangan yang menggema di salah satu kamar hotel berbintang."Aku juga mencintaimu Mel." balas Adrian sambil mengulum buah dada milik Melati yang membuat desahan Melati semakin begitu keras.Melati lalu bangkit dan menaiki tubuh Adrian, kini Melati duduk di atas tubuh Adrian, pinggulnya pun semakin lincah bergerak diikuti desahan nafas yang kian menggebu. Kemudian Melati mencondongkan tubuhnya dan melumat bibir Adrian dengan begitu ganas. Adrian tampak begitu menikmati permainan Melati. "Kamu luar biasa Melati." kata Adrian.Melati hanya tersenyum mendengar kata-kata Adrian. Entah untuk berapa kali meraka melakukan ini dibelakang Yasmine. Sedangkan Yasmine pun tak pernah curiga saat Melati dan Adrian pulang terlambat karena dia menyadari jika Melati lah pengganti Opa nya saat ini. Tubuh Tuan Wijaya yang kian menua semakin membuat dirinya sakit-sakitan sehingga mengurangi semua akt
Suara adzan subuh berkumandang. "Mel, bangun kita harus pulang pagi ini." kata Adrian."Oh, iya Mas." kata Melati sambil melepaskan pelukannya pada tubuh Adrian."Mas, jadi kita tidur berpelukan sepanjang malam?"Adrian lalu tersenyum."Hanya itu saja kan? Tidak lebih." kata Adrian sambil mengusap kepala Melati. "Adrian, kamu memang benar-benar setia pada Yasmine."Adrian hanya tersenyum kecut mendengar kata-kata Melati. "Sebesar apa cintamu padanya Adrian?""Mel, aku sudah mencintai Yasmine sajak kami masih kecil. Dia adalah cinta pertamaku, Yasmine dulu begitu rapuh saat ditinggal oleh saudara dan kedua orang tuanya, saat itu aku sudah menyayangi Yasmine dan berjanji untuk selalu melindunginya.""Kamu luar biasa Adrian, semua tentu akan lebih sempurna jika aku tak pernah merusak hidupmu di malam itu.""Sudahlah Melati, semua sudah berlalu. Bersiaplah sebentar lagi kita akan pulang."