Adrian dan Yasmine lalu masuk ke dalam kamar hotel. Yasmine lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur. "Istirahatlah Yasmine, besok pagi kita akan pulang ke Jakarta. Kamu pasti sudah begitu merindukan Opa."
Mendengar kata-kata Adrian, Yasmine lalu memeluk tubuh Adrian. "Aku juga merindukanmu Adrian, sudah satu tahun kita tak bertemu."
"Apa kau tidak lelah Yasmine?"
"Rasanya lebih melelahkan penantian selama satu tahun ini Adrian." kata Yasmine lalu mencium bibir Adrian.
Keduanya lalu saling berciuman penuh gairah."Adrian kini aku akan membalas perbuatanmu."
"Bisa apa kau Yasmine?"
"Lihat ini." kata Yasmine sambil menggigit bibir Adrian.
"Hahahaha, dasar nakal."
Adrian lalu memeluk tubuh Yasmine, mencium bagian leher dan meremas gunung kembar milik Yasmine. Yasmine pun dengan tidak sabar membuka seluruh pakaian mi
Melati dan Yasmine kini berada di dalam kamar. "Istirahatlah Yasmine, kamu sepertinya begitu lelah, wajamu pucat, dan badanmu sedikit demam. Apakah perlu kupanggilkan dokter?""Tidak usah Mel, aku mau istirahat saja. Kamu tolong temani aku di sini ya, dan ceritakan padaku yang terjadi saat kau datang ke rumah ini?""Seperti yang kau tahu Yasmine, saat aku pertama kali datang ke rumah ini tak ada yang percaya jika aku adalah Melati. Mereka pikir jika aku adalah Yasmine, dan hampir saja aku diusir oleh Opa. Untungnya ada Sean yang tak rela melihat kepergianku.""Lalu bagaimana dengan Adrian?""Sama saja, dia pun tak percaya padaku, sedangkan bukti yang kuberikan padanya, berupa KTP pun tak dia percaya.""Lalu bagaimana caramu meyakinkan Adrian, Mel?"Perasaan Melati begitu hancur mendengar kata-kata Yasmine, tak mungkin dia berkata jujur jika dia sampai mengorbankan kesuciannya agar Adrian percaya pada dirinya."Mel?""Emh Yasmin
Tangis Melati kian pecah mendengar kata-kata Adrian. 'Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi denganku, mengapa aku masih mengharapkan cinta dari laki-laki yang tak mencintaiku.' kata Melati dalam hati diiringi isak tangis yang terdengar begitu pilu.Adrian melangkah menuju kamarnya, sebenarnya dia tidak tega melihat Melati yang begitu terpuruk setelah apa yang telah diperbuat olehnya. Rasa bersalah dan keinginan untuk bertanggung jawab semakin menghantui Adrian, namun rasa cintanya yang begitu besar pada Yasmine membuat dia semakin bingung, dia tak mau kehilangan Yasmine untuk kesekian kalinya."Melati, maafkan aku." kata Adrian hingga tak sadar jika air mata telah jatuh membasahi pipinya.Adrian lalu kembali lagi ke kamar Melati, saat membuka pintu kamar, dia melihat Melati yang duduk menangis di atas tempat tidur."Mau apa lagi kamu Mas?"Adrian lalu duduk di samping Melati, dia kemudian menggenggam tangannya. "Mel, maafkan aku.""Sudahl
"APAAA???" kata Yasmine dan Melati bersamaan.Rio pun tak kalah terkejut dengan perkataan Tuan Wijaya. "Tidak mungkin." kata Rio."Kenapa tidak mungkin Rio? Lihat ini adalah hasil tes DNA Milik Melati, memiliki kecocokan 99% dengan Ferdi anakku.""Sial, bagaimana ini bisa terjadi?"Adrian hanya tersenyum kecut melihat Rio yang tampak kebingungan. "Rio, aku ada kejutan lagi untukmu."Tiba-tiba beberapa orang polisi masuk ke dalam rumah dan menodongkan pistol pada Rio. Rio yang begitu panik diam tak berkutik karena kini dia terkepung oleh polisi. "Sialan kamu Adrian, aku pasti akan membalas semua ini!" kata Rio sambil mengumpat."Apa yang bisa kau lakukan Rio? Semua bukti kejahatanmu ada di sini." kata Adrian sambil memegang flashdisk di tangannya."Brengsek, bedebah kamu Yasmine, pasti kamu yang telah melakukan semua ini padaku!""Aku tidak berbuat apa-apa Rio, bukakan semua itu adalah perbuatanmu
"Mel... Mel." kata Adrian sambil mengguncang tubuh Melati."Oh Mas Adrian, maaf aku tidak sengaja." kata Melati dengan sedikit gugup saat melihat tubuhnya tertidur di atas Adrian."Kamu sebaiknya mandi dulu Mel, sebentar lagi kita akan melanjutkan perjalanan ini. Aku akan ke depan sebentar untuk meminjam mobil untuk perjalanan kita.""Baik Mas." kata Melati, lalu bangun dari tempat tidurnya.Satu jam kemudian mereka telah bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Adrian pun sudah menyewa mobil yang tak jauh dari penginapan."Siap Mel?""Ya Mas." jawab Melati sambil mengambil nafas begitu dalam.Setelah dua jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah tempat Melati tinggal. Melati lalu turun dari mobil dan mengetuk pintu rumah tersebut."Assalamualaikum Pak, Bu Melati pulang."Beberapa saat kemudian, sepasang suami istri keluar dari rumah tersebut. "Melati, kenapa kamu pulang
Suara adzan subuh berkumandang. "Mel, bangun kita harus pulang pagi ini." kata Adrian."Oh, iya Mas." kata Melati sambil melepaskan pelukannya pada tubuh Adrian."Mas, jadi kita tidur berpelukan sepanjang malam?"Adrian lalu tersenyum."Hanya itu saja kan? Tidak lebih." kata Adrian sambil mengusap kepala Melati. "Adrian, kamu memang benar-benar setia pada Yasmine."Adrian hanya tersenyum kecut mendengar kata-kata Melati. "Sebesar apa cintamu padanya Adrian?""Mel, aku sudah mencintai Yasmine sajak kami masih kecil. Dia adalah cinta pertamaku, Yasmine dulu begitu rapuh saat ditinggal oleh saudara dan kedua orang tuanya, saat itu aku sudah menyayangi Yasmine dan berjanji untuk selalu melindunginya.""Kamu luar biasa Adrian, semua tentu akan lebih sempurna jika aku tak pernah merusak hidupmu di malam itu.""Sudahlah Melati, semua sudah berlalu. Bersiaplah sebentar lagi kita akan pulang."
"Adrian aku mencintaimu Adrian." kata Melati diiringi desahan dan erangan yang menggema di salah satu kamar hotel berbintang."Aku juga mencintaimu Mel." balas Adrian sambil mengulum buah dada milik Melati yang membuat desahan Melati semakin begitu keras.Melati lalu bangkit dan menaiki tubuh Adrian, kini Melati duduk di atas tubuh Adrian, pinggulnya pun semakin lincah bergerak diikuti desahan nafas yang kian menggebu. Kemudian Melati mencondongkan tubuhnya dan melumat bibir Adrian dengan begitu ganas. Adrian tampak begitu menikmati permainan Melati. "Kamu luar biasa Melati." kata Adrian.Melati hanya tersenyum mendengar kata-kata Adrian. Entah untuk berapa kali meraka melakukan ini dibelakang Yasmine. Sedangkan Yasmine pun tak pernah curiga saat Melati dan Adrian pulang terlambat karena dia menyadari jika Melati lah pengganti Opa nya saat ini. Tubuh Tuan Wijaya yang kian menua semakin membuat dirinya sakit-sakitan sehingga mengurangi semua akt
Melati menginjakkan kakinya di kota Moulbourne, dia lalu menghirup nafas dalam-dalam. 'Selamat datang kehidupan baru.' batin Melati. Dia dan kedua orang tuanya lalu pergi ke apartemen milik Tuan Wijaya yang tidak begitu jauh dari Monash University, tempat dia akan menimba ilmu."Mel." kata Bu Marini."Ya Bu.""Kamu baik-baik saja kan?""Jauh lebih baik dibandingkan saat harus tinggal bersama mereka Bu.""Mel, kami akan selalu ada di sampingmu Nak.""Iya Pak.""Bapak dan Ibu lebih baik istirahat dulu saja, tadi kan penerbangan pertama Bapak sama Ibu, pasti melelahkan.""Iya Mel, sebenarnya Ibu memang sedikit pusing, apalagi suhu udara di sini dingin, ga kaya di Indonesia.""Iya Bu, bapak juga rasanya seperti meriang.""Iya Pak, ga nyangka ya kita sekarang hidup di luar negeri, padahal dulu kita buat makan aja susah." kata Bu Marini sambil tersipu malu.
Bram llau mengangkat panggilan dari orang tuanya dengan malas.[Iya Mam.][Gimana Bram?][Mami, Bram kan baru saja sampai di sini kemarin, jangan tanyakan itu dulu deh Mam.][Bram, kamu juga harus ngertiin Mami dong.][Iya, iya, udah dulu ya. Bram mau kuliah dulu.][Bram, Mami kan belum selesai ngomong, Bram.]Bram lalu mematikan teleponnya dan masuk ke dalam kampus.Jam menunjukkan pukul 12.30 waktu Moulbourne, Melati tampak keluar dari ruang kuliah dengan sedikit lemas. Tiba-tiba kepalanya terasa sedikit pusing, dia lalu menyandarkan tubuhnya pada tembok."Mel.""Eh, Mas Bram.""Kamu kenapa Mel?""Gapapa Mas, cuma sedikit pusing.""Kamu lapar ya?"Melati hanya diam, lalu mengangguk dengan malu-malu. "Hahahaha, orang hamil itu memang mudah lapar Mel, aku tahu itu karena kakak perempuanku hampir satu jam sekali makan sa